elan, mungkin khawatir anak-anakku akan terbangun mendengar suaranya. Dia menari
a Mas nuntut Mas buat punya anak laki-laki
tanyaku
senyum terukir di bibirku, lalu perlaha
dia memelukku dengan erat. Apakah melahirkan anak perempuan sebuah kesalahan ak
" Aku ingin tahu apakah M
rkali-kali, tapi A
s? Apa bener cuma karena cucu
arkan pelukannya padaku me
h Adek m
baik Mas atau Ade sekalipun." Mas
nikah dengan konglomerat sepertimu, Mas?" Entah kenapa
Seketika aku tersenyum hanya dengan mengingatnya. Aku menghabiskan waktu 4 tahun di universitas, hany
dia sudah menyiapkan calon istri untuk Mas." Ca
2? Mana ada laki-laki yang nolak di
a orang lain di antara kita. Kita hadapi besok berd
itu lebih muda d
na kemerahan di wajahnya, aku tersipu malu Mas Bagas berhasil menggodaku. Malam semakin larut bukan waktu yang baik untuk berdiskusi kami pun kembali ke kamar, sudah waktunya tubuh ini diistirahatkan. Sayangnya se
amu ga
ngagetin aja." Suaranya b
selalu ada buat kamu." Aku tersenyum ke arah Mas Bagas. Sungguh aku ingin sel
nar
tirahatkan atau karena hatiku yang jauh lebih tenang. Aku pun menyusul Mas Bagas ke alam mimpi dalam dekapannya. Keesokan harinya sesuai janji, kami berkujung ke kediaman mertuaku.
ini Riana, ca
teman sebangkuku wak
f si
u sekolah dasar." Aku mencoba menjelaskan seingatku
kal ketemu dengan cara
Ayah mertuaku. Sementara Ibu mertuaku sedari tadi hanya diam menunduk, enta
ah Tuhan dengan sangat cepat, tetapi bukan pertemuan seperti ini yang aku harapkan. Sekilas aku melirik Mas Bagas, dia tampak terpukau dengan penampilan Riana. Balutan dress bodycon selutut sangat pas di padupadankan dengan hak tinggi yang berwa
irrulla
amiku yang masih saja t
napa?" Aku ters
" bisikku ke te
ucap Mas Bagas gelagapan dia memang bu
an senyum termanisku pada mereka, setelah itu aku berjalan menuju
ya? Aku takut dengan ilmuku yang tak seberapa ini menjadikanku berbuat zolim yang justru malah menyeretku ke neraka-Mu. Menyaksikan lelakiku berada dalam satu ruangan den
epanjang waktu. Tak peduli kalau hatiku sedang tidak baik-baik saja. Setida
odo Mas Bagas akan melihatku karena posisi duduknya tepat menghadap ke arah jendela yang akan aku lewati. Aku pergi menuju halaman depan di sana ada ke tiga putriku yang sedang bermain. Aku pecundang bukan? Pecundan
eisya anak pertamaku
ianya 4 tahun. Kedua anakku terbiasa memanggil kakanya dengan kata Aka. Ya Tuhan, apa aku menangi
ni-sini peluk Uma!" Ketiga an
ngan boong Ma dosa, nant
ah marah?" Entah tahu dari m
Arumi malah memastikannya pada kakanya Meisya. Ternyata akulah yan
gitu aja yang lain belum pada bubar, yuk ke sa
?" tanyak
yang harus di
'kan sama perempu
k menjawab p
anku, lalu menyuruh anak-anakku agar bermain agak jauh dari tempat kami berbic
aja? Beruba
aafin
antik Mas berubah
di dalam!" Mas Bagas menarik tanganku, mau tak mau aku mengikuti
adi bukannya ke toilet," Aku terseny
minta pendapat dariku." Seketika ibu mendongakkan kepalanya
tanya. Mendengar ucapan Ayah bisa kulihat Ibu malah tertunduk
poligami, Riana biar kutanya langsung padamu
ktu, aku engga bisa ngasih kep
ekat sejak kuliah?" tanya Ayah mertua. Hah? Apa ini jadi mereka pernah dekat? Kenapa
gas menatap heran ke arahku, raut mukanya tamp
kah menikahi mantan teman sebangkuku?" Aku harus memastikan ini s
engan wanita cantik seperti Riana, toh mereka ju
tikannya, apakah setelah menikah ada jaminan dia akan memi