ey lalu menjawab, "Baiklah. Kalau memang ha
embuatmu hamil seperti adik tirimu itu!" Harvey mengerlingkan sebelah matanya sembari te
yana kepada sopir taksi lalu mobil itu pun melun
tiga lantai di tengah kota, Harvey membayar ongkos taksi lalu m
erk terparkir berjejer di halaman depan. Suara musik berirama riang dipu
pada menyela perayaan pernikahan Alicia dan Mas Pedro. Kita pulang saja deh
Isyana bersama suami barunya. "Selamat datang di perayaan pernikahan kami. Kenapa harus cepat-cepat
ada ribut-ribut apa gerangan dan mulai berkerumun mengelilingi kedua pasangan itu. Tak ketinggala
pi ckckck bajunya lusuh sekali. Seperti lap dapurku s
palang basah. Tadinya aku ingin kembali lain waktu saja setelah perayaan pernikahan Mas Ped
, Isya?!" tolak Nyonya Marissa dengan sengaj
diang papaku sudah bisa kukelola sendiri, bukan? Tolong panggil Om Revan agar menyeles
dihadapi oleh istrinya tak akan semudah m
ak dari suami yang kau nikahi dengan sah. Jangan samakan dengan kau memungut gembel di pinggir jalan la
ra mendahuluinya, "Isya ... Isya ... apa kau sudah buta dan putus asa hingga membuang berl
sebelum suaminya naik pitam dihina begitu
kaya itu. Dia hanya tersenyum tipis dan menjawab, "Biarkan mereka mening
un memutuskan fokus dengan urusannya saja. "Jangan mengalihkan topik pembicaraan kita, Tante Marissa. Jadi apa pasal dari surat wasiat mendiang
Grup Husodo. Kenapa Kak Isya tidak melahirkan anak suami pilihanmu itu saja? Bukank
eperti itu di hadapan banyak orang. Terlebih lagi penampilan Harvey yang
rti pemuda miskin. Akhirnya, Harvey pun berkata, "Baiklah, sembilan bulan lagi kami pas
ifin Husodo ikut angkat bicara, "Hey, Anak Muda. Kau berharap bisa mencicipi
n berbudi pekerti luhur. Bukankah itu sangat langka hari-hari ini?" balas Harvey dengan
ey erat-erat. "JAGA BICARAMU! LELAKI MISKI
istrimu yang kurang didikan itu?" si
Isyana segera menahan tangan mantan tunangannya itu. "Mas Pedro, demi masa lalu kita.
n Isyana dengan jantung berdesir. 'Seharusnya kau milikku, Isya! Aku menyesal telah ber
lapar, yuk kita makan saja. Kasihan calon anakmu juga kelaparan di dalam sini!" ujar wanita itu s
a terkenang dengan masa pacaran dirinya dan Pedro yang berlangsung lama
jaan!" ajak Harvey setelah melihat istrinya melamun
eaning service, hahh?!" tanya Nyonya Marissa dengan sombong. Di
eras setiap harinya!" jawab Harvey merendah. Memang realitanya seperti it
ah mengerti maksud Harvey. Dia mengucap kata pamit lalu bergegas menggamit lengan
l sedan mewah dengan cat mengkilap warna merah me
jar Harvey membukakan pintu mobi