pai rumahnya selesai di renovasi. Lagipula k
ama dengan suami barunya, Galih. Bukan tidak suka, tetapi jika berada di rumah orang tuanya,
rasa seperti digiring kepada lelaki itu. Satu ruang yang mungkin mengubah
tersebut, masa kamu tolak. Lagipula ... anggap saja ini simulasi bulan m
pikir bahwa dirinya menolak pernikahannya dengan Galih. Menghan
ngan pintu depan terbuka. Menampilkan sang jen
uk mengunjungi para tokoh masyarakat Kota Tembagau. Hal itu karena Handok
akan menyiapkan makan mal
jak siang hari. Ia juga perlu menghubungi bawahannya untuk mengabarkan
ggungan dalam senyap tak terelakkan begitu mata keduanua bertemu.
rumah?" tanya Galih memec
n. "Kau pasti mengun
hmu," balas Galih belum merasa ada tempat is
begi
enolaknya bukan?" Galih mengungkit tentang mas
apakah harus berkata jujur ata
a dengan Ibu," tambah Galih melirik sekilas waj
. Ia mendengar bahwa Galih juga tidak ingin berada di hotel t
di luar. Sadar akan tanggung jawabnya sebagai istri, ia masih berusaha menyia
pkan hal itu untuk Galih, setelah melihat kemarin
u dapur dan membantu ibunya, namun matanya membeliak begitu menemuk
hat bagaimana otot perut Galih yang seperti tercetak. Padahal tidak seharusnya di
na pakaian dalamnya berada. Aroma sabun anti septik kemudian dapat dihirup oleh wani
ak di dapur ya?"
embantunya," ucapnya mendapat alasan untuk bisa bergerak pergi. Ia mul
on
ncapai pintu. Wanita itu berbalik badan secara spontan
nyiapkan pakaianku," ujar
bali pintu, ia berdiri di depan kamar beberapa saat. Ia merasa telah membuat langkah besar se
♤
ngkatan Handoko yang bersamaan dengan Malik. Jika Handoko harus memenuhi
stikan barang bawaan Handoko tidak ada yang ketinggalan. Sedangkan Mona mencuci
ara secara pribadi. Selain masih sibuk dengan pikiran masing-masi
lih berbalik badan sekilas memandang M
kepada Malik yang raut wajahnya tampak datar saja
ak tawaran kakak perempuannya itu dan ketika kembali menatap Galih, entah mengapa
esai mengaduk susu dalam kopi Malik, kemudian mulai bersiap menyajikannya bersama dengan
Galih bangkit terlebih dahulu. "Malik,
ah menunggu momen tersebut. Awalnya Mona menjadi bingung sekaligus heran, tetapi dirin
pagi-pagi," ujar Mona setelah meletakkan dua cangkir di atas
k Mona, aku sudah terbiasa b
jenak. "Kau juga masuklah duluan ke kamar. Na
a ucapan Galih cukup ambigu. Ia tak membalas apapun
eraih cangkir kopi dan menyesapnya secara perlahan. Ekor matan
aikan?" tanya Galih memb
benar. Adik Mona tersebut lalu berdehem sejenak. Mencoba m
ona. Dia sudah banyak menderita
al
an tak lebih dari sebuah perjodohan. Jadi jika ... jika kau tak bisa mencintainya
dengan sebuah permintaan. Padahal ia berpikir bahwa lel
itinya?" Kini Galih sudah
menatap Galih. Sungguh dirinya tak bisa membaca apa yang mungkin sedang dip
encintai, maka bukan berarti k
an cintai, untuk bisa hidup bahagia," balas
dahulu memiliki tambatan hati lain? Bukan aku." Galih kem
nggelam bersama dengan kematian Mas Angga." Lebih dari siapapun, di
ng senyuman tipis. "Hati ... siapa yang tahu. Aku
u Mona akan menaruh perasaan satu sama lain, atau malah keduanya saling jatuh cinta. Namun si
alam, tapi habiskan kopi susumu dulu," uca
anyak pertanyaan yang seper
, dirinya bisa melihat Mona sedang bersandar pasa bahu ranjang sambil
a karya Eka
dul Cantik Itu Luka dan beralih memandang Galih yang ternyata telah ma
ya Mona seolah merasa Gali
imau," jawab Galih tela
mbil mengulum senyuman
i laki-laki yang tidak pernah membaca karya sastra
terlihat misterius." Ia tak dapat memun
ai. "Memangnya
a sa
ih terdiam m
njut Mona menggan
pa
soal kita batal ke hote
disangkanya. Melalui bibir wanita itu send
♤