an .
rhatian kepada suara ya
rsih Aninda," suara Ba
ak ada yang bicara. Hening dan hampir menghilangkan kewarasanku
teriak Wak Yanto meng
engesahkanku sebagai istrinya. Sangat lancar sekali lidahnya menyucapkan kalimat syahadat lalu di iri
Tubuh tuanya terhuyung jatuh. Kopiah tanda kemuliaannya jatuh begitu saja, terinja
ku untuk membunuh manusia iblis in
paskan diri dari orang-
teriakku me
Mungkin deritaku tak sebanding dengan rasa malu Wak Yanto. Aku ditalak setelah hitungan jam setelah disahkan. Andai telingaku i
ini. Dengan tulus kuserahkan keponakanku padamu, tanpa memberatkanmu sedik
menyaksikan Wak Yanto terus mengumpat dan mengamuk. Wak Erni hanya meruncingkan matanya sin
rsih," ketus ibunya Badai tanpa beban. Bahkan sekarang wajahnya terlihat le
ponakanku setelah akad dalam hitungan jam
i depannya. Melempari berkali-kali hingga air gelas mineral itu hampir
Itu sudah murni keputusannya. Kita 'kan tidak bisa memaksa anak k
. Astagfirullah ya Allah
esekali ia memegangi perutnya. Pasti ia sangat merasa kepedih
adi meringis kesaki
g penting saya sudah menikahinya seperti keinginan Paman," u
tan! Kamu semakin menginjak harga dir
ku padanya, mengharapkan hatinya iba padaku. Aku masih berha
ku tidak bisa terus menc
an ceraikan aku! Ba
ku. Hanya air mataku yang terus jatuh tan
an siapa-siapa bagiku," ujar Badai tanpa beban. Sekarang
orandakkan hatiku. Melihat ayah dari janinku menjauh yang diikuti kedua orang tua dan saudaranya, jantungku seperti me
sikan pernikahan yang mungkin hanya aku yang mengalaminya sepanjang sejarah hidup mereka. Din
meninggalkanku. Suaranya berlalu begitu saja. Aku bangkit dan berlari akan menyusul masu
antu Wak! Biarkan Arsih melihat kondisinya. Biasanya
an keluarga ini! Kamu tahu, kamu itu pelaku yang telah sangat kejam mencoreng ke
saan, Wak Erni menjambakku lalu mendorongku dengan keras. Ya Allah, sudahlah sakit di hati ini tak berperi, dita
perempuan p
ana bisa laki-laki yang kuyakin menjadi pelabuhan terakhirku memperlakukanku sekejam ini? Ini sangat kejam. Lebih
tega ini?" lirihku sendiri
sosok ibu selama sepuluh tahun. Genap tujuh belas tahun, aku kehilangan ibuku untuk selamanya. Di usia yang dinantikan para remaja karena begitu manis nam
menjadi alas kaki, benar-benar tidak dihargai. Menjadi pembantu rasanya lebih bernilai karena mereka tida
. Bapak
i kutemukan diriku tersadar seolah bangun dari tidurku. Lalu aku kembali mengingat aroma parfum yang kusukai, terakhir perg