i santan pada putranya. Ada sambal terasi dan ikan asin goreng yang juga siap dipind
ya, menerima mangkuk berisi
saja, tapi dia berusaha untuk menepis rasa, perempuan itu pikir mungkin asam lambung nya naik, maklum beberapa hari ini pikirannya banyak, selain soal kuliah dan biaya, ini juga tentang Bagas yang mulai berubah dan tidak memberikan kepa
gkin itu kesalahan nya karena berkata seperti itu pada Bagas. Secar
tidak mengenal nya di kampus. Belum lagi para perempuan sombong dan pongah sahabat Bag
arin, neng." Mak bicara, me
ti takutnya kuliah morat-marit, kerja ja
kan Mak, Alika diam sambi
?" Dia ber
nggukkan
ada beberapa tugas kuliah yang ha
pucat, mak khawatir kesehatan neng tidak baik-baik saja," bola mata mak terl
pucat, membuat dia khawa
mayan kalau berobat pasti gratis. Tidak perlu khawatir soal biaya, kecuali sakit harus beli ob
Alika hanya bisa men
enar-benar terlihat santan nya, ikan asin dan sedikit sambal. Kesederhanaan yang sudah sangat mengenyangkan jika di makan
panggil abang, terlihat begitu manis yang menyatakan betapa dia dihargai di
a, duduk di samping Mak dan Fadil memilih duduk di
kak perempuan nya gelisah. Seperti kata mak, wajah kakak nya terlalu
ap Fadil pelan, dia meraih sebuah piring plastik, me
pak langsung menatap dalam wajah putri kesayangan nya. Bapak terlihat mengernyitkan keningnya saat meli
riksa kesehatan." Pinta ba
embiarkan sang kakak mulai menyantap makanan nya. Anak laki-laki tersebut sudah
hitungan detik tiba-tiba dia meletakkan sendok berisi nasi dan sayur nya rasa mual menghantam dirinya. Tidak menunggu waktu lama, perempuan i
ngan yang lainnya. Mak langsung khawatir, berhamburan mengejar Alika ke belakan