/0/4817/coverbig.jpg?v=75f707fb3a3b0a583e5bfac6763e66fb)
Blurb NAMAKU KAMILIA, TUAN Kartika yang berganti nama menjadi Kamilia, harus rela menjadi penebus hutang bapaknya. Dia meninggalkan kampung dan kekasihnya, Saiful. Kegadisannya dihargai puluhan juta rupiah oleh orang kota, Heru. Kamilia menjadi simpanannya. Heru memperlakukan Kamilia begitu kasar, sehingga Kamilia melawan dan kabur. Liku-liku perjalanannya sebagai wanita simpanan dialaminya. Bagaimanakah cara Kamilia lepas dari dunia hitam? Dapatkah dia bersatu kembali dengan kekasihnya, Saiful?
"Tika, Kartika kau harus cepat pulang," kata Ida. Dia datang dengan tergopoh-gopoh menjemput Kartika di kali.
Kartika yang sedang menanjak di jalan setapak tertegun sejenak. Memandang heran kepada Ida. Dia membetulkan ember cucian yang digendongnya.
"Ada apa?" tanya Kartika dengan napas memburu.
"Bapakmu ... bapakmu digebukin orang!"
"Apa!?"
Gadis itu berlari cepat meninggalkan Ida. Hatinya begitu tersentak mendengar bapaknya digebukin orang. Bapaknya memang sering mabuk, tetapi tidak pernah berkelahi, apalagi sampai dihajar orang.
"Ada persoalan apakah gerangan? Sehingga Bapak seperti itu?" batinnya. Berjuta tanya berkecamuk dalam hati Kartika. Gadis itu terus berlari, dia meninggalkan sandal jepitnya yang terputus di tengah jalan.
Namun, gadis itu mematung saat tiba di depan rumahnya. Tampak bapaknya babak belur dihajar seorang lelaki kekar. Ia berdiri di depan bapaknya dengan kesombongannya.
"Bayar hutangmu!" bentak lelaki itu.
Kartika melihat bapaknya hanya terdiam, sembari menyeka lelehan darah di sudut bibirnya. Mukanya biru lebam bekas tonjokan, tetapi bapaknya diam tidak melawan.
Gadis itu tidak tahan, dia tidak mempedulikan bajunya yang basah. Dia juga tidak mempedulikan badannya tercetak jelas pada pakaiannya tersebut, gadis itu ingin melawan.
Ingin sekali rasanya menendang mulut yang sudah meludahi muka bapaknya. Mempraktikkan ilmu silat yang diajarkan ustadz selepas ngaji. Walau tidak mungkin menang, tetapi setidaknya dia sudah membela bapaknya.
"Hentikan!" jerit Kartika.
Orang asing itu membalikkan badan, matanya membola melihat tubuh Kartika yang seolah-olah telanjang. Ia menelan ludahnya yang seketika memenuhi mulutnya. Jakunnya turun naik. Tiba-tiba ia merasa sesak di bagian bawah celananya.
"Harso!" teriak bapaknya.
Orang yang dipanggil Harso itu tetap memandang Kartika. Napasnya seketika terasa megap-megap melihat pemandangan di depan matanya.
Ibunya Kartika tergopoh-gopoh datang dengan menggendong adiknya. Secepatnya menyeret tangan Kartika dan membawanya masuk.
"Aku ingin melawan dia, Mak," sungut Kartika. Hatinya kesal karena niatnya tidak kesampaian.
"Sudahlah, gak usah ikut campur, ganti bajumu!" suruh ibunya.
Kartika masih sempat mengintip keluar, dia melihat Harso dan bapaknya tidak lagi berkelahi. Bapaknya sudah berdiri dan terlibat pembicaraan serius. Beberapa kali bapaknya menggelengkan kepalanya.
******
Kartika berganti pakaian dengan hati penuh tanda tanya. Mengapa secepat itu bapaknya dengan Harso berbaikan. Sungguh tidak masuk di akal. Mereka kini berbicara di ruang tamu rumahnya. Obrolan tentang juta-juta terdengar samar sampai ke telinganya. Kartika menduga, mungkin mereka sedang menghitung utang bapaknya.
