a memiliki keahlian di bidang masing-masing. Mas Arya dengan perusahaannya, Alyasha dengan kariernya di bidang mo
rya, atau terkadang sambil membawakan bekal yang dibuatnya dengan m
karyawan perusahaan mengenal Alyasha. Demikian juga Alyasha, ia mengenal hampir semua orang yang bekerja di Royal Garm
hkan pandangan darinya. Bahkan, setelah mereka menikah pun, Alyasha beberapa kali memergoki wanita lain yang mencuri-curi pandang ke arah
Alyasha seorang. Senyum maupun cintanya hanya untuk Alyasha seorang. Terkadang, Alyasha merasakan kepuasan tersendiri
Mas Arya yang berpendirian dan bertanggung jawab, juga sikapnya yang santun serta teram
ki sebuah perusahaan besar yang siap diwariskan kepadanya, Mas Arya lebih memilih untuk merintis perusahaannya sendir
Mas Arya dan keluarga kecilnya, Alyasha senantiasa merasa betapa beruntungn
alipu, Dan bosnya, Lars, mencak-mencak menyuruhnya untuk tidak bekerja terlalu keras. Meski Alyasha menikmati pekerjaa
n menghampirinya ke kantor. Berbekal masakan rumah yang ia taruh dalam box makan siang,
antai atas sebagai kantornya. Ia tidak terlalu suka bekerja di keramaian di mana banyak
n dulu sewaktu ia masih baru membangun perusahaannya karena ia sering sampai harus bermalam di kantor. Begitu menikahi Alya
tor Mas Arya. Memang, ia sudah cukup lama tidak mengunjungi Mas Arya ke sini, jadi
ir mungkin Mas Arya tidak mendengarnya. Mungkin ia sedang di toilet, atau terl
ng luas memiliki kaca buram setinggi orang dewasa untuk memisahkan ruang kerja d
k memberitahu kalau hari ini Mas Arya bertemu dengan seorang tamu, jadi, Alyasha cukup yaki
ah satu sofa ruang tamu bersama seorang perempuan. Mereka duduk sangat berdekatan. Bahkan,
wajah wanita itu dihalangi sepenuhnya oleh tubuh Mas Arya. Melihat posisi ambi
rgetar. Lunch box ditangannya dic
terkejut di sana ketika ia melihat Alyasha, na
ly
di sofa dengan bibir memerah dan bekas lipstik yang sedikit pudar. Ada air yang sekilas tampak mengge
ahi kemeja dan rambutnya, l
box dari tangan Alyasha, masih sambil tersenyum, sama
angkan diri. Ia menelan ludah yang teras
n menoleh pada wanita yang berdiri di bel
gestur si wanita untuk mendekat. "Ini Jesselyn. Jessy. Sekretaris b
ahulu. Alyasha menatap tangan itu bebe
engar banyak tentang Mb
Alyasha singkat
ik ke kantormu dulu. Nanti kita bicarakan so
k, P
gangguk dan
wajahnya, dan baru menyadari warna muka Alyasha yang sedi
u agak pucat," kata Mas Ary
rtanya agak ragu, "Tadi.... Ma
rlihat curiga, ia menambahkan,
ya jatuh, nggak sengaja kena mukanya dia. Jadi, Mas periksa kalau-kalau ada leba
elasan Mas Arya. Ia juga jadi merasa bersalah k
a seperti sedang membandingkan dirinya dengan Al
atif yang muncul di benaknya. Ia segera meraih lunch box yang