ersama Putra
==
ng tiada terhingga. Atas kehadiran cucu pertama. Sayang, mereka terpisah jarak. Sang kakek dan nenek tinggal di sebuah desa, di bawah kaki gunung n
rlalu terbiasa sendirian. Di rumah memang banyak penghuninya, tetapi dia selalu terasing dan dibiarkan sendirian. Tak ada yang perlu ditakutkan, Rena
iasaan Rena mencari mamanya di kamar utama. Tentu saja tak ditemukan lagi. Sang Mama sudah berangkat bekerja. Setelah menahan kerinduan hingga tertidur sendirian tadi malam, berharap esok pagi saat terbangu
t perutnya saat tak sengaja menyenggol barang-barang di atas meja. Bahkan perna
eriak sang tante sambil membuang benda
berbicara, tempat mengadu saat sepi, saat rindu pada mama, dan yang paling penting, hanya benda itulah yang selalu setia menemaniny
ahkan membiru, hingga seminggu tak juga sirna. Tersedu dia menyender di pagar
ah. Sekantung kecil somay dia hadiahkan buat sang bocah. Rena yang tak pernah merasakan jajanan yang menjadi idola anak-anak di komplek itu, meras
akukan oleh Tante genit itu di kamar mamanya. Yang dia tahu, setiap dia ingin bermanja pada sang papa, wanita itu pasti akan mengusirn
Papa memeluk Tante Desy, persis seperti Papa pernah memeluk Mama. Apakah tante Desy juga istri papa? Atau, apakah Tante Desy itu anak Papa seperti aku?
osnya sering melihat sesuatu yang bergelantungan di dinding kamar mandi, lidahnya menjulur-julur, seolah hendak menjilat tubuh ke
hanya berucap "Makanya jangan nakal!" lalu fokus
i sini, dia bisa bermain bersama bonekanya. Tak ada yang melototi, tak ada y
di warung seberang pabrik sebelum masuk ke sini tadi pagi. Dan yang paling penting, sesekali dia bisa i
... meooo
mendekatinya. Mulai mengendus jaj
u mau? Tini! B
engan lahap sang kucing mengha
? Ini, ba
iannya. Kembali sang kuci
i beyik Mama yagi, ya
is, kucing
erlari kecil dia mengejar makhluk imut itu. Sang kucing b
a! Nis! Tini! Dan
u
ditubruknya. Mata si bocah hanya awas mengikuti kaki kucing berwarna belang itu berlari, tanpa menghirauka
r, meninggalkan goresan berwarna merah di lutut kecilnya. Rena m
uuuf uu
r mata. Rena sudah terlalu terbiasa merasakan sakit. Perih ini m
ada seorang anak kecil berkeliaran di dalam pabrik. Mesin-mesin raksa
tontonan di hadapan, h
dalam pabrik, dia bukan anak karyawan, sama sekali bukan." Ridwan, sang manager produks
" perintah
n angkuh. Sifat perfeksionis melekat pada dirinya. Semua harus terlihat sempurna, bila ada yang tak sesuai keingin
!" Rena mendongak, menatap lurus dan lekat tepat di mata Deva. Mata
sembari berjongkok, menyeim
nama taya
, Le
Om. Le l
menyebut huruf R. Itu membuat Deva semakin gemas. Jelas-jelas
a kamu, enggak masalah. Sekarang Om
mmm
Mama
nggut-m
na mam
tuh, di
ngan di mana para ka
g buruh kasar berani membawa anak sambil bekerja, habisla
dalam? Yang mana mama ka
, ayuk
itu terkesiap saat merasakan jemar
na menarik tan
, ay
ngan mungil itu sam
Mammma
nunjuk
mmma
a terkejut. Wajahnya pucat pasi seket
anak ke
saya,
suarasik sang Mandor geram bercampur putus asa, lalu
nya Deva dengan nada dingin. Al
yang salah. Lalai me
ya! Suruh perempuan itu menghadap saya!" per
jalan tergesa mengikuti langkah
*
orang laki-laki angkuh yang tengah duduk membelakanginya. Pemuda
uk di bibirnya, sebagai isyarat agar jangan berisik.
sana ke mari lalu menabrak Deva. Coba bayangkan kalau dia berlari ke arah gudang mesin. Apa yang akan t
ersentak
i Mammm
n lagi untuk
*
sam