Rafka Mahendra, Playboy kampus yang selalu berhasil menaklukan hati wanita, mendapati dirinya berada di dalam tantangan yang sulit. Teman-temannya menantang dirinya untuk menjadikan dosen baru mereka, Sarah Adisty Mahira, sebagai pacarnya dalam waktu satu bulan. Namun, sarah terkenal sebagai dosen yang tegas, misterius dan berhati dingin. Walaupun begitu, Rafka sangat bersemangat untuk menghadapi tantangan ini karena semakin sulit wanita yang ia taklukan, maka semakin membara juga jiwa mudanya. Meskipun Sarah terus mengabaikannya, tetapi Rafka tak akan menyerah dengan mudahnya untuk mendapatkan hati dosennya yang sedingin salju itu. Rafka akan mencoba berbagai cara dari sekadar menggoda, memberikan hadiah, sampai ia rela menyewa mata-mata untuk menyelidiki masa lalu Sarah. Namun, ketika Rafka mengintip pada masa lalu Sarah, ia menemukan sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata untuk mengancam Sarah agar bersedia menjadi pacarnya. Tetapi, apakah ancaman itu cukup untuk membuat Sarah menyerahkan diri kepada Rafka? Lantas, apakah pada akhirnya Sarah mampu menghadapi permainan cinta penuh intrik yang diciptakan oleh Rafka dan teman-temannya tersebut?
Di tengah dentuman musik yang keras, 3 orang lelaki sedang menyesap segelas minuman berwarna hitam dengan rasa yang begitu pekat. Mereka tampak mengobrol sembari sesekali menyulangkan gelas masing-masing.
"Benar-benar hebat lo, Bro. Memang pantas lo dapat julukan sang penakluk wanita andal. Hanya dalam waktu 7 hari saja, lo sudah berhasil mendapatkan Vania, Siska, dan Leoli." Pemuda yang bernama Kevin itu sangat salut dengan kemampuan Rafka.
Padahal, sudah jelas-jelas Rafka terkenal sebagai playboy yang suka memainkan hati wanita, tetapi masih saja ada wanita yang mau dijadikan pacar oleh temannya itu.
"Kayaknya pesona lo memang enggak bisa terbantahkan, Raf. Sejauh ini, gue sama Kevin jadi enggak ada kesempatan untuk menang taruhan yang kita buat sama lo." Tyo mendesah pasrah, ketika ia harus kehilangan jam tangan seharga 1000 dolarnya, yang ia jadikan jaminan jika Rafka menang taruhan yang mereka sepakati bersama.
Sebenarnya, tak masalah jika ia harus memberikan segala hartanya untuk memasang taruhan dengan teman-temannya.
Toh, bagi anak orang kaya seperti Rafka, Kevin, dan Tyo, kehilangan barang-barang berharga milik mereka tak memiliki arti apa-apa.
Namun, bagi mereka yang penting adalah bisa memenangkan pertaruhan ego dan harga diri karena ingin terlihat lebih hebat daripada yang lain.
"Jadi, lo berdua memutuskan menyerah dan enggak mau pasang taruhan lagi sama gue! It's okay, Bro, karena artinya lo berdua mengakui pesona gue sebagai player tangguh yang enggak terkalahkan!" pungkas Rafka menyembulkan senyum kemenangan, tetapi di mata Kevin dan Tyo malah seperti seringai menghinakan.
Tak terima dianggap gampang menyerah seperti itu, membuat Tyo dengan lantang menyanggah, "Siapa bilang kita bakal menyerah begitu saja, Bro. Lagian harta Bokap gue masih banyak, jadi gue enggak akan berhenti kasih taruhan ke lo, sampai gue dan Kevin bisa menang dari lo, Raf."
"Sama kayak Tyo, gue juga enggak bakal menyerah, Raf. Dari banyaknya cewek di kota ini, gue percaya, pasti ada satu atau beberapa cewek yang enggak mempan sama pesona lo. Kalau gue bisa menemukan cewek yang seperti itu, gue yakin 100% kalau lo bakal kalah taruhan dari kita berdua!" timpal Kevin dengan senyum percaya diri.
