Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / After a Breakup
After a Breakup

After a Breakup

5.0
73 Bab
780 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Arya punya satu rahasia kelam di balik nama besar keluarganya. Rahasia yang membuat kehidupan tenangnya mendadak runyam ketika dalam malam-malam yang selalui dihantui mimpi serupa setiap hari. Alisha yang merasa dikhianati memilih pergi demi mengubur semua mimpi dan cinta yang sudah dihancurkan Arya. Pria yang sangat ia puja dalam jangka waktu yang lama. Pria yang ternyata tega mencampakkan dirinya di saat cinta itu merekah berkobar begitu hebatnya. Sayang, jarak itu terbentang tak terlalu lama. Keduanya lagi-lagi dipertemukan semesta untuk kembali merangkai asa yang mengikat mereka dengan begitu kuatnya.

Bab 1 Melawan Hati

"Bukan tanggung jawab seperti ini yang kamu tawarkan waktu itu, Mas. Bukan!" Pecah sudah air mata Alisha setelah melemparkan dua butir pil yang diserahkan Arya padanya.

"Lalu tanggung jawab yang kayak gimana lagi, Sha? uang, mobil, perhiasan, sampai biaya kuliah full sudah kamu tolak mentah-mentah."

Arya mondar mandir di tempatnya berdiri. Di lantai paling atas fakultas MIPA, tempat yang biasanya ia pakai untuk menunggu Alisha menyelesaikan kelas perkuliahannya. Pemuda itu sadar apa yang sedang dikhawatirkannya saat ini. Ia juga sadar dosa apa yang tengah ia hindari setengah mati. Dosa memalukan yang akan ia ingat mungkin sampai nyawanya terangkat dari jasad.

"Bukan pil penambah dosa seperti ini yang kamu janjikan malam itu, Mas. Kamu menjanjikan tanggung jawab berupa pernikahan! Kamu lupa?"

Malam itu, Alisha tak seharusnya percaya dengan kata-kata manis yang keluar dari mulut buaya. Arya Rivan ... semapan dan setampan apapun dia, ternyata tetap saja sama berengseknya dengan pria lain pemuja nafsu di luar sana.

"Malam itu ak- aku ... aku nggak sadar, Sha. Aku ngaco, khilaf! kita cuma terbawa suasana kan? kita ngelakuin itu karena suka sama suka kan? jadi ini... bayi itu... seharusnya dia nggak ada!"

Plak!!!

Ini pertama kalinya Alisha merasakan telapak tangannya perih karena menampar Arya. Biasanya, telapak tangan mulusnya ia gunakan untuk mengusap sayang pipi kekasihnya itu. Biasanya, telapak tangannya hanya ia gunakan untuk membalas genggaman tangan dari Arya yang mengaku tergila-gila padanya.

"Bangsatt kamu, Mas! Bangsattt!!?" maki Ailsha dengan wajah basah penuh air mata. Entah kemana perginya tutur kata lembut nan santun yang selama ini ia jaga.

Perempuan muda itu lantas terduduk lemas sambil memeluk lutut. Menumpahkan tangis penyesalan atas kesalahan besar yang sudah ia perbuat beberapa waktu lalu. Kesalahan fatal yang seharusnya bisa ia hindari, namun apa daya, belum apa-apa ia sudah mengaku kalah dengan rayuan Arya, kekasihnya tercinta.

"Sha, aku butuh waktu, Sha. Butuh waktu! Lagipula, aku belum siap dengan komitmen pernikahan, kita belum siap. Kita berdua terlalu muda, Sha. Aku mau lanjutin S2 dulu, kamu juga masih belum lulus kuliah."

Ailsha memang beberapa tingkat di bawah Arya. Begitu Arya dinyatakan lulus dan baru saja melaksanakan wisuda dua bulan silam, Alisha justru sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas kuliah untuk naik ke semester tujuh.

"Tapi bayi dalam perutku ini nggak bisa mengulur waktu lagi, Mas. Dia akan terus tumbuh dan membesar." Masih terisak, Ailsha menunjuk perutnya yang masih rata.

