-hari biasa. Malah mama cenderung terlihat senang dan ceria ketika melihat semua barang-barangnya sudah dipindahkan ke kontrakan baru
Runi seketika menuntut jawaban. "Runi sama Mbak
rah Runi dengan tatapan datar,
Kemudian dengan gerakan cepat, menarik kedua bagian samping rambutnya yang berpotongan bob lurus, mengumpulkannya di belakang
dari belakang dengan la
mangnya sampai harus nginap segala?" tan
lalu, tanpa menjawab soal 'di mana' yang ditanyakan Runi, kemudian mulai sibuk memeriksa tumpuka
i tak mau
ak besar kayak kontrakan kita kemarin, yang ada ruangan kamarnya? Ini kan cuma satu ruangan, dan sempi
kamar yang kayak gini. Mau giman
n yang lama tadi, kita udah nunggak enggak bayar kontrakan selama berbulan-bulan belakangan ini. Benar tuh, Ma?
ank, bayar hutang ke teman-teman Mama, pokoknya banyak lahh. Lagipula Mama jug
ng sejak Runi kecil? Bukannya kata Mama hutang-hutang yang itu udah lunas? Yang
yang dulu. Kebutuhan kita kan macam-macam. Buat bayar k
dan ke teman-teman Mama segala. Gaji Mama itu habis buat biaya hidup Papa Rif, kan? Buat belanjain keluarga
gi dan hutang-hutang Mama. Itu bukan urusan kamu!" jawab mama keras, tanpa menangg
Kalau hutang Mama lunas, kan kita bisa cari tempat tinggal yang lebih nyaman. Runi udah berusaha menyelesaikan kuliah dengan cepat l
atur ulang semuanya dari awal. Kita ini seharusnya udah bisa nyicil rumah loh, Ma. Daripada ngo
eeh sekarang pulang-pulang kamu malah ngajak debat begini. Udah ah, Mama sekarang mau istirahat. Mau mandi, terus sete
lkan tangan
ari jalan untuk bisa pulang cepat-cepat ke Jakarta? Mama tahu enggak risikonya buat Runi? Sadar enggak, akan bahaya yang bisa terjadi pada anak perem
pastinya tidak akan menghasilkan kesimpulan apapun yang berarti, karena sikap mama yang selalu menghindari pembahasan sensitif mengenai uang, gaji, dan biaya
andarkan di dinding. Kemudian menghamparkannya di lantai sudut ruangan. Mengambil bantal dari
un-tahun menyatakan diri sebagai orang tak mampu yang selalu saja hidup pas-pasan. Padahal itu semua bisa di
g tidak memberi nafkah dengan berbagai alasan, dan justru memanfaatkan
asangan dan kemudian memutuskan untuk berpisah. Tetapi tentu saja keputusan untuk berpisah itu sudah terlambat dan tak ada gunan
kesalan terhadap sikap mama, ia memutuskan untuk pergi keluar saja. Mungkin ia akan minta Andre untuk bertemu dengannya
akan sekalian mencari tempat untuk merap
kakinya. Sepertinya tergelincir keluar dari tas ma
kan lembarannya dan membaca. Dahinya berkerut saat
Tubuhnya terasa limbung seperti sedang terjatuh dari ketingg
orang-orang kantor
an capek kerja
g gemetar menahan marah. Pantas saja perasaannya tida
buah area wisata kebun teh di puncak. Dan tanggal masuk yang tertera adal
pergi den