erasa tidak asing dengan wajahnya.
a di dada baju seragamnya, "Muhammad
itan, saat berusaha berdiri. M
akit, Dek?"
kakiku, Om,
ulihat memang ada memar di sana, M
akit ya?" Bocah itu diam, sepertinya se
, Bunda dinas di san
lu tancap gas ke rumah sakit yang dimaksud. Rumah sakit yang sama, di
ada mobil lewat," tanyaku pelan, mencoba mengakrabkan dir
gi. Lalu saya buru-buru mau kembali ke sekolah, saya sudah lihat kanan kiri kok, sebelum nyebrang, tapi
nyetirnya nggak fokus
a O
Afnan. Kamu boleh panggil Om Afnan,
fa,
kelas
ekat kampus SD-SMP-SMA Muhammadiyah, untung saja jalanan belum r
uangannya Bunda." Alfa menunjuk lokasi
bukan dokt
calon dokter di sini Om," seloroh Alfa kocak,
disambut satpam den
elihat aku membantu Alfa yang jalannya pinca
ke ruangan, Bunda." Ternyata mere
awarkan bantuan, tapi ku tolak. "Tidak
Pria paru bayar itu kemb
tungku seolah berhenti berdetak, demi meliha
gil wanita yang beberapa h
ku? Dia baru duduk di bangku TK saat ketuk palu hakim memutuskan perceraian kami dulu,
ian bisa?" Uma pun tak ka
laminya hari ini. sementara Uma hanya diam tak merespon, mu
aja?" lirih Alfa, meliha
t lukanya?" ucap Uma, setelah ber
rgelangan kaki Alfa, lalu membebatnya dengan kain kasa
isa telfon Bunda, bukannya melakukan tindakan cer
gis, karena bukunya kebawa Alfa," ucap Alf
menoleh ke arahku, kali i
kasih sudah men
lah tidak mengenalku. Ya Allah..., rasanya nyesek banget. Padahal aku
tiba-tiba lidahku terasa kelu, mend
a? Bunda antar." Uma menggandeng Al
aja yang an
ertampar dengan ucapan Uma. Dia hanya menganggap
menjemput paksa Uma, yang sedang sakit di rumah. Sempat terjadi pe
bingung saat mendapati mertua
sementara Uma, masih berbar
ergi, bukannya diantar ke dokter," geram Bapak, dari
a Uma kan dokter, harusnya dia tahu apa yang haru
der women. Dia memang tahu apa yang harus dilakukan, tapi sa
da anakku selama kalian meni
aga Uma selama 24jam, saya juga harus kerj
ijinkan karyawan mengant
apa-apa dilakukan sendiri, jadi saya pikir dia bisa meng
ni Ibumu dan anakmu diare, dia kelelahan mengurus keduanya sendiri. Di mana hati nuranimu sebagai Ayah, Anak dan suami, saat anak
pa tas mereka. Uma, biar Bapak yang b
sahut Ibu mertuaku, beliau hanya menatapku sekilas, tanpa menya
singgung dengan sikap Bapak. Sebagai suami Uma,
a Uma keluar begitu saja tanpa seijin saya.
n atau tanpa ijinmu, aku akan tetap membawa
a. Bukan orang lain, meski itu ayahnya sendiri.
saya punya hak penuh atas,
pannya. Sementara, Uma terlihat memejamkan mata da
a anak saya. Ceraikan saja Uma, dari pada dia menderita hidup b
"Kalau terjadi sesuatu pada Uma, saya pastikan
ambu