dugaan. Malam yang tadinya benderang terlihat suram karena bulan bersembunyi di balik awan. Sesos
i ranjangnya menoleh cepat. Dia berdiri dan menghampiri jendela, men
malam yang menyambut. Cahaya bulan yang temaram belum sepenuhnya menampakkan diri. Pohon pisang terlihat seper
h dengan debaran-debaran aneh yang baru sekali ini dirasakan. Kadangk
sudah dilamban --dikasih lipit layaknya pengantin khas Priangan. Sulastri mematut diri di cermin me
memang ada ketukan lagi di jendela kamarnya. Sulastri mengangkat kain yang
i, Las
da apa menemuinya? Bukankah di rumah sedang berlangsung hajatan untuk melepasnya jadi pengantin besok? Apakah ada ses
a malam. Rembulan separuh tertutup awan saat itu. Gadis montok itu tidak melihat siapapun. Keramaian di ru
Ia melambaikan tangan ke arah Sulastri. Sulastri seperti mendengar kem
payah Sulastri berhasil keluar lewat jendela. Mengendap-endap berj
ekat, berhasil memastikan bahwa pria itu adala
a a
Firman menempelkan satu jari ke bibirnya. Memi
seraya menarik Sulastri dan memba
a malam-malam begini
a malam ini Akang menemui bidadari Akang,"
u mencabuti rumput tempat mereka duduk sambil menunduk,
kalah dengan kecantikan dirimu." Firman semakin berani, dia mulai melingkarkan tangannya ke
Sulastri berbisik
kaget bukan kepalang, wajah yang didepannya ternyata bukan kekasihnya.
ngan anjing hutan di kejauhan merobek kesunyian malam.
us badan Sulastri, kemudian melucuti pakaian gadis itu. Calon pengantin
suka?" tanya laki-laki i
erusaha melepaskan diri dari cengkeraman iblis tersebut. Namun, tenaga
tidak berdaya karena pengaruh ilmu hi
berkata karena mulutn
astri di batang pohon sawo di dekatnya. Baju pengantin itu kotor dan ternoda, lam
**
muda bercanda-tawa sembari bermain kartu. Sugu
ia sambil memeluk tubuhnya sendiri. "Wisaka, nggak dingin kamu pakai kaus
. Dia menurunkan gelasnya dan tersenyum.
alu, dia melirik pemuda lain yang duduk tak jauh dari pe
Dingin hari ini nggak masalah, yang penting mulai besok ada pen
lastri itu istriku, bukan penghangat pribadi!" bala
udian dia menyeruput kopinya lagi. Wisaka, seorang pemuda kekar yang sekarang
n samping rumah. Cahaya redup membuat mukanya tak jelas penampakannya, tapi dari bentuk tubuh sep
astri. Dituntunnya Sulastri agak menjauh dari keramaian. Alam yang masih
istrinya sambil mengajaknya duduk di
timan. Firman heran, mengapa sikap Sulastri malam ini berubah? Selama du
nggu besok, Kang,"
elelakiannya timbul, karena keagresifan Sulastri. Kewarasannya seolah hilang, dia
akan sesuatu yang janggal, tidak
h, tidak akan ada lelaki yang men
a Firman tersadar, orang yang digaulinya bukanla
rman, menyuguhkan surga kepadanya. Firman terlena, tak ingat lagi Sulastri, tak ing
g," wanita itu
jawab sambil mel
tersedot. Firman meronta-ronta, tapi pelukan wanita itu bagaikan belitan ular pada mangsanya. Firman merasakan
nya menangkap pemandangan mengerikan di bawah po
mam Wisaka dengan
itnya yang mengering dan berubah hitam legam layaknya se
endekati tubuh sahabatnya. Dia mencoba menyentuh tubuh Firman, tapi tak
a lain terdengar mendekat. Begitu merek
. apa