G DIHINA SAUDARA TIR
_DENGAN_
at Me
ga di sini sama. Kalian bisa pindah dan mencari tempat lain nanti dengan uang yang kami berikan!" ucapnya
a. Diam-diam Wira mengambil gawai dalam sakunya yang diba
l mengambil beberapa botol plastik yang tergeletak tidak jauh dari r
i kami bangun juga menghabiskan biaya yang cukup besar. Mungkin kami belum bisa melepas tan
. Rinai terus mengeluarkan kalimat demi kalimat yang me
mua bangunan di sini? Kami sudah mendapatkan izin dari pemerintahan setempat dan kalian memang tidak memiliki surat-surat tana
unjuk wajah Rinai dengan mata mem
m kurun waktu tiga hari. Kamu mau terima uang ganti rugi ini atau
inta tolong pada siapa. Hanya ini tempat tinggal satu-satunya. Tempat bernaung bersama
rbagai cara dan memutar balikan fakta. Perlawanannya pasti hanya akan berak
itu berdering nyaring. Dia mengangkatnya dan b
tahan! Siap, semuanya akan kami tangani dengan baik." Dia menjeda sejenak. Mende
, Pa
. Lalu dia b
lihan, menerima uang kompensasi ini atau pergi tanpa uang sama sekal
da Rinai dan mendekat. Tangan usilnya menjawil dagu belah milik gadis itu yang
eleng, dia ingin menanganinya sendirian. Dia takut, jika pemulung tampan itu ikut campur hanya
jadi istri simpananku? aku akan pikirkan untuk memb
ya seorang perempuan dan hanya memiliki Ibu yang sedang sakit. Tidak ada tempatnya berlindung. Seseorang yang dipanggilnya ayah, yang seharusnya me
dia tetap bertahan agar tampak tegar. Dia tak ingin terlih
an harga murah! Kedua, jual dengan harga mahal tapi dengan syarat jadi istri simpananku! Ketiga, silakan bertahan dengan egomu d
akin menggemaskan!"
edua lelaki itu melecehkan Rinai. Namun berun
oleh pada temannya yang tengah duduk
ik itu sambil berdiri dan mengikuti langka
ak. Beruntung wanita yang dicintainya tampaknya tengah terlelap. Efek obat
setengah kumuh yang mereka tuju. Rinai tak kuasa lagi menahan sesaknya. Dia menjatuhkan tubu
h merekam semua kejadian tadi. Sekuat tenaga dia
ma yang diduga menjadi dalang semuanya. Me
nggal menunggu waktu untuk dia lemparkan dari per
Wira menepuk bahu Rinai meski ragu. Akan tetapi bah
liki uang. Keadilan di sini bisa dibeli pakai ua
itu membuat netra Rinai yang sembab menatapnya.