ir ke dunia. Seorang bayi berpipi merah, dan ja
i pakaian, dan juga sepatunya dengan sendal rumahan. Saking ter
antung Arion berdegup gugup sekaligus excited. Suara rengekan bayi terdengar pelan. Arion mengendap dari celah pintu kamar, beru
hkan pandangan pada buntalan kain di gendongannya,
mendek
membuncit, tempat Arion sering menempelkan telinga untuk mendengar pergerakan adiknya dari balik kulit, kini tampak mengempis di bawah
Arion. Isi di dalamnya menggeliut pelan. "Tuan putri kecil kita. Akhirnya, Ario
dalam buaian ibunya. Pipinya gembil dan merah. Adiknya ini kecil sekali, dan tampak lembut. Ario
ang menyelimutinya. Ketika Arion menyentuhkan pelan telunjuknya pada
asa hangat dan halus. Mata Arion berbin
tawa kecil. "Kayaknya Nanda u
Arion," Arion bicara pada si bayi sambil menu
*
g. Wajahnya sering menghiasi sampul majalah terkenal. Pada polling tentang 'Wanita yang
t ketika tersenyum. Namun, jika sudah melenggang di jalur catwalk dengan sepatu hak tinggi yang mengetuk lantai, Alyasha seperti b
sangat disayangkan oleh banyak orang, namun tidak sedikit pula yang memberi dukungan meng
perusahaan garmen yang ketika itu tengah berkembang pesat. Arya adalah anak seorang k
elah mempelajari kiat-kiat bisnis dari sang ayah sejak kecil. Ia mendirikan perusahaan garmen yang memiliki kualitas barang lebih baik dan harga yang terjan
undangan dari salah satu acara fashion show d
elangkah penuh kepastian dan kepercayaan diri di jalur catwalk. Cara Alyasha mengangkat dagu, membuatnya ter
u sesaat. Dan seluruh dunianya tiba-tiba s
ka mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk menawari Alyasha menjadi model pakaian untuk mempromosikan brand perusah
begitu bertemu dengan Alyasha, Arya mengerti sepe
a. Mereka memutuskan untuk mencoba menjalin kasih. Cukup lama setelahnya, melal
beri nama Arion Adiputra. Tujuh tahun kemudian, seoran
ang bahagia, hidup Arya t
*
sia delapan belas bulan karena ibunya sedang
k membantu Alyasha mengurus rumah adalah Bi Titin, yang saat ini sedang sakit. Alyasha merasa tidak enak untuk mengganggu istir
aamamam
bek karet. Suara kwekkwekkwek membuat bocah berusia delapan belas bulan itu tergelak senang. Dengan semang
n si bebek dari bibir sang adik. "Jangan makan bebeknya. M
D
menyerahkan biskuit itu pada Annanda yang langsung memasukkannya ke dalam mulut. Belum beberapa
aa...." rengeknya
okelat bulat dengan pipi gembil
Kakak cuci bebeknya
idak mengerti kata tunggu. Ia menangis keras-
uru kembali setelah mencuci bebek di we
.. mamama
-gigit. "Da!" ujarnya riang sambil tergel
an
erjepit diantara bibir, berlumuran air liur. Arion menoel pipi bayi itu ge
aih tisu. "Nggak sopan bersin
n kepala ketika Arion meny
gulurkan beb
kamu nggak perlu ngasih bebek b
mpar bebeknya. Ia mengulurkan kedua ta
mengusap-usap punggungnya. Annanda menggumam-gumam kecil sambil menyama
nnanda kecil terlelap dalam