"Chill, Guys. Lo berdua enggak perlu terlalu memaksakan diri, karena gue yakin enggak akan semuda itu menemukan cewek yang enggak jatuh sama pesona gue. Sekarang, buat membukitnya, lo boleh tunjuk cewek mana pun yang di sini buat jadi bahan taruhan kita kayak biasa!" tantang Rafka.
Ia ingin memperlihatkan kepada kedua teman-temannya itu, bahwa tak semudah itu untuk menjatuhkan daya tarik yang ia miliki sebagai seorang pria yang digandrungi oleh para wanita.
Kevin dan Tyo saling bertatapan sejenak ketika Rafka jelas-jelas menantang mereka untuk memberikan taruhan.
Masak-masak mereka saling berdiskusi. Mata mereka pun tampak sibuk melirik ke sana kemari, demi mencari mangsa yang sekiranya sulit ditaklukkan oleh Rafka.
"Karena besok kita ada kuliah pagi, jadi tantangan kali ini enggak bakal serumit biasanya. Kali ini, lo cukup buat cewek baju hitam di sana mau ciuman sama lo!" tunjuk Tyo ke arah wanita berbaju hitam yang terlihat menghela nafas berkali-kali,, sambil tak berhenti menyesap minuman yang ada di tangan wanita itu.
"So easy, Guys. Tumben tantangan dari lo berdua easy banget. Malam ini, duit lo berdua makin menipis?! Makanya kasih tantangan gue semudah ini, biar lo berdua bisa pasang taruhan sedikit," ledek Rafka dengan senyum miringnya.
Ditaruhnya salah satu kredit dari dompetnya di atas meja."Ini jaminan yang gue pasang kalau seandainya kali ini gue kalah dari kalian. Meskipun, kayaknya kemungkinannya kecil banget," imbuh Rafka yang sangat yakin bahwa kartu kredit ini akan kembali kepadanya.
"Cuma itu doang ternyata jaminan lo, Raf. Nih, gue kasih yang lebih dari lo, supaya lo tahu kalau uang gue masih ada banyak. Lagian, harta Bokap gue masih segunung, jadi gue yakin gak akan jatuh miskin cuma buat pasang taruhan begini!" Tak terima diremehkan oleh Rafka, Tyo mengeluarkan satu kunci motor seharga ratusan juta dari koleksi motor milik keluarganya.
Sementara itu, Kevin langsung menyerahkan jam mahal, sepatu eksklusif, dan jaket kulit keluaran ternama miliknya.
"Gue sama Tyo, kasih tantangan yang enggak seberapa susah buat lo malam ini karena besok ada mata kuliah Bu Sarah. Lo tahu 'kan seberapa sanggarnya bu Sarah?! Gue cuma enggak mau diomeli Bokap Nyokap gue, gara-gara bu Sarah kasih gue nilai kecil, cuma karena bolos atau terlambat di mata kuliahnya besok."
Wajah Rafka terlihat mengerenyot ketika temannya itu ternyata takut pada dosen baru mereka yang terkenal tegas, berhati dingin, dan misterius itu.
Namun, karena yang dibicarakan oleh Kevin ada benarnya juga, maka Rafka tak ingin mendebat apa pun lagi. Ia memilih untuk Iangsung bergegas menjalani tantangannya.
Dengan langkah gesit, Rafka berjalan mendekati meja bar yang tak jauh dari tempatnya duduk. Bagi Rafka, kalau hanya mendapatkan taruhan begini, ia bisa menyelesaikannya dalam hitungan jam. Bahkan, dalam hitungan menit pun sebenarnya ia dapat melakukannya.
"Permisi, boleh aku duduk di sini?" tanya Rafka basa-basi sambil menarik kursi tepat di samping wanita itu.
"Kurasa Bar ini bukan milikku, jadi kau tak perlu meminta izinku. Kau bebas ingin duduk di mana pun kau mau!" sahut wanita yang tampaknya berusia 30 tahunan itu dengan tatapan tajam tanpa minat.
Rafka yang melihat sekilas wajah wanita di sampingnya, bisa tahu kalau wanita itu lebih tua darinya. Oleh karena itu, ia sengaja tak menggunakan bahasa gaul untuk berbicara dengan wanita itu.
Baginya, untuk menghadapi wanita yang umurnya lebih tua, akan lebih mempan jika ia menggunakan bahasa yang jauh lebih formal.