"Ya makanya, kamu minum pil yang tadi aku kasih, biar dia nggak tumbuh dan semakin membesar!"

Arya sadar kalimatnya terdengar sangat berengsek dan tak berperikemanusiaan, tapi ia tak punya pilihan lain. Bulan depan ia akan terbang ke New York untuk melanjutkan S2 di NYU, kampus impiannya. Keputusan yang memang Arya pilih untuk mempersiapkan diri karena nantinya ia akan menjadi penerus Galeea, perusahaan konstruksi terkemuka yang menjadi bisnis utama keluarganya.

"Mas, kamu sadar apa yang kamu bilang barusan?" Alisha menguatkan diri bangkit dan berhadapan dengan Arya yang nampak panik.

"Dia cuma kesalahan kecil kita, Alisha. Kita nggak harus berdebat panjang soal ini kalau kamu mau ikuti saranku. Kita ... kita, kita nggak butuh anak itu sekarang, Sha. Aku juga nggak yakin keluarga kita bakal nerima kehamilan ini dengan tangan terbuka."

Hati Alisha kembali tertikam! Kalimat Arya berhasil meremukkannya lagi.

Ini benar-benar bukan Arya yang ia kenal sejak satu tahun lalu. Arya yang ia kenal bukan pria jahat dan lari dari tanggung jawab seperti ini. Sosok di depannya ini pasti bukan Arya, karena Arya Rivan yang biasanya tak akan sejahat ini memperlalukan dirinya.

"'Cuma' kata kamu, Mas?" lirih Alisha sudah tak punya daya untuk mendebat.

"Sha, please... " seru Arya membujuk kekasih hatinya. "Sekali ini aja, Sha. Aku janji ini akan jadi yang terakhir kalinya. Ikuti saran aku ya? demi kita berdua." Arya menangkup kedua pipi Alisha yang masih banjir air mata. Melihat gadis kesayangan tergugu seperti ini membuat hatinya ikut sakit merasakan pilu. Namun tetap saja, Arya belum bisa mengabulkan permintaan Alisha yang satu itu.

"Setelah dosa kita yang kemarin? kamu mau jadi pembunuh juga, Mas!? bukan main kamu, Mas?" Alisha menggeleng tak percaya dengan keteguhan Arya mempertahankan inginnya.

"Menikah bukan satu-satunya jalan keluar, Alisha. Orang tua kita pasti kecewa luar biasa kalau kita menikah mendadak karena kesalahan satu malam seperti ini." Suara Arya bergetar sedih.

Menikahi Alisha memang menjadi salah satu mimpinya. Tapi bukan sekarang. Masih ada mimpi lain yang ingin ia kejar. Menyelesaikan study lanjutan dan menjadi kebanggakan ayahnya misalnya. Belum lagi ia ingin menunggu Alisha selesai dengan kuliah dan membangun mimpinya juga.

"Tolong, Sha." Arya berjalan mendekat lalu meremas kedua telapak gangan Alisha. "Pil... pil itu satu-satunya jalan keluar saat ini. Cuma butuh hitungan detik untuk kamu minum, sakitnya nggak akan terlalu lama."

Alisha kehabisan kata-kata. Seharusnya ia bisa memperkirakan reaksi Arya yang seperti ini. Pangeran kesayangan dari keluarga kaya raya Dwisastro, manalah mungkin semudah itu mengiyakan pernikahan usia muda. Tak mungkin.

"Sha?"

"Berhenti di sana! jangan sentuh!" teriak Alisha begitu Arya mencoba meraih tangannya.

"Maafin aku, Sha. Maaf."

Maaf ya? entah maaf yang ditujukan pada siapa maksud Arya. Pada Alisha atau pada bayi dalam kandungannya.

"Kayaknya kamu bener, Mas," seru Alisha dengan suara sangat pelan. "Orang tua dan keluarga besar kita pasti kecewa luar biasa kalau tau keadaan kita yang memalukan ini. Aku nggak mau mempermalukan mereka dengan aib seperti ini."

Arya menghela napas panjang. Dadanya mendadak lega mendengar jawaban Alisha. Itu artinya kekasihnya ini bersedia mengugurkan kandungan itu kan? Aib seperti itu memang harus dimusnahkan, iya kan?

