a
melontarkan guyonan. Meski menurut Ayu dan Septi yang dud
sikan diri adalah sekolah. Di hadapan para sahab
uka. Aku tak ingin teman-teman tahu bahwa kehidupan di
ng terakhir memakai sepatu. Rania, Ayu dan Septi tentu langsung meninggalkanku. Seb
nggu!" T
kakiku sedikit sulit untuk masuk. Bagian sisi solnya juga ada yang
elempar tasnya ke arahku. Untung dengan cekatan tertangka
kemudian men
egangan tangan seperti d
u
tadi, Banyu berlari lebih dulu. Sedangkan aku berusaha mengambil langkah
t berbaris. Untung saja aku tiba tepat saat h
g ada luka?" Banyu berbisik di sebelahku. Ia pasti
eda," jawabku singka
san yang mulai hening, jelas tawanya sangat kentara. Aku seger
elesaikan terta
, k
dibubarkan, kecuali Banyu. Dia sepertinya diminta untuk memu
Ia masuk dengan tak bersemangat, lalu setel
suara lemas ia menanyakan k
di hanya menca
atatanmu. Nanti s
ya tadi kutulis dengan rapi. Banyu akan mudah memba
tnya loh, Nyu. Lebih e
g lebih baik. Tapi, Banyu menggeleng. Ia tet
*
ada sebutir nasi pun yang masuk perut. Air putih yang kubawa dari
ih dulu. Karena takut dengan Ibu, aku tak berani mengambil sep
sekolahnya tak terl
i melangkah gontai meninggalkan area sekolah. Saat belum te
a jala
awa sepeda,"
g dulunya teman sekelasku dari kelas sepuluh m
Namun, baru saja duduk deng
s menatapku." Dari sika
tak gr
, k
gi sambil menghentakkan kaki. Tetapi, Marisa
. Aku tahu kamu miskin." Mulut Maris
bertele-tele.
kami ya, Feb.
ke arah Marisa yang me
karena milik paman Un
angsung naik
gatkanku kalau kami akan bertemu lebih dulu
ntuk menjaga warung. Sebagai kesepakatan, nanti pulang la
ru saja kunaiki sepeda Ibu datang
kem
, Bu. Tak apa biar aku yang jaga warung."
rot, "Aku tak menanyaimu. Apa
iut dan memilih un
embali sepeda dan meminta
gan Marisa. Boleh ya
arang ke pusat perbelanjaan sana, jual ini!" Ibu melepaskan cincin dar
bu, aku akan terlambat menemui Marisa dan teman-teman lai
sepulang sek
elayangkan tamparan ke pipiku. Rasanya p
al harta satu-satunya ini juga gara-gara kamu! Jualan rugi karena banyak sayur yang tak kau beli
i aku jualin, semoga masi
bu. Tapi entah kenapa ia malah menghantam kepal
pelajaran dulu b
endak bangkit sambil menahan
Jangan. Kasia
ng menangkap hal itu memberi isyarat dengan menggelen
erasaan tak berdayanya. Namun, jika memaksa meminta
ndur menjauhi ibu, tapi, hingga terdesak ke dindi
besar kau malah melonjak begini! Apa teman-temanmu itu yang akan menanggung hidupmu?
gan napas yang ter
tuamu, bilang, Feb. Biar kau mati
ulai terbatuk-batuk untuk mencari
sampai di ujung dan kupi