"Melihat dirimu yang tak berhenti minum dan beberapa kali menghela nafas putus asa, sepertinya aku tahu kalau kau sedang memiliki beban pikiran. Mau aku rekomendasikan minuman alkohol yang bisa membuatmu lebih tenang dan sejenak bisa membuatmu lupa akan masalahmu?"
Meskipun, belum mendapatkan jawab atas tawarannya kepada wanita itu, Rafka langsung memesan 2 gelas wine khusus yang sering ia pesan di bar ini ketika pikirannya sedang kacau.
"Dengar! Aku bukanlah tipe wanita yang bisa tergoda oleh minuman alkohol yang diberikan oleh orang asing sepertimu! Kalau kau datang kemari ingin mencoba merayuku agar mau tidur bersamamu, lebih baik kau enyah dari hadapanku!" damprat wanita itu memberikan tatapan menusuk kepada Rafka.
Mendapatkan respons seperti itu, Rafka tampak tak gentar. "Tenanglah. Aku kemari bukan ingin mengajakmu berbuat tak senonoh seperti itu. Hanya saja, aku tak tega membiarkan wanita yang terlihat sedang penuh tekanan sepertimu, duduk termenung sendirian. Aku hanya ingin membantu membuat perasaanmu lebih tenang, Nona. Setelah kau tenang, aku janji akan pergi dan membiarkanmu duduk tanpa ada gangguan lagi."
"Hah?! Anak muda sepertimu ingin mencoba menenangkanku! Lebih baik tak usah, karena aku tak lagi percaya pada siapa pun di dunia ini! Sudahlah, sana pergi dan jangan ganggu aku lagi!" sungut wanita itu mengibas-ngibaskan tangannya di udara, seolah mengisyaratkan ia ingin Rafka pergi dari hadapannya.
Seolah tak bergeming, Rafka tetap duduk di samping sana. Bukannya kesal karena di usir, Rafka malah memasang senyum andalannya kepada wanita di sampingnya ini. Sambil dalam otaknya, ia memikirkan siasat supaya wanita ini pada akhirnya luluh dan mau berbicara baik-baik padanya.
Merasa sebal melihat Rafka yang masih bisa-bisanya tersenyum meski telah ia usir secara terang-terangan, membuat wanita bernama Maya itu langsung beranjak ingin pergi dari Bar.
Ia rasanya ingin segera menjauh dari hadapan lelaki yang tak ia kenal, tetapi mencoba sok dekat dengan dirinya. "Bebal sekali! Sudahlah, Kalau memang kau tak mau pergi, biar aku saja yang pergi!"
Kevin dan Tyo yang sedari tadi terus memperhatikan Rafka, tampak cekikan ketika melihat wanita yang sedang Rafka dekati itu tampak memasang wajah kesal kepada Rafka.
Sepertinya wanita itu berniat meninggalkan Rafka. Melihat betapa sang wanita tak nyaman dengan kehadiran Rafka, membuat mereka yakin Rafka tidak akan berhasil kali ini.
Namun, bukan Rafka namanya, kalau ia tak punya akal untuk bisa memenangkan taruhan. Bagaimanapun caranya, ia harus bisa menaklukkan wanita yang menjadi target taruhannya.
Sekalipun, ia menggunakan cara-cara yang bisa dibilang licik, buruk, kotor, dan mungkin saja menggandung sebuah dosa di dalamnya, ia sama sekali tak masalah akan hal itu.
Seperti kali ini, Rafka terpaksa mengeluarkan jurus kebohongan miliknya, supaya wanita yang sedang menjadi bahan taruhannya kali ini tak jadi pergi.
"Maaf kalau aku mengganggu! Saat melihatmu, aku seperti melihat Kakakku yang sudah meninggal. Dulu, Dia bunuh diri karena stres akibat perselingkuhan tunangannya. Semenjak itu, setiap kali melihat orang yang terlihat stres, aku akan mencoba membantu meringankan beban pikirannya, agar tidak sampai bunuh diri seperti Kakakku," tutur Rafka sambil menahan tangan Maya agar wanita itu tak pergi dari hadapannya.
