lengkungkan seringai kemenangan atas permainan poker malam ini. Ia memimpin dan memenangkan permainan tersebut
a menyeka keringat dingin tersebut tanpa bisa menghentikannya
ngan sikap angkuhnya. Sebelah jemarinya masih menggesekkan ujung kartu di atas meja
sekali lagi ...." Me
obil, saham, rumah." Sebastian m
a istrimu, kan?" Sebastian melanjutkan. M
ayar semua
igus malam ini. Trust me, it's a bullshit!" Sebastian mengolok l
uh. Bandar itu mengangguk
kasih,
ng mulai putus asa dengan utangnya. Ia men
yang paling besar sekarang. Pilihannya hanya ada dua, nyawa atau istrimu?" ujar Sebastian memberi
awal Sebastian Arson berdiri di belakang kursi Melvin Hadinata. Me
pi
ian sambil mempermainkan chip
. Setan dalam dirinya terus berbisik agar ia melanjutkan permainan. Peluang itu masih a
pertaruhkan Cindy tapi aku mau 50 persen saham Mohen Gru
eberapa saat. Ia mengangguk kagum pada kebodohan
mengembalikan semua uang yang sudah aku menangkan tadi beserta uang empat miliar yang kamu pinjam ... cash!" Sebastian makin mena
g, Cindy jadi milikku mal
. Sebastian menjentikkan jarinya pada pengacara sekaligus tangan kanannya, Lef
nya Melvin me
ntai. Melvin tidak punya waktu membaca semuanya. Ia terpaksa menandatangani dokumen itu sebelum permainan dimulai. Tidak ada pemain
tidak kunjung pulang. Melvin mengatakan jika ia hanya sebentar ke kafe untuk men
rengek pelan dan kembali duduk. Ia bahkan sudah melewatkan makan malam romanti
bis terbakar. Cindy masih diam memilin jemarinya di atas meja. Bukan rasa lapar yang ia rasakan melainkan kecewa. Ini bukan kali
nyi tak lama kemudian. Cindy segera menoleh ke belakang dan tersenyu
g pria yang tidak ia kenal muncul di depannya diikuti oleh beber
dulu diam memandang Cindy. Dari balik tubuhnya keluar seorang pria lain.
n pandangan matanya yang tajam. Ujung bibirnya terang
y. Masih i
nggeleng dengan polos. Pria itu mengernyit keheranan lalu memerintahkan semua orang u
anya Cindy lagi
elayaniku. Jadi lepaskan pakaianmu!" Sebastian memerintahkan tanpa senyuman. Cindy
an hanya menyeringai sinis lalu berjalan ke arah kamar. Ia membuka pintu l
n mengekori Sebastian masuk ke kamarnya. Pintu
lama. Lepaskan saja p
. Sebastian berbalik dengan sikap angkuh dan dingin memandang Cindy da
a melawan. Jadi sebaiknya kit
an jasnya lalu melempar sembarangan. Kedua tangannya mencekal tangan Cindy dan tubuhnya menindih tubuh
dak, jangan salahkan aku jika kamu tidak akan pernah bisa pulang!" des
n aku, a