L
cincin pertunangan mereka. Ia menyentuh pipi be
juga. Dia meninggalkan payungnya di depan pintu apartemen itu dan berjalan tanpa arah keluar dari gedung setel
menyamarkan tangisnya, Isabella sengaja berjalan di bawah hujan. Dia tidak ingin menangisi pria brengsek yang sudah menidu
gan dirinya sendiri yang su
untuk membuat ibu bisa mendapatkan perawatan. Dan ketika awal berkenalan denga
idak didasari oleh ci
tidak bisa menjelas
g menjalar dalam dirinya akan membantunya untuk berpikir rasional bahwa pertunangan
dengan Rico yang ia tempel di dinding kamarnya. Saat melihat senyum pria itu, Isabella tak lagi bisa menyem
karsastra karena ia tidak pernah dimabukkan oleh emosi impulsuf dan irasion
k ia buang karena berisi foto prewedding-nya dengan Rico. Mereka memang bernia
ja tersayat itu, bola mata Isabella berkaca. Rasanya saki
kemudian memejamkan mata dan membiarkan
dan mendengar suara lembut Fira. "Kakak! Apa pipi Kak Rico tidak pa-pa? Atau sangat s
a pada lipatan tangan yang ia
dengan spontan. Seolah-olah aku diguyur dengan air dingin. Aku dikhianati oleh teman
a berharap siapa pun yang memberinya l
*
yawan yang lembur dan mengeluh karena pekerjaan mereka belum beres juga. K
nya kepalaku
semalam mereka lembur bersama Andreas. Lina pun menyodorkan susu k
pucat. "Wah, terima kasih, Bu Lina! Ini berarti sekali untuk saya yang kelaparan dari tadi," ucapnya yang langsu
u seseorang yang te
k! Kl
jadi langsung terbelalak ketika melihat kedatangan seorang
ini. Dress berwarna putih dengan motif bunga-bunga itu begitu elegan, sangat cocok dengan Isabella
uk meyakinkan bahwa dirinya tidak salah lihat.
ali mau ajari aku, kan?" kata Lina, sedangkan Angga
a-tiba terlihat cantik di matamu. Pak Angga dan Pak Yuda juga begitu," ucap Isabe
asa ada yang hendak ditutupi oleh Isabella melalui penampilannya hari ini. "Hmm, sepe
a tersenyum de
aha menutupinya dengan riasan, mata saya tidak bisa dibodohi! Anda tid
atnya begitu," ucap Yuda ya
ndapat yang berbeda darinya. Terlepas dari Yuda yang tidak sependapat dengannya, Lina pun semak
ikit sembab akibat menangis semalam. "Hahaha, ti
menangis itu ada kaitannya dengan pasangan. "Apa Anda bertengkar dengan
pun terkekeh. "Sedikit?" Tidak mungkin Isabella m
saatnya
Baiklah, aku datang!" seru Lina. Dia sempat menyampaikan s
a napas berat. Dia menatap layar laptopn
nding saat orang lai
ng meja Fira. Isabella jadi menoleh, ia memandang ke arah Lucas yang tampak berbincang dengan karyawan lai
rterima kasih karena berkat itu jadi bisa membongkar pengkhianatan tunangan dan sah
enikmati w
di semakin merinding karena