namun sangat anggun. Wajahnya dipoles lembut dengan riasan tipis yang menonjolkan kecantikan alami ya
Orang-orang di sekelilingnya sibuk memuji betapa cantiknya ia, betapa cocoknya ia dengan Reihan, lelaki yang akan menjadi suami
pelan. "Syakila, sudah siap?" suara lembut ibu
dalam, mencoba menenangkan d
n yang sulit disembunyikan. "Kamu cantik s
kata-kata itu terdengar kosong, seolah bukan untuk dirinya. Apakah R
tampan, mapan, dan dari luar, tampak seperti pasangan yang sempurna. Tapi setiap kali mereka bertemu, ia selalu meras
penghulu sudah menunggumu di sana," ka
tipis seakan menyembunyikan sesuatu yang
Syakila dan membawanya ke dalam genggaman. Lalu
agia saat melihat putrinya menik
ri di depan, mengenakan pakaian pengantin dan jas warna putih yang tampak gagah. Namun, tatapan matanya tidak seperti yang Sya
menjadi bayang-bayang di latar belakang hidup Reihan, bukan cahaya yang menerangi hari-harinya. Tapi ia me
ahu kamu sudah tidak sabar lagi kan
pa. Syakila tahu semua orang mengatakan jika dirinya beruntung mempunyai
di samping calon suaminya, lalu Bu Azizah menutup
alah sang paman. Dengan di bimbing pak penghulu, Reihan mengucapkan
mad Aziz dengan mas kawin emas antam sepuluh gram dan uang dua puluh li
na para
H..
dulill
cincin disematkan, dan doa-doa dipanjatkan. Namun, di dalam hati Syakila, ia merasakan a
ang ponselnya daripada berbicara padanya. Ketika Syakila memberanikan diri bertanya, "Kamu baik-baik saja?" Reihan hanya men
at menggantung di antara mereka. Raehan terlihat gelisah, seperti orang yang dipaksa berad
udah sah menjadi suaminya itu. "Mas Reihan, ada apa? Aku merasa kita tidak
uhi dengan rasa bersalah. "Maafkan aku, Syakila. Aku tidak bisa berpura-pura
a-tiba datang tanpa peringatan. "Seseorang?" suaranya bergetar,
aku ... aku tidak tahu harus bagaima
lir tanpa henti. Syakila merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tidak bisa ia hindari. Perni
pa mas mau menikah denganku, mas, kenap
sa menolak permintaan ibuku untuk menikah denganmu," ka
tu sama lain. Tapi tidak dengan Syakila dan Reihan, malam pertama pernikahan mereka sekarang seperti nerak
ih mengenakan pakaian pengantinnya. Reihan memilih untuk berbaring di samping Syakila, lal
seperti ini. Apa salahku ya Allah,
bertemu karena alasan sibuk dengan pekerjaan, Syakila mulai menyangkal pikirannya sendiri. Dan sekarang semuanya sudah terbukti, bahkan Reihan sendiri yang mengatakan kalau Reihan m
eorang pria yang hatinya bukan miliknya. Ia hanyalah istri bayang-bayang, yang harus m
*