iolet, Gunung Mataha
h Kekaisaran Anggrek Violet. Markas Sekte Matahari terletak di Gunung Mataha
mah bertingkat. Rumah-rumah itu berjejer memenuhi seluruh daratan itu. Daerah
egar dan bersih, layaknya bunga mawar yang mekar setelah disiram hujan semalaman. Sinar matahari yang lembut berkilau
yang baru terbit serta udara pagi yang terasa sejuk dan segar. Agak jauh dari daerah perumahan murid-
u tujuh belas tahun. Sambil memegang roti kukus yang kini sudah mengeras dan dingin di masing-masing tangannya, dia b
pit. Ruangan itu hampir kosong karena pemuda
ang sudah berubah warna, sebuah kursi kayu yang goyah dan reta
i di tangannya di atas meja dan kemu
tempat tidur itu. Wajahnya pucat, napasnya berat da
a. Pemuda itu juga berusia sekitar enam belas atau tujuh belas tahun, tetapi ada sesuatu dalam d
n. Dia adalah seorang murid ting
n?
dur itu. Namun, pemuda itu tidak memberikan respons apa pun. Matan
rang yang akan selalu mengikuti perasaannya dan tidak akan pern
dan khawatir. Dengan cemas, Evan berjalan mondar-mandir di ruangan yang sempit itu. Beberapa s
u muda ketika kamu masih memiliki begitu banyak hal untuk dilihat dan ketika kamu belum meraih impianmu? Apakah kamu tidak mengkhawatirkanku? Jika kamu mati, aku akan s
melindungiku selama ini. Ketika kamu berada di sisiku, tidak ada orang yang berani menindas atau mempermalukanku. Kamu adalah satu-satunya orang yang selalu menentang dan m
bergunanya aku sebagai temanmu! Aku pasti telah sangat mengecewakanmu. Aku benar-b
ak tangis Evan perlahan-lahan berubah menjadi raung
g kecil dan sempit itu sampai-sampai atap pondok yang te
jika kamu mati. Ini semua karena para bajingan itu. Tun
n berbalik dan bergegas kel
Evan akan langsung melakukan apa pun yang terlint
linganya tiba-tiba menangkap suara seorang pr
telingaku! Seperti
ia yang berbaring di tempat tidur mengernyit
ghentikan langkah
mencengkeram sesuatu. Evan segera kembali ke sisi tempat tidur dan menggenggam tanganny
sejak seseorang memang
unya. 'Ya, itu mereka. Hanya teman-teman yang bermain basket dengan
h perhatiannya ke masa kini. Dia merasakan rasa sakit yang tajam dan menusuk d
dan menyinari wajahnya. Austin menyipitkan matanya dan mencoba mengingat-ingat di man
i? Apakah aku sedang bermimpi? Tempat apa ini?' Austin berpikir dengan sungguh-sungguh, berusaha mencari jawaban ata
perusahaan, yang terletak di pesisir Kota Sub
sihnya. Keduanya ingin mengejar karir mereka dan memulai hidup
di Wakil Direktur Departemen Penjualan. Promosi tersebut merupakan sebuah peristiwa yang menggembirakan karena hal i
an. Secara mendadak, sebuah insiden yang mengerikan me