h nonton kan, Bang? Cinema 21 deket ini. Mer tinggal ngesot
bersama mereka semua. Kedua orang tuanya ingin agar Bintang ada yang memperhatikan dan menjaga. Beginilah keposesifan para pria-pria Diwangkara dalam menjaga wanita-wanita mereka. Mirip banget kayak kehidupan garingnya si Birdy,
u. Bintang juga kurang begitu enak badan. Kamu tega a
snya. Ia tidak mau membuat Tian kecewa. Karena walaupun sedang mual-mual parah, suamin
sendiri, Bang. Bukan minta Abang temenin. Kalau Mer nggak boleh bawa
dengar suara mobil yang mendekat, Merlyn tersenyum sumringah. Bala bantuan telah datang. Kalau anak sholehah mah, pasti ada saja jalan keluarnya. Merlyn bergegas mendekati
a nggak ada. Berarti bunda bakalan lama di ru
menulikan telinganya. Pura-pura tidak mendengar
baru Abang tahu rasa," Merlyn kesal sekali karena terus dikacangin oleh abangnya. Mungkin seb
ludo, monopoli atau kuda-kudaan. Pokoknya jauh-jauh dari gue aja." Bisik Merlyn pelan. Ab
dan suaminya, membuat kakak iparnya ini bagai dipenjara di dalam rumahnya sendiri. Ia akan mencoba memban
uga. Kakak masih mual-mual ya? Mau Bintang pijitin nggak?" Bintang mengelus-elus lengan suaminya dengan mesra. Terpaksa
dielus-elus Bintang. Kakak iparnya ini walaupun usianya lebih muda darinya, tapi tingkahnya dewasa banget. Anak ibu gu
nggak? Oke... oke... gue akan suruh dia siap-siap sekarang juga." Tian menutup teleponnya. Merlyn cemberut. Seperti biasa, abangnya pasti akan menitipkannya pada Naratama Abiyaksa
mulu lagi dari mulai filmnya tayang sampai filmnya kelar, kayak bulan lalu. Mer sampai
ah, Abang batalin aja ya sama Tama. Ntar dia cap
adi menonton, lebih baik ia menebalkan telinganya. Anggap saja Karina itu si Leo, burung beo ayahnya. Ngoceh, ngoceh dah sana. Yang penting ia bisa ikut nonton. Ti
Mer? Kan nggak dibolehin bawa makanan dan mi
a para wanita akan berdandan paripurna dengan menyelipkan sebuah clutch mungil nan anggun di tangan mereka, t
an dan air minum sendiri dari rumah. Supaya nggak ketahuan, ya dimasukin dong semuanya dalam tas besar. Abang sih otaknya nggak dipake mikir. Boros kan jadinya?" Merlyn bangga sekali dengan pemikir
rsi nggak sekalian kamu bawa aja dari rumah, Mer?" Sindir T
Ntar takutnya nggak muat lagi mau dimasukin ke mobilnya Bang Tama." Tian hanya bisa mengelus dada saja. Cara berpi
tin..
canglong tas besar dan memakai sepatunya dengan
angan gangguin orang pacaran, dan tidak boleh apa-apa minta dibayarin sama orang.
g jangan ikutan ngidam bini muda ya? Riweuh nanti urusannya." Bintang dan Tian saling be
anita." Bintang terharu me dengar dukungan penuh adik iparnya terhadap dirinya.
an tujuan gue naseh
ntang menjinji
buat gue. Apalagi nambah satu lagi. Kan makin merana guenya. Ye kan?" Tian dan Bintang kembali berpandangan.
===========
ap kita mau kencan wajib bawa-bawa ini dakocan sebiji sih?" Omelan
ggantinya untuk mengawalnya. Menurut abangnya, Tama lolos kualifikasi menjadi pengawalnya karena dua hal. Pertama siapa yang tidak kenal dengan Naratama Abiyaksa? Putra sulung Narasangsa Abiyaksa dan Camelia Abiyaksa? Kedua orang tuanya adalah mantan jagoannya Gre
man sentosa kondusif serba guna, kalau memakai bahasa abangnya. Kata serba gunanya itu lo, kayak margarine aja serba guna. Ye kan? Kini ia kembali menjadi pend
esar-besarkan masalah yang tidak perlu." Tama mengelus pelan pipi pacar cantiknya. Karina kalau sudah ngomel panjangnya bahkan bisa mengalahkan rel kereta api panjangnya. Catet ya? rel nya,
ng Tama bilang keberatan, abang gue juga nggak bakalan maksa kali. Bang Tama keberatan nggak ini Mer ikut?" Merlyn memandang T
alah selesai. Case closed." Merlyn mengibaskan tangan ke udar
nya sembari menoleh ke belakang. Tepat di depan wajahny
. Bang Tama nggak keberatan. Gue apalagi, sangat tidak berkeberatan. Dua banding satu. Lo yang kalah leg
g sama-sama tidak mau mengalah ini. Semakin cepat acara menonton ini usai, semakin baik. Otaknya sudah panas teru
cinema. Ramainya orang-orang yang mengantri masuk membuatnya mengambil posisi berdir
at suara krak yang diiringi desis kesakitan terdengar dari arah belakangnya. Seorang pria muda terlihat mengaduh-aduh kesakitan sembari memegangi tangannya yang bentuknya tampak aneh
memelototi Tama. Beberapa temannya juga mulai berkerumun
erempuan kan? Hargailah perempuan, Bro. Lo pikir gue nggak ngeliat dari tadi mata lo ngarah kemana? Ke dada adek gue kan? Pertama gue diemin. Lo punya mata. Lo berhak memandang. Tapi begitu tangan lo mau pura-p
cuman gue yang mandangin. Semua laki-laki di sini juga begitu. Kalo lo bukan abangnya, pasti
si saja, pasti habislah mereka semua. Menantang Tama itu cari mati namanya. Dia bahkan menjadikan berkelahi sebagai olah raga untuk mencari-cari keringat. Apa jadi
rugikan, itu sudah bisa dikategorikan sebagai tindakan pelecehan seksual. Mengenai sikap gue. Itu bu
i kertakan sendi-sendi tubuh Tama yang sedang melakukan warming up, sepertinya membuat jiper pemuda-pemuda tadi. Tanpa banyak
" Merlyn setengah berlari berusaha mense
enapa Mbak?" Bahasa mereka sudah mulai sopan. Sepertiny
anget kan tiket mahal-mahal hangus semua.
inya malah berkurang lima menit. Incess irit mana lah boleh rugi, iya kan?" Tama membujuk Mer
ya juga udah kita bayar. Jadi harus kita tonton juga supaya tidak rugi. Iyakan, Bang?" Tama tersenyum. Cara ini se
rsandung atau terjatuh. Makanya ia menuntun keduanya dengan sabar. Setelah keduanya duduk dengan benar, Tama bergegas membeli beberapa camilan sebagi teman m
n kekar Tama. Dia tahu Tama pasti bimbang karena adanya si incess oneng ini bersama dengan mereka. Inilah yang paling tidak disukai olehnya. Setiap mereka akan hang out ke tempat yang di banner dewas
a kasihan Tama kebingungan harus memilih antara dirinya dan juga pacarnya. Lagi pula jam sebelas malam kan belum larut malam sekali. Ia akan naik taksi online saja pulangnya. Eh taksi mahal, bagusan di
ari tempat tujuan, tapi masih aja minta dijemput dan dianterin sama pacarnya yan