12 m
sakan untuk tetap terjaga. Ini semua terjadi karena aku malas pulang, maka aku
tu cangkir kopi. Kenapa efe
at sudah diaktifkan sejak dua jam yang lalu, saat M
ak kan ndak terbiasa jaga malam. Nanti malah pingsa
, Mil. Aku
terlalu banyak yang beli. Paling ha
a? Susun bunga. Mbak kalau ngantuk, is
mun, keinginan untuk mencapai alam mimpi gagal karena sebuah cahaya menyorot dari sepasang lamp
mpu mobil yang begitu silau. Saat pemilik mobil sudah turun, b
ghampiriku, menarik, dan membenturkan diriku ke dinding. Aku meringis kesaki
pulang?" tanya
atap matanya saat ia berbic
ku dapat j
yang
sa
ohong, Dina! A
terd
t piket malam. Kamu ini benar-benar ...." Mas Satya me
k bisa pulang, jadi
tau telpon aku. Mana HP kamu? Mau aku banting?
m semua sakit di dalam dada. Kepala juga aku tundukkan dalam-dalam
Memaksa wajahku untuk mendongak. Bibir kami dipertemukan. Matanya yang terpej
ahi kami, sembari saling mengatur napas. Mas Satya memberikan senyu
marah," kata Mas Satya yang sangat jauh dari topik tadi
ak kemarin malam, Mas udah khawatir sama kamu. Kamu pingsan pas kita bercinta. Makanya, Mas larang kamu buat kerja. Apalagi tadi siang ... kamu hampir diinjak orang-orang. Mas ng
lengan di lehernya. "Aku masih waras, Mas. Aku nggak bakalan n
na merah muda. Di sela-sela kegiatan kami, aku bisa merasakan b
menghentikan ade
h?" tanya Mas Satya denga
perhatikan ubin berwarna putih. Kemudian
unga, dan di sini .
pat Milka tadi berada. Benar saja, tubuh kaku gadis itu sudah ada di ambang pint
enyadari aksi tadi dilihat oleh seseorang
. Ia menutupi kedua matany
." Gadis itu menunjukkan jari telunjuk d
.. s
>
dudukinya. Mataku melirik takut-takut pada s
panggilku
ang?" Mas Satya mena
e rumah Bunda. Bunda ajakin kita makan bareng. Satu keluarga. Ada Mbak Amira sama ...
ang dulunya biasa saja, kini memasang ekspres
aih tanganku yang ada di atas meja aga
. Emang Mas enggak merasa nggak ena
ang. Ini sudah jadi pe
ndiri? Nggak tega k
agi. Terasa jelas saat dia menggenggam er
" Mas Satya melepaskan genggamanny
nya tersenyum. Aku pindah duduk di sampi
uru t
gga
tert
maskan melihat ekspresinya saat ini. Aku memeluk lehernya da
mendekat. Bibir kami bertemu. Dia mungkin terburu-buru. Memasukkan lidahnya bersama dengan makanan
Mau Mas suapi
Aku bisa ma
gan lelaki satu ini membuatku sulit menahan pesonanya. Untun
>
ti saat terakhir kali aku datang ke sini. Entah kapan, aku sudah lupa
rbuka dan menampilkan sosok Bunda yang me
dang ke arah jalan yang baru saja ditinggalkan Mas Satya. Beliau tidak menga
uang keluarga yang sudah ada Mas Satria d
agi, si Satya?"
atria menempati nomor 2 setelah Lisa. Apalagi ucapan-ucap
tunggal yang jauh dari Satria. Bahkan
ngapain, Bun?"
ia sibuk banget di negara orang. Bunda jadi susah mau kete
Amira menjawab
dengan suara nyaris berteriak
waktu. Kalau kecapean, bahaya sama anak kami," lanjutnya, dengan ta
beli susu. Susu di rumah ti
tar, ya? Aku
yum miris
mi
tersayang untuk Satria. Sampai kami harus terpisah karena dia lebi
mua?" Bunda bertanya untuk memas
>
alah surga
i mall. Namun, kali ini sangat menjengkelkan dengan Satr
.. Satya suruh rahasiain lagi? Emang nggak pengen punya anak? Kami saja, yang baru menikah
u ikut campur urusan o
enegur lelaki kurang ajar ini, maka aku akan m
toilet dul
endorong kursi menjauh, lalu
ka dia tidak bisa datang untuk menemaniku, setidaknya
tercengang melihat Satria yang mun
a tulisan ini toilet wanita! Kakau mau ke sini, ganti kelamin d
a bicaranya sama seperti saat kami pac
nyinyir? Aku bisa s
an detik. Untuk sesaat aku kebingungan. Keti
kamu, Din ..
ong keras
gan kurang ajar! Aku bisa la
t sama adik aku sen
p-harap cemas semoga Mas Satya m
ala ponsel itu sudah
Dina. Aku cuman mau
amu!" Aku berusaha keluar dari toilet. "Kalau mau ambil it
dak kaku saat Satria memeluk dari belakang. Tang
sama kamu, Din.
lebih segala-galanya dari kamu! Yang pasti, Mas Satya j
Dina. Kamu tadi cemburu l
apa pun. Kebodohan terbesar aku itu pernah jatuh cinta sama perhat
balik kayak du
memutar badan menghadap Satria, lalu melayangkan
pas s
>