umah kami! Perempu
n di akhirnya itu masih mengg
pakaian lengan pendek dan rok di bawah lutut t
berpohon dan banyak rumput di sisi kiri dan kanannya seakan mengangg
ap dalam aspal jalan yang terlihat gelap. Dia menautkan k
kaian basah, ia mulai kedinginan. Sementara sama sekali tidak m
rapa jam yang lalu telah mengusirnya. Sebagai tand
iusir. Namun lelaki itu bukan lelaki sembarangan, di
g digemarinya padahal baru pagi, awal masuk sekolah kelas se
an apapun ter
Kara rasa sudah mengambil bagi
ilakukan Kei pada Kara menjadi segegangga
ada ibu dan ay
ekarang, apa balasanmu untuk kami, perempuan p
diusir, tapi tiada yang bisa dil
ya. Kei di campakkan keluar dari rumah itu. Ia di usir, dan berjal
erguna merasuk di jiwanya. Kei, mera
r orang dalam rumah tempat ia t
ngemas rumah tiap hari, memasak dan mengurus keperluan adiknya yang m
da perempuan yang sembilan t
tangga agar mendapatkan hati ayah dan ibu angkat
sepiring nasi setiap harinya. Menyebab
Ia tidak sanggup melanjutkan perjalanan yang
jalan. Dia meneguk saliva yang te
anya mendapat beberapa tetes saja. Haus, namun
longnya. Memberi sesuatu berharga baginya, setidaknya menemani gadi
, anak-anak seusianya menjauhinya, seakan menga
Karena dia pendiam dan tak mudah be
orang yang bertemu dengannya. Dan ber
ar khusus anak anak panti, lalu bertemu dan berkenala
s duduk di atas batu dan menyeka keringat b
ang. Laki-laki dan seorang perempu
itu mesra, seakan tak peduli dengan pandang
ik," seorang lelaki
al dan sepertinya mempesona bagi lelaki bertubuh gendu
Berdiri, entah mendapat kekuatan dari mana, "Jangan m
n ucapan berupa lontaran kuat meremehka
menguasainy
u
rbentur sangat kuat, oleh benda keras berakhir
Kei tidak ada. Mengingat sembari berlari, gad
s melihat siapa pemilik benda keras berakh
epala, pandangan Kei beradu pada seorang pria berwaja
api dihiraukannya. Terasa bahunya dipegang oleh p
gaman tangan besar dan kuat serta koko
Siapapun, t
g prihati
encoba melawan. Orang-orang meli
, entah takut karena apa. Berbisik-
ita pili
belum Kei di campakkan, masuk ke d
da di atasnya. Menatapnya dengan pandangan bergairah. Kei s
dikunci, Kei membuang wajah ke samping, air mata memb
pria itu menyentuh sudut wajah Kei. Mulai dari garis
n Kei sangat risih. Tiada yang bisa
sebagai pria bajingan. Kei menangis kesegukan sa
dah tidak ada harapan lagi dan kebanggan bagi di
h mengering. Sejam lelaki itu melakukan t
akan kasarnya seperti tadi jika Kei berlama-la