belum p
u saja terparkir di depan ka
postur tubuh yang bisa dibilang sangat idea
yang kerap membuat begitu banyak pasang mata menatapnya terkesima, karena laki-laki itu memilik
seorang Gabriel
g baru saja menyandang g
erasal dari keluarga
alu angkuh, egois dan
laki itu duduk di salah satu bangku di mana G
nikah, Gib!" u
menatap dalam bola mata Gaby yang hari ini berwarna biru don
na lo udah bohongin gue!" Tegas Gaby yang terus berusaha menekan kua
encoba mengingkari perasaan
ng mendalam. Susah payah dirinya bangkit dari keterpurukan pasca ditinggal sang Ayah, kini Gaby ta
dengan penyakit yang kini diderita oleh Gibran, tak menutup kemungkinan
y pastikan dia tak akan larut da
ah tau bagaimana akhirnya. Dan menjaga jarak adalah sa
uncak. Perubahan sikap Gaby yang begitu signifikan memang membuat Gibran kaget, tapi seharusnya, ini bukan lagi hal aneh bagi Gibran. Bukankah, s
mantan-mantannya terdahulu. Gaby bersedia menerima kekurangannya. T
ara-gara lo? Jadi lo yang harusnya mikir, gimana caranya supaya pernikah
r
ksa melampiaskannya di atas meja. Kalimat Gaby jelas menikam ulu hatinya. Menusuk dan mer
ahkan gue setiap kali kita ketemu! Bisa nggak sih, lo itu nggak usah terus menerus mengingatkan gue sama kekurangan yang gue miliki? Kalau gue penyakitan, ter
L
keras mendarat
meraba bekas tamparan
telunjuknya yang mengarah tepat di depan wajah Gibran. Mendadak emosiny
rlihat lemah. Bisa jadi, melalui banyaknya kekurangan pada diri seseorang, dari situlah seseorang itu belajar untuk menjadi lebih baik dan
telahnya, wanita cantik itu menundukkan kepalany
r Gibran membatin. Meski dia
mengenal Gabrie
g populer semasa perkulia
liam adalah seorang lelaki berkebangsaan Amerika yang menikah dengan seo
ih dulu berpulang bahkan saat usia Gaby masih sangat kecil, Gaby
karena kebetulan Michael adalah dokter spesialis yang menangani pengobatan G
rang diri. Sampai akhirnya, Gibran dipertemukan dengan ayah kandungnya d
a waktu lamanya. Dan di sanalah dia mengenal Gaby pun keluarga Gaby sendiri. Hanya saja, Gaby tak p
telah menyetujui perjodohannya deng
na?" tanya Gibran dengan suara
nduk. Hal itu membuat jiwa kelelakian Gibran terpanggil. Sejak dulu Gibran
adap Gibran selama ini. Berkat Om Michael, Gibran bisa bertahan dari penyakitnya hingga sekarang. Dan kini, Gibran ha
. Kalau memang itu yang terbaik buat lo,"
uarganya sendiri, adiknya sendiri. Entahlah, Gibran sendiri masih belum paham betul a
sca wanita itu tahu mengenai penyakit yang Gibran derita, perasaan cinta yang pada awalnya sudah
kkan semua itu jika dirinya sudah bersama Gibran. Bahkan Gaby yang dulu dik
la perkataan pedas yang sukses me
ak kepergian ke dua orang tuanya. Padahal yang Gibran tahu, du
ng tadinya periang jadi pendiam dan pemurung. Sampai akhirnya, Tuhan pun
semakin terpu
kembali dengan tegaknya. Mampu kembali m
wanita yang sosoknya selalu sukses menc
suk G
lepas satu tahun nanti, gue akan gugat cerai lo lalu semuanya selesai, oke?" jelas Gaby. Dia menarik jemarinya dari tangan Gi
g langsung menjauh dan kemba
arap gue bakal menunaikan kewajiban apapun sebaga
gi?" Gibran memut
u nggak mau, suka nggak suka, lo harus terima!" Ucap Gaby lagi
h, pasrah. "Ok
! Gue harus pe
. Meninggalkan Gibran yang sampai detik ini masih terus
a menerima keadaan gue apa adanya. Mungkin kita bisa me
nya bisa menghela nafas berat demi mengurangi
berniat hengkang dari kafe itu, sebab dia masi
ar dari Kafe, ada seorang wanita lain yang terlihat berjalan m
papasan di
esuatu
jelas membuat pergelangan tangan wanita itu tertarik kembali ke belakang.
dan untuk menahan pinggang wanita itu. Dan wanita itu pun dengan si
ang setengah membungkuk sementara si wanita terlentang menghadap Gibran yang sengaja menyangga pinggul si wanita dengan tun
aktu seolah ber
sekeliling mereka pun terh
terlihat berjalan begitu lam
n ke dua sejoli d
bicara meski mulut mereka tak saling bersuara. Seolah meresapi perasaan yang terp
tengkuk bagian samping leher wanita
las dalam jarak dekat. Seperti bekas luka bakar sundutan
mengingat sesuatu. Hingga
terlihat tidak percaya dengan
ut Gibran, wanita itu langsung membenarkan posisinya dan menjauhk
help," ucap si wanita itu ser
alan gontai ke dalam kafe sambil sesekali merapikan rambut i
cantik, anggun da
laki-laki berumur sudah duduk di sana terlebih dahulu. Laki-laki yang
ersapa terlihat jelas bahwa mer
afsu bahkan tangan laki-laki itu kini dengan begitu santai bertengger di a
masih d
memperhatikan
rtemuan di mana seseorang yang
t di
kin dengan perasaannya kali in