erwarna pink salmon dan jilbab
? Parasnya yang cantik dan terlihat kalem mana mungkin mau merebut suami orang. Ah
tak mampu menopang tubuhku. Kucengkram baju gamis yang tergantung di depanku. Tahan Vina, j
kompak menoleh ke
a Marisa teman arisanku. Ternyata tidak. Dugaanku salah, dia Marisa ... wanita yang penampilannya
ri yang berucap. Wanita bernama Marisa itu
ngga, haruskah terhenti karena wanita itu. Apa sepesialnya dia? Hingga Mas Ari mampu mencabangkan hatinya dan mengkhianati aku. Tak habis pikir aku dengan kelakuan Mas Ari dan mamanya. Bukankah ha
nti pas ijab kabul makin cantik deh kamu," Mama memuji Marisa s
n menikah dengan Marisa. Tanpa memberitahuku lebih dulu. Aku tidak terima, Mas! k
nya Mas Ari sambil mengedarkan pandangan ke penjuru toko.
Yang penting sederh
Ari menunjuk ke arah mukena berwarna putih d
baju dulu ya," pamit Marisa la
ma membalas de
kan ceraiin dia?" seloroh Mama bagai sembi
raikan aku? Apa a
ni nggak
dengar suara asing yang masuk ke gendang telingaku. D
aku sampa
potong baju lengan panjang berwarna pink muda. Dan men
itu sudah tak melihat ke arahku lagi. Untung aja aku p
alu memberikan yang terbaik untuknya. Bahkan soal anak ... dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dia selalu bilang, bahwa belum memiliki anak tidak masalah. Karena Tuhan belum mempercayainya kepad
mpermalukan mereka di tempat ini. Kenapa tidak aku permalukan mereka di hari pernikahan Mas Ari dengan Marisa nanti. Mun
nakan mata kembali hadir. Marisa sudah berkumpul lagi bersama Mama dan Mas Ari. Terlihat Mas Ari yang amat ant
ini. Ah iya, aku juga baru ingat soal Pak Slamet. Kira-kira dia sudah sadar b
baru terayun di udara lantas berhenti mendengar ucapan Marisa. Kulipirkan t
h itu aku akan menceraikan Vina." kata Mas Ari menatap wanita itu yakin. Dasar buaya! Cuma mau enaknya saja. Masa iya, punya istri dua. Jangan
semua," celetuk Mama panjang lebar. Terpampang sekali wajahnya tersenyum miring. Bagiku ini adalah sebuah ejekan. Ternyata Mama juga ingin aku pergi dari rumah yang selama ini aku dan Mas Ari bangun berdua. Apa mereka lupa? Bahwa semua harta M
it itu." wajah Mas Ari berubah cemas. Surat apa yang mereka maksud? Apa itu menyangkut tentangku? Menje
li. Aku harus sabar meng
a menyahut. Mimik wajahnya menyir
ahwa Vin
lantang. Ia menghentikan ka
usia pun terlihat masam. Sedangkan Marisa juga menunduk diam. Ketig
s Ari pada kedua wanita di sisinya. Meski wajahnya ma
all." tanpa sepotong kata. Mas Ari meraih paper bag berisi bela
g ke rumah. Aku jadi kepikiran soal surat yang dimaksud mereka.
dah di atas sana. Setengah jam lebih aku berkendara. Kini
Mataku reflek melebar saat menatap ke arah teras. Pak Slamet s
sam