kutempati. Mobil Mas Ari sudah terparkir di sana. Itu
lam hati. Dan lantas memarkirkan mobil yang kutumpangi
pintu mobil setengah terbuka. Pak Slamet, supir mertuaku sudah berad
kankah dia supir pribadinya Mama mertuaku?
g. Siapa tahu Mas Ari di sekitar sini, bisa gawat kalau dia udah pulang,
senyumannya ke arahku. Pria paruh baya ya
il Mas Ari, apa Mas Arinya udah pulang?" tanyaku beruntun seraya mendongak ke arah mo
alam. Saya tadi diminta buat jadi supir di sini." jelas Pak
ri. Begitu pula denganku. Meski aku sering bepergian, tapi aku lebih suka membawa mobil sendiri. Ketimbang harus ada supir. Se
Slamet buat nyupirin mobilnya, biasanya kan dia suka nyu
hiku mendadak mengeryit mendengar penuturan Pak Slamet. Pasalnya, tadi ia mengantarkan wanita yang disebutnya Bu Mely. Wanita yang tak lain adalah mertuaku i
jawaban yang bisa menjabarkan semua kecurigaanku. Karena setahuku, Mama mertua paling malas
t memang tidak tahu apa-apa. Lagi pula, Pak Slamet juga biasa hanya berada di p
a, kalau lapar ke dapur aja. Suruh Mbok Darmi bikin makanan
a,
kurebahkan tubuh ini di atas kasur. Ternyata, cukup melelahkan juga, menukar cincin palsu untuk wanita simpanan suamiku. Bisa dibilang
uh tak punya hati dia. Aku bukanlah wanita cengeng yang harus pasrah akan keadaan. Jika suamiku selingkuh, m
aksaku untuk bangkit lagi. Baru kuingat, jika gawaiku tertinggal di mobil. Tadi aku lup
ku tak sengaja menangkap sesuatu yang menyala di atas meja kaca teras. Kuhentikan langkah sekejap lalu mendekat. Ponsel Pak Slam
san dari notifikasi tersebut. Aku yakin, itu jelas-jelas Mas Ar
nyusulnya ke
tu. Ya, itu suara Pak Slamet dari arah garasi. Apa P
aju biru itu pun lantas mendekat dan menyambar ponselnya. Terliha
a menundukan wajahnya dan
arisan saya. Tolong Pak Slamet jaga rumah ya," tambahku. Tentu
a? Mas Ari benar-menjengkelkan. Keterlaluan sekali dia, menyuruh supir agar membatasi gerak-gerikku. Aku tidak
ak Slamet tetap di sini dan tidak menggan
ak Slamet perlu diberi obat tidur.
bat tidur dalam
dulu," pamitku pada Pak S
wabnya dengan
menuju ke dapur. Rencanaku membuat kopi ya
berada di dekat dispenser. Lantas menuang satu saset
n aroma harum yang khas. Namun, siapa sangka jika kopi harum ini nanti a
egas kutuang bubuk dalam kapsul obat tidur berwarna gelap yang seukuran ujung jari
ingin anda tidak menggagalkan re
ebetulan Mbok Darmi mel
, Nya." balasnya
kasih kopi ini ke
jurus kemudian, wanita berusia empat puluh tahun itu sudah melenggang ke arah garasi. Rumahku memang garasi da
itu dan menyaksikannya tertidur pulas. Se
sama kekasih gelapnya. Ah, jika aku terus memikirkan itu. Lama-lama bisa emo
annya ke udara. Menenangkan gejolak ya
gerjap rapat. Menghalau segal
ala melihat siapa yang datan
alah kopinya enak, itukan buatan pabrik. Sekalian juga kububuhkan sedikit obat tidur. Biar nggak merecoki urusanku.
kirin nanti saja. Semoga Pak Slamet nanti bangung tepat wakt
asker dan jaket. Agar Mas Ari tak meng
dah terkulai di lantai. Seperti yang kuperkirakan,
mall Plaza. Tak lupa mengenakan masker juga
baru menunjukan pukul lima sore. S
du dengan bising suara kendaraan lain. Jalannya lumayan ramai, p
aza. Langkah ini kian terpacu cepat. Agar sampai pad
luruh penjuru mall. Be
setiap toko yang menjual berbagai macam ba
a nyari satu lelaki di tempat
Mataku tertuju pada jajaran toko yang menjual mukena di seberang sa
tun
ja ngajak Mama buat beli mukena. Karena s
terbukti. Tapi soal cincin bernama Marisa
ebelahnya. Toko baju muslimah itu akan kujadikan
ya?" tanya Mas Ari pada mamanya. Dia tida
ng." kata Mama disela aktivitasnya me
pat ganti baju. Siapa dia? Kenapa m
sam