ya. Kakinya melangkah dengan berat seperti ada batu
Dosen dan Bu Dosen dengan serius. Cuma Olive yang terlihat santai meskipun ia tahu kalau ia sudah telat. Jadwal kuliah yang ia terima dari asisten
akan masuk pintu besar ke departemen bahasa inggris. Nah ini dia departemennya," gumam
a." Ia mempercepat langkahnya. Entah kenapa hatinya berdebar-debar. Ia mengintip dari sebaris bagian pintu yang terbuat dari kaca.
Tok.
at seisi ruangan me
asuk dan memasang wajah lugunya, tersenyum dengan sangat manis. "Maaf saya te
menjelaskan di depan kelas, tiba-tiba w
pa?" tanya lel
masih tersenyum, menunjukka
elaki yang tinggi besar itu murka. Nada suaranya naik d
ya mempan dengan guru-guru SMAnya tiba-tiba mental sama dosen killer yang ber
ng sejak tadi tak berani bernafas. Ia berkacak ping
ir keterlambatan, baik berupa absen, jam masuk kelas, maupun untuk tugas-tugas. Tidak sekalipun karena saya juga tidak pernah telat! Konsekwensinya ... kalian aka
raka tak menyangka, masa indah SMA sudah
rutukkan, tangannya pun mengepal, wajahnya sampai merah semerah
a pendapat mahasiswanya. Tapi, tentu saja bukan pendapat Olive, yang wajahnya sudah dilipat-lipat seperti kertas wadah gorengan. Tidak ad
las perlakuan kamu yang sudah memperma
pindah darinya, mengutuk pria yang mulai belingsatan karena wanita gi