Semula, Maya ingin menampar wajah Rafka karena lancang menahan tangannya yang ingin pergi dari hadapan lelaki itu. Namun, ketika mendengar cerita sedih yang dituturkan oleh lelaki itu membuat timbulnya rasa iba dalam hatinya.
Apalagi kisah Kakak lelaki itu, hampir sama dengan dirinya saat ini yang tengah galau karena diselingkuhi oleh sahabat dan pacarnya sendiri.
Maya mengurungkan niatnya yang ingin menampar Rafka dan memutuskan untuk duduk kembali di kursinya semula. "Maaf, karena tadi aku bersikap agak kasar. Tadinya kukira kau hanya ingin menggodaku. Tetapi, aku tak menyangka ternyata kau punya niat setulus itu."
"Kau tidak perlu minta maaf. Kurasa tadi sikapku terlalu lancang, sehingga membuatmu tak nyaman. Kalau memang kau nyaman sendiri, aku akan kembali ke mejaku dan tak akan mengganggumu lagi di sini," kata Rafka sengaja memainkan tarik ulur seperti ini, agar wanita itu merasa bersalah kepadanya. Lagi pula, Rafka yakin 100% kalau wanita itu kali ini akan menahan dirinya untuk tetap duduk si samping wanita itu.
Maya menggigit bibirnya dan merasa tak enak kepada Rafka karena ia telah berprasangka buruk kepada lelaki itu. "Kurasa kau bisa tetap di sini. Bukankah tadi kau sudah memesan 2 gelas minuman. Maaf, aku tadi tak bermaksud untuk bersikap sekasar itu padamu. Aku sungguh tidak tahu kalau ternyata kau memiliki cerita yang begitu sedih di balik sikapmu yang terlihat sangat percaya diri dan agak kurang ajar tadi."
"Terima kasih sudah mengizinkanku tetap duduk di sini. Tetapi, boleh aku tahu namamu? Maaf kalau lancang, hanya saja aku merasa tak enak dari tadi aku duduk di sebelahmu, tetapi tak tahu namamu sama sekali," tanya Rafka sambil memperhatikan wine pesanannya yang sepertinya akan jadi sebentar lagi,
Maya tampak berpikir sejenak sebelum pada akhirnya ia memberitahukan namanya kepada Rafka. "Panggil saja aku Maya," jawab wanita itu seadanya.
Rafka mengulurkan tangannya kepada Maya sambil berkata, "Baiklah Maya, Aku Rafka."
Tak lama setelah mereka berjabatan tangan, minuman keras yang Rafka pesan datang. Maya dan Rafka saling melepaskan tangan mereka masing-masing. Lalu, Rafka segera mengambil 2 gelas wine yang ia pesankan untuk dirinya dan Maya.
"Terima kasih," ucap Maya ketika Rafka menyerahkan segelas Wine kepada dirinya dan ia pun mengambil gelas itu dari tangan Rafka.
"Nikmatilah minumannya. Kalau seandainya kau ingin bercerita padaku mengenai masalahmu, aku bersedia untuk mendengarkannya. Tapi kalau kau enggan, aku hanya akan menemanimu minum saja.
Maya hanya tersenyum singkat menanggapi ucapan Rafka. Sesudahnya, ia memfokuskan diri ke arah minuman pemberian Rafka yang ada di tangannya.
Ketika ia dekatkan minuman itu ke mulutnya, indra penciumannya dapat menghirup aroma anggur yang kental pada minuman berwarna merah pekat tersebut.
Tak lama disesapnya wine merah itu secara perlahan. Seketika rasa getir bercampur manis merambati lidahnya dan meluncur elegan di tenggorokannya.
Helaan nafas panjang dan berat terdengar dari Maya, ketika segelas wine di tangannya telah ia teguk habis. "Aku memiliki pengalaman yang hampir serupa dengan Kakakmu, yang kau ceritakan tadi. Bedanya, aku tak hanya dikhianati oleh pacarku, tetapi juga dikhianati oleh sahabatku sendiri. Mereka tega berselingkuh di belakangku, padahal aku sangat mempercayai mereka."
