pada ponsel sudah mulai berdering juga. Namun, seperti ada lem perekat pada matanya. Dia begitu
sG
k nyawanya untuk segera berkumpul. Srikandi terperanja
al
annya, suara dari seberang telepo
toko elektroniknya kok belum buka?" Suaranya bet
mam penuh penekanan, namun tanpa suara,
era meloud speakerkan ponselnya. Diaberpindahkelayar chat
ngnya. Ternyata chatnya baru dib
saya yang ambilkan, mungkin orang tokonya kesianga
aya butuh mempelajari slide
l Bapak udah terkoneksi 'kan?" Sr
Tu
tidu rmelampiaskan kekesalannya. Dilihatnya sudah pukul tujuh lewat lima menit. Dia bergeg
elah selesai berpakaian, memakai make up singkat, minimalis namun tetap manis. Karena akhir-akhir ini dirinya sudah terbiasa k
enyum, mengibaskan rambut. Ah, terlihat menawan menurutnya. Disambarnya tas di atas
dah standby di depan paviliunnya. Srikandi terseny
i setelah duduk diboncengan dengan nyaman. Tukang ojek onli
ampai. Srikandi memberikan satu bungkus sarapan untuk tukang ojol seperti biasa. Kemudian di
uk menghabiskan sarapannya sebelum masuk ruangan. Namun, belu
p saya
e
. Bukan karena kasmaran, tapi kar
emasang wajah ramahnya, menatap bosn
tak menjawab ucap
Pak jadi bentar lagi sampai," ucapnya berbohong menutupi kesalahann
entar. Kemudian dia be
" ucapnya tanpa menunggu jawaban, langsung menuju ruanganny
h bagus bisa diajak kerjasama,
k mengantarkan pesanannya menggunakan go online, seperti yang dia informasikan pada bosnya.
Cant
sendiri?] Balasan cepat diter
minta 'kan?] Pesan terkirim. Satu detik, dua
nnya. Nasi kuning dengan rendang daging. Baru saj
elakang. Sarapannya dia bawa ke pantry, sekalian lewat. Kalau ada record telat, bisa-bi
kan menyimpan tas, kemudian menghabiskan sarapannya di pantry. Baru saja tiba
emberut mendapati Bisma tengah asyik me
rma nasi kuning juga." Bisma melo
muncul dari balik pintu dan menghampirinya. Dia mengembalikan uang lima puluh ribuan pada Bisma. Bisma me
ana, ntar aku yang traktir, ya." Janji Bisma sambal m