"Sha... "

Alisha kembali mundur saat Arya mendekat. Gadis itu cepat-cepat menghapus air mata lalu berbalik dan berlarian kecil untuk mengambil pil sialan yang tadi ia lemparkan di sebelah tangga.

"Kamu bener, Mas. Mungkin dengan benda ini, kedua orang tua kita tak perlu menanggung malu karena kesalahan ini."

Tak perlu menunggu respon Arya, karena setelah mengatakan itu Alisha langsung berlari menjauh. Menguatkan langkah kaki agar tak goyah dan kembali menoleh pada Arya yang berlaku tak adil padanya.

Alisha pikir apa yang dikatakan Arya tak sepenuhnya salah, memang tak seharusnya orang tua atau keluarga besar mereka menanggung malu akibat ulahnya yang nista. Aib yang ia bawa memang harus segera dilenyapkan, tapi bukan dengan menghilangkan nyawa bayi tak berdosa di dalam perutnya ini. Melainkan dirinya sendiri yang harus mengalah pergi.

"Sha, lo mau ke mana? Shaa!!" Itu suara Maya saat berpapasan dengannya, sahabat Alisha yang menjadi sahabat Alisha yang menjadi teman berbagi apartmen selama ini.

"Sha!!" teriak Maya lagi tetap tak mendapat jawaban. Alisha sengaja mengabaikan panggilan dan sapa ramah dari teman-teman kuliahnya yang baru saja keluar dari fakultas.

Alisha sengaja menulikan telinga, mengabaikan panggilan dan sapa ramah dari teman-teman kuliahnya yang baru saja keluar dari fakultas. Ia hanya fokus pada satu tujuan, jembatan penyeberangan yang baru saja rampung dibangun di depan kampusnya. Jembatan panjang yang berdiri kokoh melintasi dua ruas jalan utama itu masih sepi.

Jadi, kalau pun ia melompat dari sana saat ini, pasti tak akan ada yang mencegah kan? Keputusan yang ia ambil dalam hitungan menit itu sudah bulat. Aib itu harus benar-benar dilenyapkan dari muka bumi. Bukan hanya jabang bayi dalam rahim yang ia bawa, tapi ... beserta juga dengan dirinya.

***

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 73 Farewell   09-28 09:00
img
1 Bab 1 Melawan Hati
25/04/2024
2 Bab 2 Bermula Di Sini
25/04/2024
4 Bab 4 Mendadak Cemas
25/04/2024
5 Bab 5 Petuah Mama
25/04/2024
6 Bab 6 Solusi Arya
25/04/2024
7 Bab 7 Tidak Mungkin
25/04/2024
8 Bab 8 Menghilang
25/04/2024
9 Bab 9 Mencari Bantuan
25/04/2024
10 Bab 10 Tercekat
25/04/2024
11 Bab 11 Berkilah
25/04/2024
12 Bab 12 Skenario Baru
25/04/2024
14 Bab 14 Nyawa Berharga
25/04/2024
15 Bab 15 Plan B
10/05/2024
16 Bab 16 Murni Salahku
11/05/2024
17 Bab 17 Perubahan Sikap
12/05/2024
20 Bab 20 Ide Gila
24/05/2024
21 Bab 21 Kabar Penting
26/05/2024
22 Bab 22 Menunggu Waktu
28/05/2024
24 Bab 24 Perasaan Aneh
03/06/2024
25 Bab 25 Gelisah
05/06/2024
26 Bab 26 Ledakan Amarah
07/06/2024
27 Bab 27 Arti Firasat
09/06/2024
28 Bab 28 Keadaan Darurat
15/06/2024
29 Bab 29 Keributan
17/06/2024
31 Bab 31 Keputusan Sulit
21/06/2024
32 Bab 32 Sekali Ini Saja
23/06/2024
33 Bab 33 Hide and Seek
25/06/2024
34 Bab 34 Satu Syarat
27/06/2024
39 Bab 39 Hantu Masa Lalu
11/07/2024
40 Bab 40 Stalker
16/07/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY