tar ke ruangannya," lontar Rafka ketika ia mengumpulkan tugas m
ah Bu Sarah, kalau bukan gue yang antar tugasnya," tolak Nera–teman sekelas Rafka-bergidik ngeri
rtamanya dalam misi memenangkan taruhan, ingin se
erlihat alami untuk memulai melak
a harus bisa mendapatkan tumpukan tugas
jadi lo enggak bisa kasih tugas ini ke dia," dalih Rafka berusaha keras mendapatkan
ari Rafka. "Sorry, Raf, tapi gue enggak bisa. Gue juga enggak mau harus terliba
icara baik-baik dengan gadis itu, akhirnya langsung saja merebut tumpukan tugas yang ada
afka dengar dari Nera sebelum ia meninggalkan ruangan kelasn
ia harus segera pergi ke ruang dose
*
in Ibu berikan kepada kelas 6 A," sapa Rafka ketika ia tel
jawab mata kuliah saya dari kelas 6 A adalah Nera?!" ta
kan bantuan untuk mengantarkan tugas ini kepada Ib
Sambil memfokuskan tatapannya kembali ke layar laptop, ia berkata dengan wa
ek
njukkan oleh Sarah kepadanya. Pantas saja, Nera merasa takut pada Sarah dan tak meng
an tegas seperti ini, ia sendiri juga merasa en
us bisa bertahan menghadapi segala sika
ng untuk menghilangkan perasaan gu
si beraninya dengan mengambil setan
ambil meletakkan mawar yang ada di tangannya, di samping tumpuk
, lebih baik kamu singkirkan dari meja saya!" tandas Sarah memindahkan pa
i pula, mawar ini cocok berada di dekat wanita cantik seperti Ibu," jawab Rafka dengan ber
an cepat, Sarah memindahkan mawar dari atas mejanya ke dalam kotak sampah yang ada di bawah meja kerjanya. "Tolon
u semakin menggila. "Kayaknya Ibu enggak suka bunga mawar. Kalau begitu, besok saya
ju. Tak peduli seberapa kerasnya dan seberapa dinginnya sikap Sar
rasa malunya di depan banyaknya orang yang s
us mengendurkan sejenak harga diri
ah menekan bibir bawahnya dengan gigi atasnya karena ia sedang menahan amarahnya agar tidak meledak. "Sekarang, le
keluar, saya akan keluar demi Ibu. Lagian, saya enggak mau li
ngan dosen dengan kecepatan penuh. Pasalnya, usai mengata
emburkan api kemarahan yang berkobar-kobar kepada dirinya,
*
vin ketika melihat Rafka sudah kembali lagi ke kelas, karena dalam w
yang harus di kasih ke Bu Sarah. Tapi, gue yakin pasti itu rencana lo biar b
Rafka kepada kedua kawannya yang tak datang saat mata kuliah pertama mereka har
gara ajakan minum-minum semalam di apartemen lo, kita jadi lupa buat tugasnya Bu Sarah," damprat Kevin kepada Tyo. Hal tersebut karena sepanjang
hut Tyo yang tak terima disalahkan oleh Kevin. "Lo
m-minum karena gue mau mengerjakan tugas dari Bu Sarah. Tapi, karena lo berdua terlalu as
Tyo dan Kevin langsung kicep seketika. Bahkan mereka tak membalas saat
? Wah ... mentang-mentang mau pacaran sama dosen, berubah jadi rajin lo!" Kevin kembali mengeluarkan gurauannya. K
isa kumpul tugas tepat waktu dan ketemu sama Bu Sarah. Kalau kagak sih, gue b
iliki kecerdasan lahiriah yang bisa membuatnya mudah m
saja ia kerjakan tugas itu, karena ia suka sensasi adrenalin ketika mengerjakan tugas di waktu-
*
g bersama teman-temannya usai pulang kuliah karena tak ada jadwal mata kuliah lagi hari ini. T
meski tak ada lagi mata kuliah yang harus mereka ikuti hari ini. "Mau ngapain lo? Tumben banget betah lama-lama di
untuk deket sama uB Sarah. Tuh, lihat Bu Sarah ada di sana." Kevin
an ganggu gue yang lagi mau tebar pesona sama Ibu D
k bu Sarah," goda Kevin sebelum meluncurkan motorn
lihat Sarah akan berjalan menaiki tangga. Akibatnya, bunyi na
lumayan berat," tutur Rafka setelah ia selesai mengatur nafasnya. Tadinya, ia ingin bertanya mengapa
Sarah yang mulai menaiki anak tangga dan melanjutkan l
ba-tiba seperti ini. Yang ada, kalau ia tanggapi, anak muda sepert
a tetap saja bersikap berani kepada wanita itu,
ri tangan Sarah, lalu berkata, "Ibu enggak perlu gengsi sama s
indah tangan, dengan suara tertahan Sarah mengeluarkan