Kartika masih ingat pandangan Harso padanya tadi. Bagaikan seorang musafir yang kehausan di tengah padang pasir, kemudian melihat sumur dengan airnya yang jernih. Dia seakan-akan hendak menelannya bulat-bulat. Bulu kuduknya meremang seketika.
Kartika memandang ke luar lewat jendela. Kemarau sedang memperlihatkan keperkasaannya. Daun-daun merangkul dahannya dengan erat. Mereka tidak mau terpisah karena kekeringan, layu dan lepas tertiup angin.
Ibunya masuk dengan wajah masygul. Raut wajahnya kusut seperti cucian yang belum disetrika. Dia duduk di pinggir tempat tidur milik Kartika. Wajahnya pucat, membisu tak mampu bicara.
"Mak." Kartika menegur. Ibunya bergeming, seperti tidak mendengar suara Kartika.
Kartika turut diam, menunggu perkataan keluar dari mulut ibunya. Gadis lugu itu memperhatikan kucing yang bergelung di kakinya. Menguap dan menggesek-gesekkan bulunya yang lembut.
"Tika ... kau harus berbenah!" suruh ibunya lirih.
"Apakah laki-laki itu mengusir kita, Mak?" tanya Kartika.
Ibunya menggeleng lemah, bulir air mata yang sejak tadi ditahannya meluncur juga di pipinya. Kantung matanya seperti tak kering-kering sebab air itu tidak berhenti menetes.
"Lalu?"
"Dia menginginkanmu sebagai pelunasan utang Bapakmu," jawab ibunya.
"Maksudnya?" Kartika masih tidak mengerti.
"Kau harus bekerja padanya."
"Aku bersedia, Mak," jawab Kartika.
Meledak tangis ibunya di pundak Kartika. Menangisi kepolosan anaknya yang belum genap berusia dua puluh tahun. Dia tidak tahu pekerjaan macam apa yang akan dijalaninya nanti. Sebagai seorang ibu, perasaannya begitu hancur.
Kartika berpikir, dia hanya akan menjadi pembantu rumah tangga. Tidak apa-apa, dia rela. Asalkan ibu dan bapaknya serta adiknya hidup tentram tanpa ada yang mengganggu.
Kartika berkemas, memasukkan sebagian baju lusuhnya ke tas besar. Ibunya memandang dengan hati yang terluka.
"Emak tidak usah menangis, aku memang harus bekerja kan, Mak? Sekolahku sudah selesai," hibur Kartika.
****
"Besok aku datang lagi, menyerahkan sisa uangmu!" teriak Harso kepada bapaknya Kartika.
Lelaki itu tertawa penuh kepuasan melihat Kartika ikut dirinya. Tadi dia sudah menyelesaikan pembicaraan dengan temannya dari kota. Ada sebuah harga yang disebutkan yang membuat dirinya begitu bersemangat. Lima puluh juta, dia bisa ambil empat puluh juta, sisanya buat bapak Kartika. Meski utang bapak Kartika itu hanya beberapa juta saja.
Kartika pergi diiringi tangisan ibu dan adiknya. Bapaknya hanya duduk mematung di kursi reyot ruang tamunya. Mukanya merah, menahan perasaan haru serta bekas pukulan Harso tadi. Biarpun bapaknya seorang laki-laki brengsek, tetap saja hati kecilnya tidak rela Kartika pergi. Namun, lelaki miskin seperti dia, tidak mempunyai banyak pilihan.
"Nanti pulang lagi ke desa, bajumu akan bagus-bagus seperti artis," kata Harso di bis.
Kartika diam saja, mencoba menikmati perjalanannya dengan melihat ke luar. Pikirannya berkelana, teringat ibunya, adiknya, bapaknya juga ... Saiful. Lelaki itu selalu mampu membuat Kartika menyembunyikan senyum saat sedang mengaji. Tatapannya teduh membuat murid-muridnya selalu betah belajar dengannya.
"Sudah sampai," kata Harso. "Ayo!"
