denganku? Bian, jika hanya diam, masalah ini tidak akan selesa
rim Adhiti kepada Albian. Dia membaca pesan
iap lima menit sekali, dia menyakin hatinya Albian akan
ngan cara apa agar aku bisa berte
ng berada di perkarangan kampusnya. Dia menunggu kedata
ahh siang itu. Memikirkan kenangannya sa
hbac
berapa kali hentakan kepala yang menandakan matanya sempat terpejam. Setiap 5 menit mulutnya tidak berhe
pagi karena takut ketinggalan kelas pertama dengan dosen killer. Di pertengahan perjalanan tadi dia sempat mem
ia akhirnya ter
an dan mobil ya
chh
. Kepalanya membentur kursi bagian depan, benturan yang tidak keras
a berhenti mendadak. Tiba tiba mesin mobil
n bapak." Sekali lagi sopir pribad
menge
esuatu, Pak?" ta
ak,N
k ada yang perlu dikhawatirkan. Cukup
dekat dengan kita s
k mobil kita. Ada bengkel langganan bapak di d
ak berfikir
ula kalau di rumah saat ini da
on Adhiti mengantuk. Perbaikanny
nji tidak akan nakal." Sahutnya be
beli. Makanan itu cukup banyak yang bisa dimakan oleh 3 orang atau lebih. Dia begitu kalap memesan 1 bucket ayam goreng isi 9pieces dengan membeli 3 po
. Sedangkan Adhiti sibuk mencari tempat duduk yang kosong yang disediakan bengkel untuk customer. Bengkel yang dimaksud sopirnya begitu besar dan luas. Selain service dan memperbaiki kerusakan disebelah
anya ada mobil adhiti. Tapi c
t Adhiti." Untunglah di sini tidak
i yang tertutup. Di kampus dia mempunyai banyak teman dan bisa berbaur dengan Mahasiswa lainnya. Cuman kadan
tinya. Adhiti meletakkan semua makanan di atas meja b
i," pangg
bentar ya. Mau beli minu
ngsung mengh
ikan Non. Non Adhiti
Lagipula tinggal
lu menatap Adhiti. Dia melakukan ger
askan kerusakan mobil kepada
uk membeli minuman sampai mereka tak menya
ini saja biar bapak ya
imarket dan meninggalkan Adh
u?" Suara berat di dekat
rka tinggi pria tersebut. Adhiti yakin pria di depannya saat ini memeliki tinggi 180 cm, bahunya cukup lebar. Adhiti juga yakin ada roti sobek di balik baju yang dia kenakan saat ini. Keyakinannya se
tersebut. Matanya tidak berhenti melihat
rmi
memecahkan l
." gugupnya s
malu kedapatan menatap tanpa berkedip. Dia
menangani mobil
enganggu
membeli minuman di depan. Dia y
bia
Ternyata yang memanggil adalah pria
h Adhiti meng
ng cukup cepat dan terdengar keras. Sesekali dia menghela nafas dan menghembuskan pelan upaya untuk membuat jantungnya kembali normal
i n
erkejut dengan panggilan
Adhiti. "Bapak b
mineral dengan ukuran menen
k sengaja,"pak K
rapan. Sekarang sudah mau sore, bapak takut perutnya Non sakit.
tidak, bisa bisa asam lambungnya bakalan kumat kalau dia tidak memasukan s
ara makannya, berharap selesai makan, mobilnya pun selesai diperbaiki. Tapi sepertinya belum ada tanda tanda mobilnya puli
. Dia tersenyum malu malu disaat mengingat tatapan mata yang menging
hu pria yang telah membuat hatinya berdegup tidak karuan. Kalau perut sudah isi,maka disitu renca
tahu dia tinggal dimana. Tidak mungkin kan
ng bengkel berusaha mencari apa saja yan
di saja yang jadi m
sama sekali. Yakin deh bakalan sampai ke teling
lah yang selalu mengejarnya. Sudah tak terhitung lagi kolega daddy nya menjodohkan dia dengan anak lelaki merek
ndapat info apapun. Bergerak Adhiti, ayo puta
cukup menarik perhatiannya. Berhati hati dia berjalan pelan ke arah benda tersebut.
ting untuk menjalankan misinya. Tersenyum penuh kemenangan Adh
ian Danish Suwardi", Adhiti membaca nama
an berwarna biru muda dipinggir map tersebut. Yang membuat senyum Adhiti m
ma ini,"pikir Adhiti m
kampus mereka begitu besar jurusan mereka juga berbeda. Yan
i keluarga yang berada. Mana mungkin anak orang kaya mau bekerja di bengkel. Bukan berarti Adhiti meremehkan pekerjaan ini. Walaupun jurusan kuliah yang diambil Albian berhubungan
jelas dia telah menemukan identitas Albian. Hany
s diperjuangkan (hasyekk). Kalau hanya berdiam diri menunggu, kamu
duduknya. Untuk saat ini cukup sampai disini saja pencariannya. Nan
sudah se
balas Adhiti "cepat s
ak biaya pe
da Adhiti."Semuanya tertera di sini kak
e arah Albian. Mendengar suaranya saja
k Kardi memecahka
menggeleng kepala cepa
elah semuanya selesai,Pak Kardi sudah masuk ke dalam mobil
Adhiti menatap Albian yang berdiri teg
kaca jendela melambaikan tangan kepada Albian yan
jumpa lagi Bian. Senan
kin memerah saat teman
ya. Dia menuju meja tempat buku dan perlatan kampusnya. Di atas mejanya
ernyata sketsa dirinya. Posisi yang sama
uke bersora
an. Bikankah gadis itu sanga
Selain itu, ada satu kertas kecil yang
ang menjelang sore. Terima kasih atas bantua
hi
hbac
ta pada pandangan pertama itu memanglah ada. Aku tidak pernah menyangka akan men
auh. Awalnya, dia cukup ragu. Memaksakan matanya fokus menghadap ke depan. Setelah yak
kepastian hari ini," pikir
ggil Adhiti
*