luk Alisha dari belakang dan menemukan kehangatan yang begitu nyata di sana. Semua gara-gara Rakha yang seenak jidatnya saja membawa Marissa tidur di kamar yang awalnya ia tempati den
- Ma
pala Arya, bercampur dengan udara dingin, temaram ruangan, juga tubuh yang mendadak butuh kehangatan, sua
sinya terlentang. Matanya yang masih sayu karena mengantuk
ry ya, jadi ganggu tidur kamu. Tapi Rakha bawa Marissa ke kamar kami, jadi yaa ... aku butuh tempat la
tanya Arya dengan suara sedikit bergetar. "Kamu ngg
memaksakan senyumnya. "Ini kan villamu, Mas. Terserah Mas Arya
lebar yang ada di batas lutut hingga menutupi batas leher kekasihnya.
sok kan kita harus bangun pagi bange
ena ia seakan tak peduli kalau sekarang ia justru meringkuk ke arah yang salah. Bukannya membelakangi Arya, Alisha justru dengan berani
t Alisha yang masih menutup mata ki
itu bahkan hanya
ludah susah payah. Gadis dalam dekapannya i
Kalimat Alisha lebih terdengar seperti seseorang yang sedang mengi
uan Alisha yang baru kali ini ia lihat secara
n masih setia merapatkan kelopak
usap punggung Alisha naik turun beraturan. Gerakan sederhana yang justru
Alisha terdengar tak beg
ajah polos kekasihnya. Pun lengan kekarnya kini semakin menarik tubuh Alisha agar semakin erat padanya. Arya sadar apa yang ia inginkan adalah langkah awal menuju kenkmat
kekasih. Membuat pipi mulus itu mengeluark
ya bunga tidur semata, karena Arya sangat jarang memeluknya be
ya..." Pria dan segala janji buayanya. Seharusnya Alisha harus terjaga sepenuhnya dan mulai waspada. Bukan malah mengangguk lagi
putus. Pemuda itu dilanda cemas tatkala meli
nitikkan air mata, karena tersadar mudah menyerah hingga terjerat dosa. Tangis lirihnya tak bisa ia artikan entah untuk kesakitan atau penyesalan
Janji sebatas janji yang hanya terucap di atas nafsu birahi. Janji yang nyatanya ta
*
n semalam itu bukanlah mimpi. Karena nyeri yang menyerang bagian bawah tubuhnya terasa begitu nyata hingga
ahan diri." Arya menoleh pada sang kekasih yang kini menunduk dalam sambil men
u? Alisha bingung harus
a suasana. Jadi..." Arya menggantung kalimatnya lalu mengge
atau enggak. Karena jadwal bulananku nggak pernah rutin, Mas," jawabnya tanpa pikir pan
hkan. "Andai aku sedikit berkeras, seharusnya aku masih bisa menjag
r yang ditampilkan kekasihnya. "Kamu perempuan baik-baik, Sha. Kamu perempuan baik-bai
i. "Aku janji hal ini nggak akan terulang lagi. Aku janji, nggak akan menempa
u udah ngecewaian ayah sama Mas Angga, juga ... mendiang bunda." Tangis piluny
tak kuasa menolak rayuan kekasihnya. Mendiang bundanya pasti akan menangis juga melihat kelakuannya dari atas sana. Astaga ... tangis Alisha sem
*