bukan?" tanya
niat menempelkan telingaku di daun pintu. Baru saja me
n bokong lebih dulu
kaa.
g, suara yang meminta pintu dib
da siapa pun. Aku merangkak maju mendekati pintu. Rasa penasarank
ara itu, menarik tangan
tihku, memeg
empat tidur. Pandanganku langsung tertuju
. Entah sejak kapan aku tertidur. Baju tidurku terasa basah. Mungk
Tok...
buka pin
ingatanku. Aku seperti mengulang kejadian tadi saat di mimpi. Perlahan aku turun
kamu?" ta
uka pintunya Yank
u. Berharap, jika yang ada di
Yank?" tanya mas Harto, melenggang m
ku. Dia benar-benar mas Harto. B
o. Aku gegas mengunci pintu kamar. Taku
u. Kamu kenapa sih?" tanya mas Harto,
di cuma mimpi buruk," sahutk
elah itu. Mas Harto memintaku
u untuk i
menggelar sajadahnya, karena meman
elesai. Awalnya aku ingin ikut, tapi sudah terla
ku, lalu berganti ke arah gelas susu yang ada di atas meja. Mimpi yang terla
um diminum?" tanya mas Harto, me
ku asal. Padahal aku tida
ertaut. "Ini tadi hangat, kalau sudah
ku. Malu sekali rasanya ketahuan berboh
erangkat ingin meminumnya. Ma
rah kenapa?" tanya mas Harto,
u memandang pergelangan tanganku juga. Mema
ua itu nyata? Bekas merah ini aku dapat saat
? Kamu kenapa sih?" Mas Harto terus me
Bagaimana mau menjelaskan, aku saja tidak
takannya, apa Mas
diam, lalu mengangguk
ik sosok menyeramkan di depan pin
gang. "Besok kita cari rumah kontrakan, a
l keputusan seperti itu? Aku kan cuma cerita masa
pi,
Keputusanku sudah bulat. Besok kita cari rumah se
n kamu nanti bagaimana? Kalau kita kembali ke
gunanya sekarang. Keputusanku sudah bulat. Aku bisa kerja, di manapun aku t
perihal mimpi, dia sampai bersikap tegas seperti ini. Memangnya apa yang sal
lemari baju. Tas besar sudah aku keluarkan. Dengan sangat
rah?" tanya mas
wal sudah aku katakan, kita mengontrak saja. Tapi kamu tidak
bukannya tidak mau tinggal sendiri. Aku hanya ingin merasakan kasih sayang orang tua. Itu saja Mas. Dan, aku mendapatkannya di
Di usiaku hampir empat tahun, aku sudah kehilangan kedua orang tua. Aku bahkan tidak pernah bisa mengerti, bagaimana rasanya. Ibu dan bapak mertuaku sangat baik. Merek
u disuruh memilih, tentu saja aku memilih kembali ke rumah peninggalan orang tuaku dari pada harus mengontrak. Di sana ada
rto lirih. Mungkin ia m
tidur," sahutku, berlalu