mencapai lantai dimana terdapat hall pameran, banyak pasang mata menatapnya dengan sinis. Ia berusaha un
sthi di sana bersama beberapa SPG lainnya. Sahabatnya itu me
aura-aura pembun
hat kepadanya, baik itu dengan lirikan atau terang-terangan menatapnya. Bisa ia rasakan pandangan setiap or
siapa ta
udah kesebar. Siapa suruh ka
sih! Aku juga yang
ari. "Bertahanlah, bestie
at ini. "Ngomong-ngomong, Vash, pameran k
au nggak salah, napa? Ka
ra kejadian kemarin atmosfer ker
da Pak Boss Duda yang tampan, kaya raya, dan berkarisma. Aduh, ngomo
nya. Mungkin ada baiknya jika ia memendam sendiri segala kegalauan hatinya. Jika sudah wa
n ada yang juga yang terlihat ingin tahu tentang Kamari. Semua ini terjadi karena Liam. Bahkan saat jam istir
EO, mana mungkin lah masih jadi
ar atau paling nggak, Manajer," ucap SPG den
u know-lah." Kembali si SPG berambut me
man tap
an tapi tid
makan siangnya menjadi hambar tak berasa dan nasinya sekeras batu. Ia menutup kota
pada diri sendiri, membutuhkan uang ini untuk biaya hidup. Ia tidak boleh menyerah begitu saja. Barangkali,
ri Kamari di stand mereka. Sang manajer mengatakan kalau Liam menunggunya di pintu selatan gedung
ikut aja. Kapan lagi kamu bisa pulang bareng sama ayang beb." Roby
emarin mendadak menjadi laki-laki penuh humor dan ikut-ikutan menggodanya seperti ketiga sahabatnya. Teman-teman SPG yang biasanya
kan oleh Balqis. Saat jam pulang tiba, Kamari memint
ku pulang," ujar Kam
ngkat sebela
"Iya, Om. Dari dulu aku
om ganteng dan sexy gitu." Kelakar
a dengan jengah. "Terus, N
ga yang pacar
ja ya kalau ujung-ujungnya kamu bunting dulua
amari dan membuat gadis it
ga. Kalau ngomong jangan asal,
nonton trus pengen." Kelakar Kamari membalas Balqis. Senang rasanya bisa mem
a dan memasukkan dalam tas. Ia melangkah perlahan, menahan dada yang berdebar keras. Setiap langkah menuju pintu samping terasa berat. Seandainya bisa, ia ingin k
tu pantas mendapatkan hukuman? Masalahnya, posisi Liam sekarang adalah bossnya. Seorang boss bisa menggunakan segala cara untuk mene
i! Di
natap lekat pada laki-laki yang bertahun-tahun lalu menjadi obyek mimpi-mimpinya. Liam muda kini telah menjelma menjadi
a mengatur nada suaranya agar terlihat norma
. "Kamu dulu m
tan dengan mata bulat y
n nggak man
aman." Jawaban jujur t
u. Aku selamanya akan j
dan duduk di jok depan. Ia letakkan tas di ba
ang sabuk
menyapu wajahnya saat jemari Liam meraih kait dan membantunya memasang sabuk.
h! Duduk y
n napas. Kamari berharap Liam tidak dapat mendengar dentuma
ana kalau cari sate pakai lont
g mematung, Liam b
u nggak mau
mengangguk. "Mau .
am melirik gadis yang menunduk di sebelahnya. Rambut Kamari yang hitam dan panjang, diikat kunc
ari
t wajah, menatap
ik sekali. Tidak sia-sia a
bih cepat, dan wajahnya memanas. Menunggu tu