Abang kayaknya nggak yakin dan percaya sama kata-kata
i ada yang salah di sini. Saat ini mereka berada di parkiran cinema. Film telah usai dan Karin rib
untuk meyakinkan Tama. Udah, Abang jalan aja sama Karin kalau mau ke club. Mer nunggu Bang Tian nya di sini aja. Cepetan jalan, Bang. Itu udah di klakson-klakson sama pengemudi lain. H
ekali tidak membawa power bank. Tetapi kalau dipikir-pikir, buat apa juga juga dibawa-bawa. Orang power banknya juga rusak. Ia heran, tiga kali ia membeli power bank, tiga-tiganya rusak terus. Mulai yang bentuknya kecil kayak stabillo, pe
nget bukan? Memang ya, karma itu cepat sekali datangnya. Baru saja sepuluh menit yan
ika mobil terakhir juga akhirnya meninggalkan tempat parkir, ia makin ketakutan. Mau tidak mau ia harus berjalan keluar gedung
ng sedang berlarian. Suara-suara tembakan terdengar satu dua kali. Demi Tuhan, ia ketakutan! Ini sebenarnya ada apa sih? Shooting film action? Tapi kok tidak ada kameranya? Terus tidak ada lagi yang mengu
a kali suara tembakan lagi sebelum terdengar suara bruk seperti be
tak-bentak dan dipaksa untuk berdiri. Saat ini posisinya sedang berjongkok dipinggir halte. Ia juga mengubur kepalanya dalam-dalam di atas lututnya karena ketakutan. Kedrumah sakit dengan mobil patroli, Komandan. Kami semua a
a telah membohongi petugas pintu masuk cinema karena telah melakukan kecurangan membawa makanan dan minuman dari luar. Padah
a malam ini ia akan menginap di kantor polisi. Tapi dia memang salah 'kan? Padahal tadi ia sudah diperingatkan oleh abangnya kalau nanti ia bisa kena razia. Inilah jadinya kalau ia keras kepala dan m
kin salah satu anak buahnya Rudi yang kemarin bertugas mengirim paket ke beberapa cinema dan club-club papan atas ibukota. Naik 'kan sa
tidak bisa bekerjasamalah dengkulnya. Merlyn benar-benar lemas karena kedinginan dan ketakutan. Tapi dia memaksakan diri untuk berdiri tegak dan menaiki mobil patroli dengan langkah gemetaran tidak karuan. Tepat pada saat ia akan membuka pintu mobil, salah satu mobil patroli lainnya mengarahkan lampu ke arah tempatnya berdiri. Karena silau, Merlyn refleks mengangkat tangan
erti ini lagi. Ia langsung melepas jaket kulitnya dan memakaikannya pada tubuh Merlyn. Penampakan tubuh indah Mer sepertinya telah membuat para an
mendapati polisi jutek yang di temui di
ndengar Merlyn memanggil Galih dengan sebutan abang, alih alih
" Galih mengubah pembicaraannya dengan bahasa sandi, saat Merlyn yang nota bene adalah masyarakat sipil ada di antara mereka. Mereka mema
dalam mobil patroli, ia juga hendak menyusul masuk. Tangannya baru saja
kan tidur di hotel prodeo ya?" Galih menarik lengan Merlyn
ji besi. Kantor polisi punya Abang beda ya?" Tanya Merlyn bingung. Istimewa sekali berarti kantor polisinya si abang polis
mana pada si oneng ini. Lebih aman kalau dia memutuskan saja topik pembahasannya. Buang-buang n
meyakinkan keputusan Galih atas dirinya. Galih lagi-lagi menarik napas panja
merasa kalau kamu harus ditahan.
eingatnya satu-satunya orang yang bernama Rudi yang ia kenal adalah Rudi anaknya Cang Su
gkan kepalanya. Anak buah gembong narkoba? Lah dia aja pagi-pagi sarapannya masih minum susu, apa pantes jadi anak
ala?" Galih merasa lama-lama ia jadi seperti sedang menginterogasi
arena saya menyembunyikan ini semua di dalam tas 'kan waktu di cinema? Abang sedang merazia makanan dan minuman 'kan?" Merlyn membuka tas over
lahuakbar! Galih memijat
ran yang berlebih dalam menghadapi kesederhan
ngkap gembong Narkoba. Bukannya mau menangkap kamu. Lagi pula ngapain k
pan menit! Mati! Pasti Tama telah dieksekusi oleh ayah dan abangnya saat ini. Ia harus segera cepat-cepat pulang ke rumah. Selain itu tubuhnya mula
njam ponsel Abang sebentar? Sa--say
oleh jaket kulitnya. Besarnya jaket yang menutupi hingga setengah pahanya, membuatnya jadi seperti tidak menggunakan bawahan. Belum lagi sepatu hitam seruncing pensil yang dikenakan kaki mungilnya. Gadis ini tampak seksi sekali. Sumpah
au? Saya kebetulan membawa beberapa baju bersih di mobil. Kamu bisa memakainya dulu untuk semen
m sepertinya, Mer." Galih kasihan juga melihat tubuh mtapi da--dalemannya tidak di ga--ganti y
ang tidak memiliki dalaman perempuan di mobilnya. Gila saja jika dia punya dalaman perempuan di sana. Memangnya dia banci apa?
an gelisah sepertinya. Galih menghentikan kendaraannya sejenak dan meraih sebuah selimut dari baris kedua mobilnya. Pekerjaanya sebagai seora
as dalam keadaan sepi sehingga ia masih bisa berkendara dengan hanya bermodalkan satu lengan saja. Nafas hangat Merlyn yang menyapu-nyapu lehernya membuat darah Galih berdesir da
aat di perkebunan kopi. Untung saja ia mengingat alamat rumah ini. Coba kalau tidak, ia pasti terpaksa harus
g. Ia mengenali Chris dan Tian. Ayah dan abang gafis ini. Namun ia tidak mengenali seorang laki
TOK
et. Matanya mengerjap-ngerjab bingung sejenak sebelum akhirnya terlihat ketakutan saat memandangi orang-orang yang mengetuk jendela mobil dengan kasar. Bukannya turun ia mala
h melakukan kebohongan beruntun hari ini. Saya takut, Bang. Disana gelappp sekali
AK
ini. Yang dipukul kaca mobil, tapi yang histeris malah gadis dalam pelukannya ini. Siapapun suami dari g
a dan Catur Prasetya. Jadi sebagai seorang warga negara kamu pasti akan saya lindungi dengan segenap jiwa raga. Ayo, kita keluar." G
h sebagai seorang polisi yang dulu pernah
n? Tapi Tian malah menelepon Abang karena kamu tidak pulang-pulang sampai pukul dua
ng takutnya. Ini masih satu orang yang marah. Kemarahan ayah dan abangnya masih waiting list. Alamat bisa pecah gendang teli
di--di--" Chris tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia ngeri dengan asumsinya sendiri. Sementara Merly
lihat jelas. Makanya saya meminjamkan jaket saya. Putri Anda ini juga kedinginan dan sedikit demam sepertinya. Alangka
adalah putri kesayangannya. Melihatnya gemetaran dan ketakutan begini sebe
rnya dan melapisi jaket kulit Galih dengan s
i mobil tadi nggak."
? Pak Galih mematikan ac mobil?" C
luk terus sama Abang polisi. Jadi
aaa