angan menyelinap satu persatu ke dalam ben
ata penghuni rumah ini bukan cuma Tante Melly beserta dirinya. Ada ban
ita muda melambaikan ta
lia sambil menunj
Y
wanita-wanita lain yang sedang berdandan. Mereka bersiap-siap berangkat b
a." Wanita cantik itu memperkenalkan diri.
tuk apa?" tany
nautkan kedua ali
mu menunggu terlalu lama!" Seruan Tante Melly men
ai bekerja, ya!" p
lia, hatinya senang bukan kepalang. Wajahnya berseri,
a terhenyak kaget. Hilang sudah kirana di hatinya, berganti elegi senja hari. Perkataan bapaknya m
terjebak di kerongkongan. Kamilia teringat ucapan Saiful, "Ha
itu?" Kamilia tersenyum si
a derita yang dia simpan rapat-rapat kini seumpama gunung melet
a-kata bapaknya berhasil membawanya menyusuri lorong hitam ini. Seharusn
a memaki. Kata itu kini
Namun, dia hanyalah wanita lemah. Air mata adalah tump
Kemarin Kamilia menyangka Tuhan sudah menolongnya tepat waktu. Namun, hati
*
ngan Kamilia. Seorang teman mengajarkan cara berdandan serta bagaimana caranya memua
n malam dari Tante Melly membungkus tubuhnya, melekat pas membentuk
mu para lelaki tengil. Belajar bagaimana caranya bibir tersenyum wa
menyelamatkan dirinya dari kenistaan. Rupanya itu hanyalah adeg
orokannya. Dimainkannya lintingan tembakau itu dengan jarinya, sambil memamerkan senyum. Ilm
daun
segar s
ia masi
ia menerima order pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sebagai pelacur. Wanita b
wab sambil menundukkan kepala. Matanya perih menahan tangi
kening lelaki itu. Kamilia
ama itu di belakang namanya. Orang yang paling 'berjasa' sehingga dia bisa be
dalam urusannya nanti dengan Sang Pencipta. Dia akan menunjuk muka
eorang istri dari seorang suami, tentulah aku hanya bis
sih bisa menahan diri. Hanya pandangan matanya meny
tik . Kamilia memenuhi kriteria para penimba kenikmatan tersebut. Jadilah malam itu dia menj
ancur hatinya saat membiarkan pelanggannya menyentuh seluruh bagian tubuhnya, tanpa k
ediksinya tentang Kamilia kemarin malam di bis. Kini dia bi
t. Ingin rasanya dia melumatkan uang tersebut, membuangnya ke temp
wa keberuntungan untukku!
dah tidak mengumpat lagi dalam hatinya, dia harus berdamai
ya tidak ingin menerima hasil kerjanya malam ini
aku tak dapat bany
ning Tante Me
Calista menunjuk Ka
lebih besar dari badannya. Sambil menyelipkan rokok
amilia, besok pasti kembali ke pel
ejam andai anak buahnya berlaku tidak sesuai kehendaknya. Ketika
ngan pasti ada. Kamilia mengusap wajahnya karena perlahan-laha
pil, harus diminum!"
ikut menanggung nestapa. Kembali terbayang wajah lelah ibunya, membuat Kamilia harus tegar, koko