Lelaki itu menuntun Kartika menuju suatu tempat. Di sana sudah menunggu seorang lelaki berkacamata hitam. Dari penampilan serta mobilnya yang mengkilap, sudah bisa ditebak kalau ia orang kaya.
Harso bersama orang kaya itu berjalan menjauhi Kartika. Sebuah amplop coklat cukup tebal berpindah tangan. Kartika berdiri sambil menjinjing tasnya, tidak berani mendekat hanya memperhatikan dari kejauhan.
Harso mendekati Kartika, menyelipkan sesuatu di tangan gadis itu. Entah senyum atau seringai yang lelaki itu pamerkan. Dia berkata,"Ikutlah dengan Tuan Heru."
Kartika tidak menjawab, dia sudah pasrah dengan takdirnya. Dia sudah mengikhlaskan dirinya untuk menjadi pembantu rumah tangga. Nilai-nilai bagus di ijazahnya tidak berguna kini.
Tuan Heru membawa Kartika ke sebuah rumah kecil yang asri. Kartika suka melihatnya, dia akan betah tinggal di sini. Tuan Heru tidak banyak berbicara, lelaki ganteng itu hanya diam ketika menyetir mobilnya tadi.
"Siapa namamu?" tanya Tuan Heru.
"Kartika, Tuan," jawab Kartika.
Sejenak Tuan Heru seperti berpikir, entahlah, Kartika tidak tahu isi pikirannya. Lelaki itu melihatnya tanpa kedip, seperti hendak menelanjangi gadis cantik itu.
"Sekarang namamu, Kamilia," ujar Tuan Heru.
"Ka ... Ka ... Kamilia, Tuan?" tanya Kartika terbata-bata.
"Ya, persiapkan dirimu, nanti malam aku ke sini," jawabnya tanpa ekspresi. "Kamu boleh memakan apa pun yang ada di sini."
Setelah Tuan Heru pergi, tinggal Kartika yang tetap berdiri. Hatinya bertanya-tanya, "Pekerjaan apa sebenarnya yang harus aku lakukan?"
"Namaku Kamilia ... Kamilia." Berulang kali Kartika mengeja nama tersebut.
Berlatar belakang sebelum peradaban modern, di mana dunia persilatan masih terasa kental di Kampung Keris. Gerombolan-gerombolan perampok masih sering mengganggu masyarakat. Kepercayaan terhadap mistis dan klenik adalah hal biasa serta dianggap wajar. Masih sering terjadi, siluman-siluman menyamar menjadi manusia. Wisaka adalah seorang pemuda yang terusik nuraninya. Dia ingin mengungkap misteri kematian beberapa pasang pengantin. Pengantin pria mati setelah lebih dulu melakukan hubungan badan. Pengantin wanita diperkosa serta menjadi bisu. Wisaka berguru ilmu kanuragan, tetapi di perjalanan banyak sekali rintangan yang dihadapi Wisaka. Bukan saja dari manusia, tetapi para siluman dan mahluk halus ikut jadi kendala dalam perjalanannya. Bagaimana Wisaka menghadapi rintangannya satu persatu? Berhasilkah dia atau kalah di tangan siluman yang menyamar?
Dokter juga manusia, punya rasa, punya hati juga punya birahi
Nadia ingin memberi kejutan kepada tunangannya, Raka, di hari ulang tahun pria itu. Namun, ia malah dibuat terkejut saat memergoki Raka tengah bergumul satu selimut dengan sang Kakak, Tania. Hal itu membuat Nadia kecewa, hingga berimbas gagalnya acara pernikahan yang akan digelar tiga hari lagi. Nadia terusir dari rumah, ia pergi menemui Kakak Iparnya, Darren, yang tengah bekerja di luar kota untuk menunjukkan rekaman perselingkuhan Raka dan Tania. Dua insan korban pengkhianatan itu memutuskan bekerjasama untuk membalas dendam. Namun, siapa yang tahu kedekatan mereka menghadirkan rasa nyaman? Lantas, bagaimana dengan rencana balas dendam itu? Akankah mereka berhasil, atau malah terjebak dalam hubungan cinta yang rumit?
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?