r
pa menunggu bawahannya. Berjalan dengan langkah lebar men
bertukar pandang satu sama lain, kemudian m
kesalahan 'kan?" Tanya sang Sopir
n, melainkan karena hal yang Bos mereka lihat di lampu merah tadi. Ingin sekali Bram menoleh
saja," ujar Bram menenangkan, lalu membuka pintu dan keluar
i ruma
embuat para perawat dan beberapa orang yang berlalu lalang di lobi r
k tadi. Kedua tangannya masih terkepal kuat mengi
pelajaran padamu, Jalang!" gera
r kian cepat
h pun Kaisar tahu jika sosok itu adalah Bram. Tapi ia tak peduli
encoba mengejar langkah lebar atas
dekati lift dan masuk. Mencoba mengatur deru
e lantai dua rumah sakit tersebut. Mulutnya gatal ingin ber
i
ft. Meninggalkan Bram yang kembali mengeja
sangat buruk, seperti hari itu.'
kin dekat dengan pintu ruang rawat bertuliskan na
gkahnya. Memejamkan matanya dengan tarik
uu
. Senyum yang tadinya lenyap, kembali terbit di bibir pria 25 tahun itu kala m
at sor
t di bibir putranya, "Kaisar, bagaimana p
erlihat begitu cantik wal
ndekat ke samping kursi Sang Ibunda, l
ertanya pelan dengan tatapan sendu menatap sosok
mendongak memaksaka
a belum bisa memprediksi kapan dia akan siuman." Lirih Rania, mengge
ali. Rahangnya mengetat tanpa Rania sadar
panggil
Rania mendongak men
pala menunduk membalas tatapan Sang Ibu,
bingung, merasa aneh dengan pertany
pun itu, Mommy akan selalu percaya. Karena
lanya menatap Kaisar yang k
lakukannya," ujar Kaisar semakin membuat Rani
nteraksi sepasang Ibu dan Anak itu,
kan hal buruk akan terjadi pada seseorang yang tid
aisar menatap sekeliling ruangan
bali setelah menelepon seseorang." Jawab Ran
nggil Kai
nia membalas
ritahukan pada Daddy, ya." Ucap Kai
menatap Kaisar, "kenapa
" jawab Kaisar
isi
mpu merah. Menawarkan sepucuk bunga yang telah dihias
ang tak luntur dari bibirnya. Sedikit menunduk
s. Syukurlah," ujar
engan senyumnya. Tiba-tiba sebuah
eli
wanita yang tengah berdiri di depan toko bunga
Adelia itu berlari mengham
tanya Adelia saat tib
bawah matahari. Kamu harus bany
peduli dengan kesehatannya, tetapi wanita yang merupakan B
ku ingat." Ucap Adelia menggaruk
siaplah untuk pulang. Hari sudah
a punggung wanita itu yang perlahan menghilang d
an pada atasannya itu. Walau Adelia memanggil dengan sebutan
iliki seorang putra yang ha
rhenti di depan toko. Seketika ia menoleh, terdiam menata
ia baru saja membatin membahas so
at Sor
berada di bibir Adelia sebelum wa
rumahku, hingga memanggil dengan sebutan
eh dengan sen
ekap mulutnya sendiri kala ham
mengg
di tujuannya ke tempat itu. Hingga mendapat telepon
, i
ng. Padahal Mama bilang un
an kepalanya, "apa Mama mau membuat Pa
ngga tanpa sengaja pandangan keduanya bertemu membuat Adelia m
u memasuki toko bunga untuk mengambil tas jinjing miliknya, lalu mening
pas tak berat
it menoleh ke belakang untuk memastikan jika
aja," gumam Adelia m
trotoar jalan. Mengingat beberapa hal
ngandalkan gaji dari toko bunga, maka aku tidak bisa meluna
kerjaan lain dengan gaji
t, jalan masih panjang Adelia." Ujarnya bergumam sendir