fuck out
ng perhatian. Dia berhenti penuh kepedulian terhadap seorang wanita y
pekerjaan. Dia mendapatkan fasilitas sebuah kamar dari hotel mewah di hari pertama ked
dang oleh seorang wanita yang didorong kasar hingga terjatuh.
kali? Aku ini bukan
ggapmu itu apa?!" pria tampan itu membalas k
dihujani kalimat sarkasme yang menegaskan ketidaksukaan. Tatapannya
Dia tidak bisa menutup mata-lalu pergi. Sebab, situasi kejam d
at terang itu memuncak ke ubun-ubun ketika mendengar rintihan
itu." Bibir mungil Edeline dengan sada
hnya. Dia berlutut lalu memapah wanita yang terjatuh itu untuk ber
pria sampah dan bodoh sepertinya." Edeline mengulas
y aw
u. Sorot matanya menajam ketika memindai pria itu. "Mulut sampa
duli pada ekspresi pria itu. Bagi gadis cantik itu,
di bahu kiri. Perhatiannya kembali fokus pada wanita itu saat sebuah alcohol swab dikeluarka
jatuhkan dan menginjak harga dirimu ..." Edeline terhenti sejenak saat samar-sa
k bermoral seperti itu. Perasaanmu dan harga dirimu lebih penting dar
aan dari seseorang itu. Ujung bibir itu tertarik-yang membuat bibir mungilnya menipis oleh senyuman manis yang m
ingkan wajah-yang bersamaan senyuman ramahnya berubah sinis ketika menatap pria di ambang pi
matanya telah tajam membidik Edeline-gadis aneh yang berani ikut campur akan urusannya. "Kau ini masih k
mpan itu. "Aku tahu bersikap sopan dan menghargai dibandingkan
ampan di hadapannya itu. Memang dia akui bahwa pria berperawakan tampan itu pasti sudah berusia matang. Menurut tafsirann
sebelum membuat cermin untuk orang lain. Selain itu, tanyakan pada wanita ya
ulas seringai sinis yang mengejek. "Yang d
marku, dia membuka pakaiannya-entah itu untuk menggoda atau apa pun itu, aku ben
n tidak percaya diri. Namun, logikanya berusaha menghibur wanit
uk guna menyembunyikan wajahnya yang memucat takut. Itu menanda
hati ingin membela orang yang lemah, tapi apa-apaan ini? Dia sangat
ak bekerja sa
perhatian Edeline, membuat gadis ca
ak menge
iknya wanita yang kau bela itu, aku tidak percaya. Berapa kau menerima u
nnya itu sungguh cerdik mempermainkan emosinya. Dia bisa saja meledakkan amarah
nang dari pria itu. Selain itu, wanita yang takut dan tidak percaya diri di sam
rpanjang masalah ini. Tujuanku datang ke sini
amping Edeline seketika pergi tanpa berpamitan. Tidak ada sedere
leh rasa canggung yang tidak nyaman untuk lama-lama diresapi. Namun sekejap kemudian,
h mau meneruskan aktingmu?" pria itu mem
ia memalingkan tatapan kesal. Lebih baik memilih mundu
koper yang ditariknya menyangkut pada karpet tebal yang menyelimuti lantai koridor kamar. Pun d
Cepat-cepat Edeline mengutip dan memasukkan pernak-pernik isi di dalam tasnya itu.
uara tenang, namun tidak menutup
Edeline mendikte tegas
elah membaca id card itu, ekspresi pria itu menajam seolah menakuti Edeline
d card milik Edeline. Tatapan mengejek dan mencemooh. Dia sama sekali tak mengira
pun dia berhasil merampas benda ber
yang tidak tahu aturan." Pria tampan itu berkata
Edeline tidak ciut oleh mata tajam pria itu yang berpadu ke matanya. "Lalu bagaimana denga
senyuman kejam. "Minta maaf
! Kau yang harus minta maaf padaku!" E
er Edeline Johnson!" Nada bicara pria tampan itu me
ikontrol telah merayapi tubuh, merusak kenyamanan di
u. Melainkan pergelangan tangan kurus Edeline dicengkram kencang-tubuh
ria itu berdesis rendah di de
n aku." Bibir mungil Edelimenggiring pikiran pada hal-hal menakutkan dan menjijikkan. KeA-aku katakan .
ngannya yang satu memukul tangan pria itu-sampai Edeline tidak menyad
mbil melirik-lirik ke pintu-pintu kamar. Setelah menemukan kamar tujuannya, Ede
ayangkan tatapan tajam ke arah pintu kamar Edeline. Dia mengerang kesal, kemudian
kesal dengan eksp