limbung dan segera berpegang
ika Paramitha sigap menangkap tubuh sekretaris k
a pun berdenging sekalipun dia dapat mendengar ucapan panik bosnya. Mereka baru saja
g segera dikerumuni oleh para bawahannya. Dia pun dengan
bil ambulans menuju ke rumah sakit ditemani oleh Merry, asisten Sandiaga. Dia send
ngi. Kamu kenal 'kan?" ujar Cantika sa
ya Pak Sandiaga Gunadharma itu seorang duda cerai mati, putera tunggalnya b
luarganya bakalan percuma," sahut Merry memilin-mil
akit sih ditanggung asuransi dari kantor. Paling nggak ada yang bisa nemenin
iiin
g pengemudi sepeda motor tiba-tiba memotong jalurnya hingga n
ani. "Sabar, Bu! Nggak usah buru-buru ngejar ambulans, Pak Sandi dibawa ke Rumah Sakit Permata Indah Med
ela diri. Dia pun memelankan laju mobilnya agar asist
utera tunggal Pak Sandiaga itu bersekolah di Oxford University, Bu. Sepertinya ka
nnya selain puteranya apa nggak ada sih,
karyawan nggak ada keterangan selain Mas Arsenio itu deh!"
un masih saja menolak untuk dijodohkan oleh orang tuanya. Alhasil, Cantika P
menunggu hasil pemeriksaan dari dokter spe
ndiaga Gunadharma!" panggil sa
ter botak berkaca mata tebal itu dan menja
parah. Dari pihak rumah sakit akan menyarankan untuk perawatan opname dengan serangkaian terapi. Pak Sandiaga harus bed rest sementara waktu dit
ngambil semua tanggung jawab tersebut. "Baik, Dok. Saya mengerti, akan segera saya urus
ajak Merry untuk mengisi data pasien karen
"Bu, yang jagain Pak Sandi siapa? Maaf, saya ad
natap Merry. "Lho memangnya kamu
jomblo seumur hidup kayak Bu Tika?! Helloow!' batinnya. Namun, yang terucap dari
anya. Dia malas ribet dan lebih suka dengan hidupnya yang simple, tinggal sendirian di apa
berumur yang biasanya masih terlihat awet muda dan energik itu nampak kuyu. Rupanya
ris yang bisa diandalin kayak Om!" Cantika mendesah lelah, dia mulai berpikir alternati
a. Dia berkata lirih sekalipun masih kedengaran oleh wanita berpenampilan kusut tersebut
ksud Sandiaga. "Ada di aku, Om. Gimana? Apa ada sanak saudara yang ingin dihubungi? Bisa
ga, dia pun menjawab, "Siniin HP-nya. Biar
putera tunggal sekretarisnya. Dia pun segera menyerahk
asik belah pinggir itu menunggu nada sambu
mah sakit sih?!" Suara seorang pria yang agak berat da
ih ke Jakarta, ada yang harus kamu kerjain di sini. Papa minta
kata, "Oke. Besok Arsen mungkin sudah sampai Jakarta. Papa
nyah melirik Cantika yang ikut cekikikan. Dia lalu melanjutkan, "yang jagain Papa spesial.
ok yang disebutkan oleh papanya. "Papa nggak ca
mpai menyembur mendengar tu
e?" balas Sandiaga tak menyebutkan siap
g aja sekarang. Om bisa sendiri di sini, banyak perawat yang jagain. Besok kalau Arsen sudah datang, mau Om kena
apas lega. Dia pun berpamitan dengan pasien ICU tersebut lalu pulang ke apartmentnya se
ika teringat suara putera sekretarisnya