t! Dia sudah berada di meja makan dengan secangkir kopi hitam dan beberapa tumpuk koran harian di tangannya. Ayah Keira memang penggila kerja. Selalu mementingkan pekerjaan walaupun be
lahan karena terlalu sering bekerja malah Keira yang s
nnya. Masih teringat dengan jelas dibenak Keira bahwa adiknya seorang pecinta coklat yang akut. Keira menatap bosan wajah Kiv yang selalu terlihat menjengkelkan, didukung kaos hitam polos dengan simbol unggas
sebagai kekasih idaman mereka. Benar-benar selera yang aneh, men
anggukkan kepala. Kiv sendiri sedikit terundang untuk menoleh
g sekali bisa berkumpul secara formasi lengkap seperti seka
impan mereka, di pinggir meja makan. "Satu jam yang lalu. Oh iya, bagaiman
enjawab. "Seperti biasa, ada ulangan harian dan PR yang menumpuk." Terpaks
dengan anggukan kecil. Kala itu, Keira hampir saja bisa melahap roti bakar yang diisi
lebih lebam daripada bulan lalu?" Ayah
lui perkataanya yang menanyakan mengenai luka lebam di wajah Kiv. Dia bilang lebih lebam dari bulan lalu? Tidak. Waja
potongan kecil roti bakar ke dalam mulutny
nyaan Ayah sama sekali tak membebani pikiran anak itu, ia masih santai men
ua dengan buruk, tanpa rasa hormat bahkan terkesan acuh terhadap masalah
an membuat masalah lagi di sekolah." Kiv
seenaknya! Mengabaikan nasihat orangtua dan merasa paling benar! Lihatlah kakakmu,
anya lalu Ayah meminta salah satu untuk mencontoh. Bagi Keira, ini meninggalkan kenangan yang buruk. Sewaktu kecil, Ayah selalu membanggakan Kiv dan menyudutkan Keira yang dicurigai takkan bisa
pagi di keluarga y
onasi malas harus menghadapi Ayah. Keira sedikit merasa kalau Kiv tidak suka dibanding-b
i seorang bed*b*h seperti sampah masyarakat?!" Ayah setengah
etegangan antar keduanya. "Kau mengajariku banyak hal, dan aku hanya mengikuti semua ilmu darimu termasuk
nan Kiv kepada Ayah. Jawaban adiknya benar-benar menohok sampai Ayah ter-skakmatt dan tidak bisa berkata-kata lagi. Se