Kata-kata itu lolos begitu saja dari mulut Maya. Tak ada lagi raut wajah kesedihan di wajah Maya, tetapi tergurat jelas wajah sakit dan amat terluka di air mukanya. Sedangkan Rafka , hanya mendengarkan setiap cerita yang mengalir dari mulut Maya, tanpa berniat untuk menyelanya sedikit pun. Sesekali, ia hanya menawarkan untuk menuangkan wine merah ke gelas Maya. Krena setelah melihat gelas mereka kosong, Rafka memesan sebotol wine.
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah sudah lebih lega?" tanya Rafka memberikan jeda 5 menit untuk menanyakan itu, usai Maya selesai menceritakan segala keluh kesah yang selama ini membebani pikiran wanita itu.
"Maaf, aku jadi terlalu banyak bercerita. Tapi, terima kasih, berkat wine yang kau berikan, perasaanku menjadi jauh lebih tenang. Terima kasih juga sudah mau mendengarkan masalahku. Sebagai ucapan terima kasihku, ambillah ini," ucap Maya sambil menyerahkan 5 lembar uang seratus ribu di atas meja.
Melihat Maya memberikan uang kepadanya, Rafka segera mengembalikannya. "Maaf, aku tidak bisa menerima uang ini. Kalau memang kau ingin memberiku sesuatu sebagai ucapan terima kasih, bolehkan aku meminta sesuatu padamu sebagai gantinya?"
"Memangnya kau ingin meminta apa?" tanya Maya memasukkan uang yang tak mau diterima oleh Rafka kembali ke dalam tasnya.
"Mungkin pemintaanku agak lancang. Hmm... bolehkah aku meminta izin untuk menciummu? Kalau kau tidak keberatan, anggap saja sebagai ciuman perpisahan. Tapi, kalau kau ingin menolaknya, aku tak akan memaksa," ujar Rafka berpura-pura menundukkan wajahnya. Seolah dengan melakukan itu, ia merasa tak enak meminta hal itu kepada Maya.
Padahal, hal itu merupakan salah satu trik yang dimainkan oleh Rafka. Ia yakin Maya tak akan enak untuk menolak permintaan dirinya, setelah ia bersedia mendengarkan keluh kesah wanita itu.
Kalaupun Maya menolaknya, ia akan berpura-pura mengambil sesuatu kotoran dari rambut wanita itu dan menciptakan angle seolah-olah ia mencium Maya di hadapan kedua temannya.
Setelah berpikir sejenak, Maya pun memberikan jawaban dengan menganggukkan kepala. Ia sungguh merasa tak enak ingin menolak permintaan Rafka karena Rafka meminta dengan sopan kepadanya. Selain itu, anak muda itu telah membantu meringankan sedikit beban pikirannya malam ini.
Mendapatkan persetujuan Maya, membuat Rafka dengan gerakan cepat mendekatkan diri ke tubuh Maya. Ia tangkup wajah bulat milik Maya dengan tangannya.
Di tempelkan bibirnya di atas bibir Maya yang cukup tebal dan berwarna merah terang. Ia sesap sekali bibir Maya, sebelum pada akhirnya melepaskan tautan bibirnya dengan Maya.
Rafka pun mempersilakan Maya untuk pergi, ketika ia telah mendapatkan ciuman dari wanita itu. Dengan tersenyum miring penuh kemenangan, Rafka berjalan kembali ke tempat ia minum bersama teman-temannya tadi.
"Gue akui kali ini lo menang lagi Raf. Meskipun waktunya agak lama juga buat lo bisa ciuman sama cewek tadi. Biasanya, lo menaklukkan tantangan kayak begini, dalam waktu yang lebih singkat," kata Kevin menyerahkan jaminan taruhan yang ia pasang kepada Rafka karena temannya itu berhasil mencium wanita yang menjadi taruhan mereka tadi.
Dengan berat hati Tyo juga menyerahkan kunci motor milik keluarganya kepada Rafka. "Kali ini lo boleh menang, Raf. Tapi lain kali, gue yakin lo bakal kalah dari taruhan yang kita kasih buat lo."
Rafka hanya menatap sekilas jaminan yang ia menangkan dari taruhan kali ini. Baginya jaminan dari teman-temannya bukanlah sesuatu yang berharga.
Namun, tetap ia ambil pula jaminan dari teman-temannya itu. Karena untuknya, hal itu merupakan simbol kehebatan dan kemenangan dari harga dirinya yang tinggi.
