ak Ryan! Apa yang sedan
a kesulitan menemukan kata-kata yan
panggilan telepon, lalu menatap Ryan dengan gelisah untuk mencari tanda-tanda amara
menjenguk nenekku di rumah sakit
emang sudah membuat rencana di hari itu. Dia menundukkan kepa
eolah tidak mau melihatnya lagi, dia berbalik
butuhkan waktu beberapa detik sebel
n emosi yang kompleks memenuhi hatinya ketika dia bertanya-tanya
ang seperti ini jika mendengar bahwa dia berniat
n di kursi belakang dan suasan
untuk diabaikan. Akhirnya, Ryan tidak tahan lagi. Dia
tkan Jenessa sehingga membu
a," kata Jenessa
ra perlahan dan nadanya
embuka mulut untuk membela diri, suara menawan Ryan tib
kamu menghindariku? Kenapa kam
mbeku di tempat dan dia
kan tangan dan dengan lembut memeg
pria itu mencondongkan tubuh dengan
Jenessa berdebar dan dia secar
nah datang. Dia merasakan sentuhan dingin tangan Rya
m, kenapa wajahm
dunia nyata dan dia menyadari bahwa pria
aha keras menyembunyikan rasa kecewanya. "Aku bai
a Nenek. Jika Nenek melihat wajah pucatmu, dia akan menyalahkanku karena tidak menjagamu
tubuhnya terasa dingin
tidak akan khawatir," gumamnya samb
ertawakan dirinya s
ahwa Ryan peduli padanya, tapi akhirnya
aan? Apa sikap Ryan masih kurang jelas?' Jenessa seharusn
, mobil berhenti di
Jenessa berjalan beberapa langkah di bel
entikan langkahnya da
anganku," perintahnya
langkahnya, wajahny
gin, "Jenessa, aku tidak keberatan jika kamu ingin bercerai. Tapi kamu tidak b
kan untuk mengurungkan niatnya ketika melihat sekelompok perawat berjalan di
alu berjalan mendekati Ryan dan
enempel di tubuhnya. Namun, dia dengan cepat menekan em
ek Ryan menyambut mereka
an, kalian s
dekati Nadine, l
ang ketika mengulurkan tangan un
il mereka untuk menjenguk. Kamu seharusnya melihat bayi itu, dia sang
Nadine melirik perutnya dan mengg
kaku seperti papan dan dia m
mengetahu