itemani secangkir teh yang sejak tadi tak disentuh. Angin malam berembus pelan, membawa dingin yang menu
penuh tekanan: "Jangan coba-coba men
mendekati Aisyah tidaklah mudah. Tapi, di balik kerumitan itu, ada keyakinan yang terus mendorongnya: Aisyah adalah
n terakhir. Temannya itu selalu menjadi tempatnya berbagi cerita, terutama ketik
irin masalah, ya?" suara Adrian terde
cil. "Sepertinya ak
" Adrian langsung men
annya... rumit. Belum lagi tadi aku dapat pesan ya
anonim? Wah, sepertinya ban
s. "Aku sedang mempertimbangkan untuk melamarnya. La
Kalau kamu yakin, kenapa harus menunda? Tapi ada
a i
dirimu sebenarnya, bagaimana jika mereka tahu di
kut kalau aku mengungkapkannya, Aisyah akan melihatku berbeda. Aku in
ih baik dia tahu dari kamu langsung da
temannya itu benar. Kejujuran adalah bagian dari kesungguhan, tapi ada ketakutan yang suli
-
, bukan pada ayat-ayat yang ia baca, melainkan pada percakapan dengan ayahnya beberapa hari lalu. Tekanan dari ayahny
a-tiba menelepon, mem
a?" tanya Hana dengan
an. Ada apa, Han?"
, kamu sudah pikir
inya. "Aku tidak tahu, Hana. Dia memang terlihat tulus, tapi a
diri merasa ap
an itu berbeda. Dia tidak seperti kebanyakan pria yang pernah mencoba mendekatiku. Tapi a
tahu jawabannya. Hati itu tidak pernah sal
Ia tahu bahwa pada akhirnya, keputusan in
-
menghubungi Pak Ahmad dan meminta waktu untuk bertemu lagi. Kali ini,
ap yang sopan, meski tetap ada ke
n datang lagi secepat ini," ujar Pak A
Saya ingin menyampaikan niat saya secar
, memberi isyarat ag
"Saya tahu bahwa saya masih harus banyak membuktikan diri, tetapi niat s
saya harus jujur, saya masih ragu. Kamu terlihat sederhana, tapi saya tidak tahu bagaiman
ahami kekhawatiran Bapak. Saya memang memilih hidup sederhana, t
ns. Ia tampak merenung, seperti
erkata. "Saya tidak akan menolak niat b
itu,
ya. Saya tidak ingin ada hal yang disembunyikan, karen
an terakhir yang harus ia lewati. Ia tahu bahwa
akan jujur, tapi izinkan saya melakukannya dengan c
ki ekspresinya tetap seri
-
ntu menyiapkan makan malam. Ia melihat ibunya sesekali ter
tadi bertemu Ayahmu lagi
gerakannya. "Benarka
yum lembut. "
ya berdebar kencang
Ayahmu masih mem
erasa senang atau justru semakin bing
ng diri di kamarnya. Ia menghadap k
ku, maka mudahkanlah segalanya. Tapi jika tidak, jauhka
e depan akan menjadi penentu bagi langkahnya. Tapi, ia tidak menya
-
dari nomor yang sama dengan pesan anonim seb
mendekati Aisyah tanpa jujur, aku akan memastikan rahas
sempat merespons. Ia terdiam, merasa
ang mengawasi aku?"