"Gue rasa kita enggak perlu banyak bacot, tapi let's we see, Bro. Meskipun, gue enggak yakin kalau gue bakal kalah dari lo berdua. Soalnya, enggak peduli sesulit apa pun taruhan dan tantangan yang lo berdua kasih buat gue, tapi gue selalu menang. Walaupun begitu, gue bakal selalu kasih kesempatan lo berdua untuk memberikan taruhan yang jauh lebih sulit lagi buat gue," kata Rafka dengan jemawa.
Kehidupan Venina Anastasya berubah selamanya ketika dia melakukan kesalahan satu malam dengan atasannya, Erlangga Krisdiantoro. Sejak malam itu, Venina terjebak dalam pesona atasannya hingga sulit baginya untuk melepaskan diri. Gairah yang bergejolak dalam dirinya membuat Venina lupa perbedaan di antara mereka. Hasrat terlarang itu seolah mengaburkan fakta jika Erlangga telah menjadi milik wanita lain. Venina tidak menyadari jika hubungannya dengan pria itu berisiko menimbulkan skandal terbesar dalam hidupnya. Tetapi semuanya sudah terjadi, dia telah terjebak dalam jaring yang dirancang oleh kesalahannya sendiri. Dan sekarang, dia harus menghadapi konsekuensinya. Sementara itu, Erlangga menghadapi dilema. Di mana dia harus memilih Venina atau wanitanya yang akhirnya kembali setelah meninggalkannya. Apakah benar selama ini Venina hanyalah objek pelariannya saja? Benarkah tidak ada cinta di hati Erlangga untuk wanita itu?
Setelah insiden yang hampir merenggut nyawa Adiva. Pada akhirnya Rafka, sang suami membawanya pergi dan menyembunyikannya di London. Semua orang, termasuk keluarga sang suami tidak mengetahui kalau Adiva masih hidup. Sebelumnya, pernikahan Rafka dan Adiva terjadi karena paksaan keadaan. Jauh di lubuk hatinya Rafka memang mencintai istrinya, meskipun ia tahu hati Adiva sudah dimiliki pria lain. Namun, Rafka tidak peduli, ia akan melakukan apa saja agar Adiva bahagia. Suatu hari, Adiva yang mengetahui bahwa ia memiliki saudara kembar bernama Agatha dan mulai membuat rencana. Adiva ingin kembali dan membalaskan rasa sakitnya kepada pria yang dicintainya. Untuk itu dia menjebak Agatha agar datang ke London, agar ia bisa pergi dari pengawasan Rafka. Untuk memulai rencananya Adiva membuat para pengawal yang ditugaskan Rafka menganggap bahwa Agatha adalah dirinya. Sementara Adiva akan menggantikan kehidupan Agatha dan pergi menemui ayahnya. Akankan Adiva berhasil dengan rencana balas dendamnya? Lalu apakah yang akan terjadi pada Rafka dan Agatha?
Varisha, seorang gadis cantik yang menjalani kehidupankeras dan penuh perjuangan harus menanggung tanggung jawab besar untuk keluarganya. Namun, ketika sebuah tawaran pernikahan tiba-tiba datang dari Arshaka, seorang pria tampan dan kaya yang penuh dengan rahasia gelapnya sendiri, dunianya yang sederhana menjadi runtuh. Dalam kehidupan yang penuh dengan pengorbanan, Varisha menemukan dirinya terjebak dalam pernikahan yang tidak pernah dia inginkan. Demi melindungi keluarganya, dia harus mengorbankan cinta dan kebahagiaannya sendiri. Ketika masa lalu Arshaka dan niatnya yang sebenarnya terungkap, Varisha harus menemukan kekuatan untuk menjalani pernikahan yang rumit ini. Di tengah kesulitan hidup dan perasaannya yang terkekang, akankah Varisha menemukan cahaya di tengah gelapnya kehidupan barunya, atau akankah dia terus terperangkap dalam permainan takdir yang tak pernah dia bayangkan?
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Ros atau biasa dipanggil Viona adalah seorang pelacu* yang tanpa sengaja harus menjadi ibu susu bagi bayi piatu bernama Melati. Mampukah Ros menjalani tugasnya dengan baik tanpa melibatkan perasaannya pada ayah Melati?