t melihat bahwa pada saat itu, Tuan Robert sangat marah dari sebelumnya. Dia mengkhawatirkan Rossa
n ..
ng! Kamu mengert
alkannya. Saat pintu pengurus rumah dibanting hingga tertutup, Robert yang berdiri di depan pintu, tiba-tiba melangka
amkan sudah cukup untuk membuat orang-orang secara tidak sadar ingin melarikan diri. Rossa memandang dengan ketakuangkah demi selangkah, dan akhirnya berdiri di hadapannya. Kedekatannya membuatnya semakin ketakutan dari
ngatan. Tangannya turun, dan Rossa terpaksa menghadapi Robert dengan kekuatan yang dia gunakan untuk menar
ikan, sakit
ngsung kehilangan ketenangannya. Pupil matanya men
manggilk
a kesakitan dan dia menggerakka
. Tuan R
, itu adalah sebuah gigitan. Dia mengabaikan perasaannya sepenuhnya. Dengan penuh dendam, dia membuka paksa bibir rapatnya. Kekuatan yang dia gunakan begitu bes
enghindar, pria itu menjadi semakin agresif, dan rasa darah semakin kuat di mulut keduanya. Rossa mu
a menegang karena kesakitan. Baru setelah itu dia melepaskan bibirnya yang bengkak dan mencondongkan tubuh ke arahnya untuk berbisik ke
cara dengannya? Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa sebaiknya kamu
u tidak sabar untuk melakukannya, dan memberi tahu Kakek agar aku bisa terpaksa tidur denganmu lagi? Atau apakah kamu terlalu kesepian tinggal
ngerutkan kedua alisnya karena
tidak
erhenti. Dia memandang Robert dengan bingung dan ragu-ragu, tidak tahu bagaimana menjelaskan dir
ejeknya, "Bagus sekali! Kamu bahkan te
ya lebih keras lagi d
i mansion di waktu yang tepat? Bagaimana dengan Kakek yang menge
ngetahui apa yang
angat yakin bahwa dia telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam menyembunyikan kebenaran
mengetahui segalanya. Jika dia tidak mengungkapkan apa pun kepada Kakek, satu-satunya orang yang tersisa
kankah kamu bilang tidak?" Robert sang
gelangmu di mansion, memikat Kakek ke sini hanya agar dia menge
ini. Oleh karena itu, dia tahu dia mungkin tidak akan mempercayainya, bahkan jika dia menjelaskan bahwa dia tidak meninggalkan gelang itu di rumah. Jika dia tidak ak
a bahkan melepaskan cengkeramannya dan dengan sinis bertepuk tangan dua kali. Begitu dia menyelesaikan tepukan ketigany
uk membawaku pulang, aku pasti akan m
itu kuat sehingga dia mengira dia akan mengulitinya hidup-hidup. Rossa teringat akan kejadian larut malam itu lebih
jadi semakin kasar. Spreinya kusut dan berantakan dalam waktu singkat. Salah sat
ya sama sekali. Dia dengan erat meremasnya di bawahnya sampai dia hampir tidak bisa berge