Sejak Fajar mengalami PHK, Alisya, wanita tangguh, muda nan jelita, terpaksa menggantikan peran sang suami tercinta menjadi tulang punggung keluarga. Parahnya, dia bukan hanya berperan sebagai tulang punggung keluarganya saja , tetapi juga keluarga besar suaminya. Namun, pengkhianatanlah yang dia terima sebagai balasan kerja kerasnya. Desy, benalu yang menumpang hidup dirumahnya, telah menjadi duri dalam rumah tangganya. Ketika pulang kerja, Alisya membeku. Nanar menatap pemandangan di atas ranjang. Sepasang manusia yang sangat di kenal, bahkan sangat dicintai dan sedang diperjuangkannya, berada di atas ranjang miliknya. Bersatu, bergumul, tanpa ada satu inci yang memisahkan tubuh keduanya. ** Bagaimanakah Alisya menghadapi perselingkuhan suami penganggurannya? Akankah dia memilih pergi, atau bertahan sembari menyiapkan balasan untuk keluarga benalu yang menumpang hidup di rumahnya? Ikuti part selanjutnya, ya. Bantu subcribe dan beri rate bintang lima ya, teman-teman. Semoga kalian suka. Terima kasih.
Bab 1 Kejutan Maksiat
====
"Tumben pulang cepat? Kamu tidak lembur malam ini?" tanya sang mertua membukakan pintu buat Alisya malam itu.
"Malam ini saya of, Ma. Badan saya pegal semua. Yang lain mana? Sudah pada tidur, ya?" tanya Alisya sembari melepas sepatu di kakinya.
"Mama kurang tahu. Setelah makan malam tadi, masing-masing masuk kamar."
"Rena?"
Alisya menyebut nama putrinya.
"Dia baru saja terlelap. Sepertinya kelelahan setelah bermain tadi siang."
"Baik, Ma. Saya mau mandi dulu, lalu istirahat."
"Sebentar, Sya!"
"Iya, Ma?"
Perempuan dua puluh tujuh tahun itu berbalik. Menatap serius wajah mertuanya.
"Seharusnya kamu jangan malas untuk kerja lembur! Kamu, tahukan, kalau kebutuhan keluarga ini sangat banyak. Cicilan tiap bulannya itu besar, biaya kuliah Intan, angsuran ini, itu, sementara suamimu belum juga mendapat pekerjaan baru. Mumpung kamu bisa bekerja, gunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya! Karena Mama enggak bisa gantikan kamu lembur, seandainya bisa, Mama pasti tak akan pernah malas untuk kerja lembur tiap hari! Untuk mencari tambahan gajimu yang tak seberapa itu."
"Maaf, Ma. Bukannya saya malas. Tetapi, setelah lembur tiap malam selama ini, membuat saya kelelahan, sesekali saya istirahat, ya, Ma. Malam ini saja. Besok, saya pasti akan lembur lagi."
"Ya, sudah! Sebetulnya itu hak kamu. Kami hanya numpang makan dari gajimu. Jadi, mama tidak berhak memaksamu ini dan itu, iyakan?
"Jangan bilang numpang makan, dong, Ma! Kebetulan saja, Mas Fajar terkena PHK. Untuk sementara saya yang bekerja. Tidak apa-apa, begitu Mas Fajar mendapat pekerjaan lagi, saya bisa lebih santai bekerjanya."
"Nah, itu kamu tahu! Jadi kenapa malas lembur! Kalau hanya mengharapkan gaji saja, enggak akan cukup!"
Alisya menghela napas. Mertuanya tak paham juga. Padahal, dia memutuskan untuk tidak bekerja lembur malam ini dengan penuh pertimbangan. Tambahan gaji yang dia perolah dengan lembur tiap malam, memang lumayan untuk menutupi seluruh kebutuhan keluarga besar suaminya. Tetapi, rasa lelah yang mendera setelah bekerja tiada jeda, membuatnya memutuskan untuk istirahat malam ini.
Fajar menikahinya tiga tahun yang lalu, saat Alisya baru saja menyelesaikan kuliahnya. Belum sempat mendapat pekerjaan, Fajar memintanya untk menikah. Mengingat Fajar sudah mapan, wanita itu menerima lamaran. Merengkuh hidup bahagia sebagai istri seorang manager di sebuah perusahaan ternama.
Fajar langsung menghadiahinya sebuah rumah baru untuk mereka huni berdua, sambil menikmati bulan madu. Namun, sejak sang papa mertua meninggal setengah tahun yang lalu, keluarga besar sang suami pinda ke rumah itu. Alisya berusaha tetap bahagia meski tinggal serumah dengan mertua.
Wanita itu tak paham bagaimana ceritanya, tiba-tiba Fajar tekena PHK. Sang suami tak pernah berterus terang hal yang sebenarnya. Setiap Alisya bertanya, hanya amarah yang dia terima. Mungkin Mas Fajar masih syok, emosinya labil, gampang meledak-ledak, begitu batin wanita itu menduga-duga.
Terpaksa Alisya yang menggantikannya mencari kerja. Berbekal izasah sarjana, mencoba mencari kerja ke mana-mana. Tetapi keberuntungan belum berpihak kepadanya. Rika, sabahat semasa SMA-nya, menawarkan bekerja di pabrik sarung tangan tempat dia bekerja.
"Simpan izasah sarjana kamu, Sya! Sekarang gunakan izasah SMA saja. Anggap ini sebagai batu loncatan, daripada keluargamu gak makan! Sementara enggak apa-apalah kerja kasar begini!" usul Rika empat bulan yang lalu.
Alisya menerimanya. Dengan penuh ihklas dia menjalani peran barunya, tulang punggung keluarga suaminya.
"Ya, sudah, mandi sana! Langsung istirahat, biar besok bisa lembur!"
Sang mertua membuyarkan lamunanya.
"Baik, Ma. Saya ke kamar dulu."
Alisya melangkah gontai. Tak langsung menuju kamarnya, tetapi berbelok menuju kamar Rena. Ingin melepas kangen sekaligus memastikan keadaan putri kecilnya.
Wanita itu mencium kening putrinya dengan lembut, berusaha tak bersuara. Khawatir menggangu lelapnya tidur sang putri kesayangan. Puas menatap wajah mungil itu, Alisya merapikan selimut tipis penutup tubuhnya, lalu beranjak ke kamar utama.
Alisya sangat ingin malam ini bisa menghabiskan waktu bersama sang suami. Dia berharap Fajar belum terlelap. Ibu muda beranak satu itu sangat merindukan sentuhan dari sang suami. Ya, sejak dia lembur setiap malam, mereka sudah sangat jarang bersama. Pulang dari pabrik pukul sepuluh malam, dengan diantar bus karyawan jam setengah dua belas tengah malam baru tiba di rumah.
Fajar sudah terlelap, tak pernah menuggu Alisya pulang. Pun Alisya tak berani membagunkan tidur lelap sang suami. Esok pagi, wanita itu harus bangun sebelum Subuh. Pukul enam pagi, bus karyawan sudah menjemput. Alisya berangakat saat Fajar belum terjaga. Ada rasa bersalah di relung hati wanita lugu itu. Dia tak bisa lagi secara maksimal memunuhi kewajibannya sebagai istri. Tak ada waktu untuk memberikan nafkah batin buat sang suami.
"Malam ini, mumpung aku tidak lembur, aku akan memenuhi kewajibanku. Akan kusenangkan hatinya dan kupuaskan dahaganya. Semoga dengan malam surprise ini, Mas Fajar akan semangat untuk mencari pekerjaan baru esok hari." Begitu niat hati Alisya.
Berjingkat dia berjalan menuju pintu kamar utama. Sengaja pintu kamar tak pernah dikunci, agar saat Alisya pulang, tak perlu membangunkan sang suami yang telah terlelap.
Malam ini, kerinduan Alisya akan sentuhan suami semakin menghentak. Wanita itu ingin memberi kejutan yang sempurna. Alisya menggenggam handle pintu, menekannya ke arah bawah, lalu mendorongnya perlahan. Tak ada derit pintu terkuak yang terdengar, surprise ini akan berjalan seperti yang diharap, begitu pikir Alisya.
Alisya mendorong daun pintu tanpa suara agar tubuh rampingnya bisa masuk. Kemudian dia melangkahkan kaki jenjangnya sembari mencari keberadaan suami tercinta dengan matanya.
"Mas!" lirih panggilan itu keluar dari mulutnya.
"Sya? Kamu sudah pulang?"
Alisya membeku. Nanar menatap pemandangan di atas ranjang. Sepasang manusia yang sangat dia kenal, berada di atas ranjang miliknya. Bersatu dan bergumul, tanpa ada satu inci yang memisahkan tubuh keduanya.
"Sya!"
Fajar menyebut namanya sekali lagi, lalu perlahan turun dari atas ranjang. Pelan pria itu melepas rengkuhan tangan wanita yang sedang bersamanya. Peluh membanjir di leher dan punggungnya.
"Maaf, Sya!" ucap Desy seraya membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut tipis, lalu memungut pakaian yang bertebaran di lantai kamar.
Alisya bagai terpaku, mulut dan lidah terasa kelu. Hilang semua kalimat juga kata-kata, atau sekedar mengucap satu abjad saja. Ini terlalu mengejutkan baginya.
"Permisi!"
Wanita itu berlalu menuju kamarnya. Kamar yang disediakan Alisya untuknya. Dia adalah keponakan mertuanya. Sudah sangat lama ikut tinggal bersama mertuanya, bahkan sebelum Alisya dinikahi Fajar. Itu sebab dia juga tinggal di rumah Alisya.
******
Bersambung.
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Cerita ini hanya fiksi belaka. Karanga author Semata. Dan yang paling penting, BUKAN UNTUK ANAK2. HANYA UNTUK DEWASA. Cinta memang tak pandang tempat. Itulah yang sedang Clara rasakan. Ia jatuh cinta dengan ayah tirinya sendiri bernama Mark. Mark adalah bule yang ibunya kenal saat ibunya sedang dinas ke Amerika. Dan sekarang, ia justru ingin merebut Mark dari ibunya. Gila? Tentu saja. Anak mana yang mau merebut suami ibunya sendiri. Tapi itulah yang sekarang ia lakukan. Seperti gayung bersambut, Niat Clara yang ingin mendekati Mark diterima baik oleh pria tersebut, apalagi Clara juga bisa memuaskan urusan ranjang Mark. Akankah Clara berhasil menjadikan Mark kekasihnya? Atau lebih dari itu?
Banyak orang sering mengatakan bahwa level mencintai paling tertinggi adalah merelakan, mengikhlaskan, dan membuat sosok yang menempati hati ini supaya mendapatkan kebahagiaan selalu-meskipun sumber kebahagiaan itu bukanlah kita, melainkan orang lain. Sallyana berpikir kisah cintanya akan selalu mulus dan damai, namun takdir berkata lain. Veen-pemuda itu memaksanya untuk mundur membawa perasaan yang perlahan mulai terkikis oleh rasa perih dari sebuah penolakan. Ketika Sallyana mulai berhasil mengikhlaskan dan merelakan sosok itu menghilang dari hidup maupun hatinya, takdir justru memutuskan untuk kembali mempertemukan mereka berdua dengan status dan hubungan yang sudah tidak lagi sama seperti dulu kala. Akankah Sallyana kembali mencintai Veen? Apakah takdir akhirnya mengambil keputusan untuk mempersatukan mereka berdua setelah sempat terpisah? Atau takdir justru menyandingkan Sallyana dengan pemuda yang pernah mampir dalam hatinya saat sedang menjalani proses melupakan sosok Veen?
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?