merasakan ketenangan ketika
pada sebuah keyakinan bahwa ci
nya pernah dirasakan perlahan memudarkan dan m
♥
k tegas seorang pria sam
ada seorang pun yang keluar
*
meringkuk di dalam ruangan bersama beberapa orang lainnya. Tapi, tidak dengan ketiga sahabat
mp
ahan taruhan. Tentu saja Aidan tak terima, dan memilih menerima tantangan mereka untuk berani menyentuh minuman yang belum pernah sama sekali ia nikmati, janganka
erbau sangat menyengat di indra penciumannya itu
g yang mulai melandanya sampai membuat dirinya oleng. Aida
guh merasa malu akan hal kebodohan itu.
*
rdengar suara bariton yang meman
at kepalanya sekaligus
aya berusaha menegakkan tubuhnya, melihat kearah lelaki
ntuk menjemputmu," Ujar sosok y
kemana orang itu membawanya. Tanpa di beritaupun Aidan
ruangan lainnya, mengikuti petugas yang saat ini berj
di kursi kayu tengah berbincang dengan salah pria bertubuh tegap yang lengkap dengan seragam kepolisia
balik ke arah Aidan dengan tatapan tajam
abahnya adalah sosok seorang ayah yang tak mudah marah hanya karena persoalan kecil, apalagi jika belum ada kebenaran faktanya abah tak akan mudah terkecoh. Tapi, tidak mudah marah bukan berarti tak pernah marah bukan? Nah, sama halnya
itu tidak bisa menghilangkan rasa amarah, melainkan manusianya lah yang harus pandai pandai me manage emosi aga
ndangan
Ketaqwaan setiap hamba pada tuhannya. Itul
h dengan sopan, ketika telah rasa tak
engenakan segaram dengan gagah nya sera
utra bungsunya. Tanpa banyak bicara Aidan yang paham akan isyarat dari
sama sekali untuk mengeluarkan suaranya, diam abahnya membuatnya mati kutu tak bisa berbu
an rumah, Abah keluar dan berjala
k di anggap?" batin Aidan yang hati
depannya membuatnya tak berkutik. Wanita yang ia cintai, kini tengah menangis di hadapannya, kedua matanya terlihat membengkak dengan kedua t
alam hatinya dengan rasa bersalah kar
ra benda yang sengaja di lemparkan terdengar hi
ertuju pada Umi yang masih
n, Putramu?!" bentak abah lag
an sadar jika ini salahnya dan Aidan tak akan menyengkalnya. Merasakan suasana tak kondisif, Aidan bermaksud untuk segera naik menuju ka
Duduk, dan jangan pergi sebelum Abah selesai bicar
n kemudian ia pun berbalik. Tanpa berani melihat ekspresi Abahnya, Aidan memil
g, sampai akhirnya A
g mulai menurunkan suaranya satu oktaf
tak semarah itu kepadanya saat ini. Tak di pungkiri, memang semalam Aidan sempat menegak minuman
glah kesalahan yang sangat fatal, bagi seorang Aidan di mata Abah. Tentu saj
mendengar apa yang baru saja Abah tanyakan?" tanya Abah
agi dengan menaikkan k
Bah," jawab Aid
nya anggap saja itu bonus. Kalau usia 27 kamu saja masih ndak
da lagi. Kamu itu bukan lagi remaja tanggu
menatap lemah k
id
u segera menika
bergeming, ia kembali mencerna 5 kata yang baru saja di ucapkan oleh Abahnya.
nikah?!" tanya
ini keputusan yang
sekarang A
capan Abah Aidan!