ibuk pada pekerjaannya. Sesekali ia melihat ke layar komputer Nina, lalu mengangguk da
ria itu, ia benar-benar terbenam pada pekerjaannya, ja
ngar suara pria itu menyapanya, suara
n mengangkat wajahnya. Bagai disambar petir di siang bolong, jantu
" jawab Nina terbata-b
hantu?" Nathan terkekeh melihat reaksi Nin
a tidak tahu kalau
u diketuk pun tidak dengar." Nathan tersenyum,
ang selalu sinis dan dingin padanya, tapi yang ada di sampingnya sekarang
g? Gimana progre
tu mencondongkan tubuhnya ke dekat g
me pria yang menjadi bosnya itu. Dan entah mengapa, ia menjadi deg-degan, bos killer yang d
ang harus kamu tambahkan lebih detail lagi, supay
mbali ke layar monitor. "Baik, Pak. Di bagia
s itu bisa merasakan tangan lelaki itu sedikit menyentuh bahunya. Seda
si wajah lelaki itu berada di atas kepalanya, sedikit saja ia mengang
ssnya, jari jemarinya kembali menari dengan lincah di atas keyboar
han tiba-tiba, suaranya
rnya menjawab, "iya, Pak." Gadis it
u yang menakutkan, sampai-samp
mengangkat wajahnya, dan benar saja, wajah keduanya nyaris tak
g terjauh di hatinya. Sejenak tatapan keduanya saling mengunci, tak ada kata-kata ya
rasakan wajahnya menghangat, wajah
ikapku selama ini, tapi semua itu adalah tuntutan
n tersenyum, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Nina. "Terima k
u, yuk." Nathan berdiri, lalu membuka dua
adi. Namun Nathan segera menariknya berdiri, lalu merangkulnya dan
ijaga, aku tidak mau disalahkan kalau ada
uanya pun segera menyantap makanan itu hingga ludes. Sej
ga ya, Nin." Nathan tergelak, se
anannya," elak Nina. "Terima kasih ya, Pak
gumam Nathan, "Ok, tapi ha
kan saya
Nathan t
sakan saya ngg
ba, mana tahu e
pi bapak mau dibu
oal makan, tapi aku pemilih soal perempuan," g
bil melongo, membuat
enarik hidung Nina gemes, "Udah kamu lanju
Baru habis
ya ngantuk, minum k
han beranjak ke luar ruangan itu, tidak lama kemudian i
udah jadi, ayo
yang diberikan Nathan. Gadis itu pun kembali menyelesaikan pekerjaannya, se
liatkan tubuhnya dan merentangkan kedua tangannya, ia lupa jika disam
ih ada di sampingnya, Nina menoleh, ternyata t
n. Nathan mendekatkan wajahnya, tangannya menyentuh wajah Nina, napas hangat pria itu m
buat apa-apa, selain menerima ciuman hangat itu. Bibir itu begitu lembut, ingin rasanya ia membalas, namu
eketika menjadi linglung. Wajahnya yang cantik memerah, ma
a dulu ya, Pak." Nina hendak b
shdisc dari kantong jasnya, "besok pagi-pagi sekali, temui Emy di pintu s
k, P
boleh pulang, atau mau mengi
lah, Pak. Masa m
rambut Nina, lalu pria itu ber
ruang kantor, arloji di pergelangan tangannya menunjukan jam 9 malam, berarti masih ada b
ang lewat, tiba-tiba sebuah mobil
pa yang masuk ke jalur b