egahnya. Security segera membukakan pintu. Dia mengangguk pada majikannya yang baru saja memasuki halaman. Arjuna memarkirka
enggelengkan kepalanya. Lelaki paruh baya itu tengah mengambil ponsel miliknya yang tadi tertinggal di ruang tengah. Baru saja naik dan belum sempat masuk kam
langsung dari universitas. Dia melihat keseriusan dan kerja keras dari wajah gadis itu. Dari tipe wajah dan penamp
ng tertata rapi dekat sofa, hingga terpental. Dia benar-benar marah. Tapi dia t
aring melintang tak jelas. Dipejamkan matanya, n
g kamarnya dilengkapi dengan sistem kedap suara, sehingga tidak ada yang mendengarn
ng tadi dilemparnya. Segera dia keluarkan benda itu dari dalamnya. Dinyalakannya, namun sepertinya batterynya habis. Dia beralih ke sofa dan mencolokan
lihat ada puluhan miscall dari kontak yang diberinama CantikaCintak
Sri," u
el yang diloudspeakernya. Suara sedikit sera
ng jam berap
bilan Pak," ja
kita malam ini, siapkan laptop yang sama den
enapa?" suara se
ikut campur." Arjuna menutup teleponnya
buah paviliun. Seorang gad
mau ikut campur urusan pribadinya? Ih, ogah," gerutunya. Sementara tangannya tetap menj
, WA aja, deh!" Akhirnya Srikandi meng
inya, samain kayak yang dulu, kalau ada yang lebih bagus, tawarin aja. Mba hapal 'kan seleranya?
ia menatap langit-langit sambil terlentang, mengingat-ingat
nya bahagia banget, kok bisa
malam masih panjang," gumamnya sambil memejamkan matan
sG
enghela napas panjang. Ada apa la
bye!" Kali ini Srikandi langsung menebak pert
kandi mencebik kesal. Biar sepuasnya dia meledeknya mumpun
rikandi be
de terakhir, tolong tambahkan juga possibility improvement yang kita punya, terus hidden satu item ten
ya masih ada waktu satu jam buat revisi kok," ucap Srikandi
ponsel yang dipegangnya. Seolah-olah dia adalah
i akhir dari omelannya. Gadis itu mematikan ponsel