ia mendapatkan kesempatan untuk melihatnya lagi secara langsung. Perasaannya campur aduk-rindu, cemas, dan sedikit takut akan perubahan yang mungkin terjadi selama mereka terpisah. Ia memut
meski ia yakin perasaannya masih sama, ia tidak bisa menghindari rasa khawatir akan perubahan yang m
atu dalam dirinya yang tidak bisa ia definisikan. Adrian terlihat lebih dewasa, lebih serius, dan meskipun senyum di wajahnya terlihat
nggung namun tetap hangat. "Nay," katanya, su
Namun, ketika mereka saling berpelukan, Naya bisa merasakan ada jarak yang lebih dalam dari sekada
a bekerja. Tempat itu cukup tenang dan nyaman, sebuah tempat favorit Adrian untuk melarikan diri dari
, Adrian mulai berbicara dengan santai. "Jadi,
car. Tapi... ini lebih tentang kita, Adrian." Naya menat
ebenaran dalam kata-kata Naya, dan ia tahu bahwa ia tidak bisa terus menyembunyikan perasaann
as baru. Ini bukan kota kita. Banyak hal yang berubah." Suaranya terdengar le
ul. "Aku tahu. Tapi, bukan hanya soal kota ini
pernyataannya. "Jauh?" tanya Adrian
ng. "Kamu jadi lebih tertutup, lebih menghindar, lebih jarang menghubungi a
alam dirinya. Godaan yang datang dari sekitarnya, ketegangan di tempat kerja, dan kehadiran Maya yang semakin menambah kerumitan dalam hidup
seperti itu. Aku hanya... merasa terlalu banyak yang harus aku pikirkan. Hidup d
tidak bisa pahami-sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia tahu, meskipun Adrian mengatak
u juga butuh kamu yang dulu. Aku butuh kamu yang penuh semangat, yang s
lam dirinya. Ia ingin memberitahukan Naya tentang godaan yang hadir dalam kehidupannya, ten
y. Tapi aku nggak mau kehilangan kamu. Aku... aku but
k menangis. "Aku sudah menunggu kamu, Adrian. Aku sudah menunggu untuk bisa b
an itu, meskipun ia tahu itu tidak cukup. "Aku masih cinta kamu, N
nahan air mata yang hampir jatuh. "Aku
harapan untuk menemukan jawabannya, tapi pertemuan itu malah membuatnya semakin bingung. Ia merasa sep
Suasana itu terasa asing bagi keduanya. Meskipun tubuh mereka berd
ang ia tahu datang dari keraguan yang semakin menguat. Ia ingin berkata sesuatu, tetapi kata-kata itu terasa sulit untuk kelu
suaranya berat, penuh dengan kebingungan. "Aku merasa seperti aku kehilan
ati Adrian atau hanya sekadar penghindaran. "Kenapa kamu berubah, Adrian?" tanyanya, nadanya hampir t
egalanya. "Aku nggak tahu. Kadang aku merasa semua ini terlalu besar untuk ditanggung sendirian. Hidup di sin
jauh, bukan dunia yang pernah mereka impikan bersama. "Adrian, aku tahu perubahan itu bagian dari hidup. Aku tahu kamu punya banyak
itu tidak mudah keluar. Bagaimana ia bisa mengungkapkan pada Naya bahwa, meskipun ia masih mencintainya, ada bagi
pnya dengan mata yang mulai memancarkan kekecewaan. "Ka
ngganggu pikirannya. Bagaimana ia bisa mempertahankan hubungan jarak jauh ini jika perasaan mereka semakin terpisah? "Aku t
merasa seolah waktu berhenti sejenak. Ia merasa seperti tersingkirkan dari duni
suaranya hampir tak terdengar. "Aku datang kemari untuk menemukan kita lagi, untuk
seperti sudah terlambat. "Aku nggak ingin kamu merasa sendirian, Nay. Aku ingin kita
, tetapi kali ini tidak dalam bentuk tangisan. "Jadi, kamu bilang kamu nggak bisa menjaga janji ki
an janji yang lebih pasti, tetapi hatinya terasa kering. "Aku nggak tahu, Nay. Aku hanya
pertahankan dengan harapan, kini mulai retak. Ia berusaha untuk tetap tenang, namun perasaan itu terlalu kuat untuk ditahan
g mulai terasa berat. "Aku datang ke sini untuk mencari kamu lagi. Tapi
in berkata sesuatu, tetapi kata-kata itu terlalu sulit untuk keluar. A
bisa menemukan dirimu lagi, Adrian. Tapi aku nggak b
kakinya berat, namun penuh dengan keputusan yang harus diambil. Ketika ia
merasa benar-benar sendirian di tengah keramaian kota besar ini. Ia ingin mengejar Naya, memanggilnya kembali, ta
a. Ia tahu ia harus membuat keputusan, dan mungkin, itu berarti mereka harus berpisah-meskipun hatinya meronta, ia tahu itu adalah langkah yang
terperangkap dalam kebingungannya sendiri. Semua yang ia rasakan, semua yang ia
ambu