olos. "Ade pasti ingin bertemu dengan Dannis?
udah bertemu, bahkan saya baru saja mau pulang. Tapi, say
wa Alissa untuk masuk kedalam rumah karena ia takut jika terjadi hal yang
a orang lain tahu kalau ia sering mengkonsumsi obat pelangsing. "Begini. Om,
ngan perempuan lainnya, miris memang
oleh, ya?" A
Fadlan mempersilahkan Alissa
ya sebentar kok," ucap Alissa merasa tidak enak pasalnya ia me
k enak. Sementara itu Fadlan menunggu di luar ia tidak in
naruhnya di meja dekat pintu kamar. Alissa mencarinya namun, tidak ketemu, ia melihat pintu kamar
ngin meminta izin untuk masuk kedalam kamar. Tapi, ia tidak melihat siapa-siapa. 'Duh ... Om Fadlan kemana? Aku mau minta izin, apa aku masu
minum lalu meminum obat tersebut,
yang redup. Ia tidak bisa melihat dengan jel
rang apa yang tertinggal?' batin Fadlan penu
Rasa cemas menyelimuti perasaan-nya. Ia
suk kedalam rumah, ia ingin memastikan b
Fadlan tidak melihat keber
"Apa kamu didalam?" Tanyanya s
ari dalam kamar. "Om, apakah Om
a bantuan, ada apa kiranya? Fadlan tidak bisa membiarkan
at sekeliling ruangan kamar. Namun, Alissa
re
t Alissa tengah duduk di atas kasur dengan membuka kedua paha mulusnya, s
l
Alissa menurunkan cardigan yang dipakainya, sehingga terlihat
egera ia memalingkan wajahnya. Dan
emana,
e
lissa memegang tangannya. "Om, tolong aku. Aku tidak tahan."
jangan merusak masa depan!" Tolak Fadlan. Ia melepaskan
issa memohon. Obat yang dikonsumsi nya membuat ia hilang k
dapat dipungkiri bahwa ia hanya laki-laki biasa yang memiliki hasrat, apalagi ia menduda sudah
id
ku." Kembali Alissa m
gundukan kembar nya terlihat sedikit. Gundu
, ia memalingkan wajahnya agar
n, Fadlan terus menghindar ny
a
a
, diikuti dengan langkah Al
erasa hasrat nya sema
uk
atas kasur. "Om ... aku tidak tahan." Alissa merangkak naik