Menjad
iak mertuaku lantang, mel
ini bukan pertama kalinya Ibu mertuaku mengucapka
jam sekali lidahnya, seolah kata-kata yan
i, dasar bo doh! Tidak becus melakukan apa pun, percuma kamu peristri perempuan go-blok dan m
ini hanya seonggok daging tanpa perasaan, yang tak
imana aku bisa hamil, kalau setiap hari dibebani pekerjaan yang t
h berusaha, atau melakukan sesuatu untuk membel
lut jahatnya. Tidak bisa kah dia bersikap baik padaku? D
Chika, yang beresin semuanya," ucap Mas Irsan lesu, dia mem
ulan tinggal di sini sikapnya tidak berubah sama sekali
padahal kalau saja dia tidak berulah,
mulut perempuan setengah baya i
la dia memusuhiku, dan mencari-cari kesalahanku, entah ap
dibanyakin, karena merasa kurang enak badan, dan aku
aku antarkan. Bahkan dengan suka rela aku
un ya! biar aku cepat mati!" ucapnya saat mencicipi, lalu
i mulut Bu, berp
ngat," ucapku lembut, sambil mengelap mukaku dengan punggung tangan, menc
uannya, kemudian menggelinding ke lantai dan pecah. Jadilah keadaan
ar kegaduhan. Dan seperti biasa, Ibu membuat drama, se
u saja begitu, kerja nggak pernah beres," h
sup yang kupegang. Lihat! Ibu sengaja menyemburkan su
endiri, agar dia tahu, apa
jar, berani memfitnah mertua." Bukannya merasa bers
bu! Pusing kepalaku! tiap hari mendengar ka
bela Ibu dan tak pernah menghargai perasaanku,
ar itu, menuju kamarku sendiri. Aku menjatuhkan tubuhku di at
ua ucapannya," ucap Mas Irsan lembut, rupanya dia langsung menyusulku ke k
ah terus, meski semua yang ku lakukan t
ah Chik
! Percuma aku bersabar, kalau ibumu selal
impan di dada ini, memang tidak merubah apa
Ibuku, tidak mungkin aku mema
ku yang pantas dimarahi Mas," aku bangkit dari ranjang, ber
mu lakukan?" Mas Ir
lagi tinggal di rumah yang sudah seperti n
apa?" tanya Mas Irsan, dan
h melihat kamu pulang sendiri? Papa pasti mengir
apa tahu, kalian sudah berlaku
up nafas dalam-dalam, lalu
Ibu, hanya aku yang dia pun
Ayah, kan
di duniannya sendiri," Mas Irsan menundukan kepala, aku tahu
us berkorban, begi
s bagaimana?"
Mas? Kamu sudah punya istri, punya
Entah sudah dah berapa kali Mas Irsan berkata seperti ini.
kamu tidak menyusulku, aku anggap kamu sudah mencerai
ni, kamar yang menjadi tempat kami me
yang terbaik, lelah hati, terus-menerus di sakiti, walau ma
keputusan yang terbaik untuk mas
mbung
di k