n beliau tidak percaya dengan cerita y
wi. Aku diperlakukan seperti babu, mengurus semua kebutuhan rumah itu sendiri.
ri mulut Ibu. Dan itu terjadi setiap saat, setiap harinya.
rsan yang lemah, tidak berani mengambil
as kaca mata yang bertengger di waja
ilaku seperti itu. Walaupun kamu hanya menantu, t
asih sayang, kami memperlakukannu penih cinta. Meski tidak memanjakanmu,
melihat kamu disakiti ibunya? Laki-laki macam apa, yang mudah mengingkari janjin
n memintaku kepada Pap
ahi Chika," keringat dingin mengalir di kening Mas
cap Papa dingin, Papa memang tak suka b
kebahagiaan untuk Chika, Om. Say
nanny
sekiranya Chika, tidak bahagia hidup
eski ibunya tidak merestui, dan terang-ter
ini Irsan," ucap Ibu Mas
k menikah dalam waktu dekat," ucap Mas Irsan, dib
s Irsan berkata tanpa berani menatap ibunya, sementara
u akan mengijinkan kamu menikahinya," wanita an
tapi aku bukan anak orang miskin. Kami memang
yang merendahkan memb
restu Ibumu," ucapku, setelah sosok
ja, kita buktikan cinta kita bisa menghadapi a
diri kan, ibumu tidak menyukaiku, d
amu miskin," ucapny
ta-katanya me
ga akan bahagia, pasti dia akan merestui kita
menikah dengannya, hampir setiap hari d
gigihan Mas Irsan. Dengan syarat tinggal te
di rumahku, tanpa dihadiri oleh ibunya. Hanya
h, tak mengurangi
ah Papa, tapi setiap hari ibunya sela
t pertemuan pertama, tentu menolak ajakan
pulang ya?" rengekan Mas Irsan, tak
u kamu memberinya cucu nanti." Mas Irsan tak
k membenciku lagi, tapi ternyat
nku. Yang masakan keasinan lah, lantai kurang bersih lah, setrikaan kurang ra
a-gila padamu? Atau jangan-jangan kamu pelet anakku?" Tak kutang
cus kerja, mandul lagi!," kalau dia b
etiap hati tertekan begini? Tida
ai Irsan?" ucapan Papa, membawa
ggup diperlakukan seperti ini terus-menerus, Chika menyerah," ucapku da
, semua harus diselesaikan denga
pai lupa, belum memeriksa stock barang
masih ingat caranya kan?" tany
menjadi kantor Papa. Papaku membuka mini market di belakang ruma
arket Papa ini rame sekali. Sejak kehadiran dua retail besar itu, penghasilan menurun, tapi masih cukup untu
kesini hari ini Pa," ucapku sebel
nti Ka, Mas Irsanmu
u Papa di toko, tak terasa hari sudah s
rsan tuh di depan," uc
ya aku menyambutnya pulang dalam keadaan b
ambu
ikut tinggal di rumah